Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Hanya karena Nama Terkesan Feminin, Saya Sering Disangka Perempuan

Aliurridha oleh Aliurridha
13 Maret 2020
A A
Hanya karena Nama Terkesan Feminim, Saya Sering Disangka Perempuan
Share on FacebookShare on Twitter

Membaca tulisan Mas Kristianto, seorang muslim yang disangka beragama kristen hanya karena namanya membuat saya gatel juga ingin menulis tema tentang nama. Disalahpahami agamanya hanya karena nama itu belum apa-apa rasanya dibandingkan disalahpahami berjenis kelamin apa karena nama. Rasanya makjleb banget sampai-sampai ingin menggunakan lorong waktu Doraemon dan minta orangtua merubah nama ini.

Setiap kali bertemu orang baru saya selalu disangka seorang perempuan. Reaksi-reaksi seperti, “Owh laki ternyata, saya sangka perempuan.” Dalam hati: Nggak lihat apa brewok saya yang lebat ini? Tidak sekali dua kali saya disangka perempuan karena nama saya. Ternyata, saya tidak sendirian banyak juga yang demikian.

Saya memiliki nama Aliurridha yang sering kali disalahpahami sebagai seorang perempuan, hanya karena nama Ridha lebih terkesan feminin ketimbang Ridho yang maskulin. Aliurridha menjadi terkesan bergender feminin hanya jika dilihat pada kultur budaya Indonesia. Dalam ejaan Bahasa Arab fonem “Dha” sama sekali tidak terkesan feminin seperti layaknya pada Bahasa Indonesia. Pada budaya Indonesia nama Ridha sering digunakan untuk perempuan dibandingkan pada pria.

Seandainya saat itu saudara sepupu orang tuanya orang tua memikirkan bagaimana nasib saya ketika nama ini disalahpahami sebagai nama perempuan karena ada jarak budaya, mungkin ia akan mengadaptasi ke pengejaan yang sesuai dengan budaya Bahasa Indonesia. Tapi tidak apa-apa, semua sudah terjadi. Lagian maksud orang tua memberikan nama kepada anaknya adalah untuk doa. Seperti nama saya yang bermakna ke-ridho-an yang paling tinggi. Mungkin itu alasan saya tumbuh menjadi anak yang nakal karena nama saya keberatan.

Niat orang tua memberikan nama kepada anaknya selalu baik, tapi sering kali hasilnya jadi beban sang anak. Apalagi buat nama-nama yang bergender feminin tapi dimiliki laki-laki. Jika kalian pernah belajar linguistik dengan kajian nama diri (proper name) kalian akan menganalisa perbedaan antara nama seorang pria dan wanita sesuai budayanya. Dalam kultur mayoritas budaya Indonesia biasanya dari akhiran nama tersebut adalah pembeda gender.

Sebagai contoh nama Rika dan Riki, hanya sekilas kita bisa dengan mudah membedakan nama seorang itu pria atau wanita. Aspek sosio kognisi membantu kita membedakan nama berdasarkan gender. Meskipun begitu, seiring waktu semakin tidak relevan membedakan antara nama pria dan wanita dengan begitu banyaknya nama yang bergender berlawanan dengan jenis kelamin yang empunya. Lebih baik kita sebut saja nama ini bergender netral agar kita tidak terjebak dalam jebakan gender.

Saya punya teman bernama Rizka yang seorang perempuan, saya juga punya teman bernama Rizka yang adalah pria. Karena jebakan gender ia lebih senang dipanggil Riko. Semoga ia tidak membenci nama pemberian orang tuanya. Pada suatu masa di zaman kanak-kanaknya mungkin ia pernah membencinya. Sebab, kita semua pernah mengalami zaman anak-anak di mana sedikit keunikan yang bertentangan dengan arus mayoritas akan menjadi bahan olok-olokan.

