5 Hal yang Perlu Diwaspadai oleh Pendatang di Kota Manado

5 Hal yang Perlu Diwaspadai oleh Pendatang di Kota Manado

5 Hal yang Perlu Diwaspadai oleh Pendatang di Kota Manado (Unsplash.com)

Kota Manado merupakan ibu kota Sulawesi Utara dengan wilayah administratif seluas 157,26 kilometer persegi yang dihuni kurang lebih sekitar 500 ribu jiwa penduduk. Setiap tahun, banyak pendatang datang dan menetap di sini. Tentu saja pertambahan penduduk ini disebabkan daya tarik Manado di berbagai sektor seperti pariwisata, budaya, religi, hingga ekonomi. Tak heran kalau kota ini tak pernah sepi dan menjadi salah satu kota terpadat dan terbesar kedua di Sulawesi setelah Makassar.

Orang-orang yang datang ke Kota Manado tentu memiliki latar belakang budaya dan gaya hidup yang berbeda, sehingga kadang perbedaan itu kerap membuat mereka terkejut begitu menginjakkan kaki di Manado. Nah, kalau kalian tertarik ingin datang dan menetap di Kota Tinutuan ini, sebaiknya kalian membaca artikel ini sampai habis. Saya akan membeberkan beberapa