Kecil sering diolok, besar dipanggil Mbak. Saya pernah beberapa kali mengalami dipanggil Mbak hanya karena nama yang lebih terasa feminin timbang maskulin. William Shakespear sang sastrawan besar itu menganggap nama tidak terlalu penting, mungkin karena blio belum pernah merasakan dipanggil Miss atau Mrs berkali-kali.

Baca Juga:

Akibat Menyandang Nama Aneh, Seumur Hidup Nama Saya Dikira Typo: Sekali Lagi, Saya Dinas, Bukan Dimas!

Alasan Banyak Nama Anak Zaman Sekarang Semakin Rumit

Belum lama ini ketika Mas Seto Wicaksono, penulis Terminal Mojok memasukkan saya ke grup ghibah para penulis Terminal, saya lagi-lagi disangka perempuan karena nama saya. Perghibahan ngalur ngidul soal nama saya sampai kepada nama Dea Anugerah yang juga ternyata disangka perempuan karena namanya. Buat yang tidak tahu Dea Anugerah, ia adalah seorang penulis yang dulunya jurnalis Tirto.id, sebelum bergabung dengan Asumsi.co.

Mungkin ada baiknya kita mengikuti saran mbak Ajeng Rizka untuk memasyarakatkan panggilan kak demi keadilan gender. Setidaknya dengan dipanggil Kak lebih enak bagi saya, daripada dipanggil Mbak. Perubahan ini perlu apalagi jika itu kepada orang yang belum kita kenal fisik. Kenal secara fisik ya, bukan kontak fisik. Kenal fisik maksudnya tidak hanya tahu nama, jadi sudah mengenal orang itu secara personal. Bila perlu melihat orang secara langsung biar tidak salah paham.

Oh ya, untuk kalian yang memiliki nama-nama bergender kebalikan dari jenis kelamin, saya punya saran untuk kalian. Di tengah maraknya ide kesetaraan gender yang muncul dalam berbagai isu politik, hukum, sosial, dan ekonomi kita-kita yang sering disalahpahami karena namanya bisa bersembunyi di balik gerakan berkeadilan gender.

Jadi kalau ada yang kaget sembari berkata, “Lho laki-laki ternyata, kirain aku perempuan.” Kalian bisa menjawab, “Orang tua saya aktivis pro kesetaraan gender, Kak. Nama saya mencerminkan itu.” Keren, kan?Bisa ngeles dari kesalahpahaman dengan cara sebaik-baiknya dengan cara seindah-indahnya. Duh, rasanya sudah seperti aktivis beneran.

BACA JUGA Sejak Kapan Rokok Punya Gender? atau tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2021 oleh

Tags: gendernama
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

ArtikelTerkait

Badai Katrina sampai Daniel: Alasan Badai Menggunakan Nama Orang

Badai Katrina sampai Daniel: Alasan Badai Menggunakan Nama Orang

16 September 2023
Nama Membawa Cerita: Seorang Muslim yang Sering Dikira Kristen

Nama Membawa Cerita: Seorang Muslim yang Sering Dikira Kristen

13 Februari 2020
panduan memahami toxic masculinity feminin maskulin ketimpangan gender mojok.co

Panduan Memahami Toxic Masculinity, Waham yang Merugikan Laki-laki dan Perempuan

6 September 2020
4 Alasan Nama Agus Nggak Bakal Punah dari Muka Bumi Mojok.co

4 Alasan Nama Agus Nggak Bakal Punah dari Muka Bumi 

8 Agustus 2024
chelsea islan

Meski Nama Mirip Perempuan, Saya Tetap Chelsea Tapi Bukan Chelsea Islan

7 Agustus 2019
Istilah 'Ibu Dilarang Sakit' Menunjukkan Betapa Saktinya Ibu Rumah Tangga terminal mojok.co

Istilah ‘Ibu Dilarang Sakit’ Menunjukkan Betapa Saktinya Ibu Rumah Tangga

27 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.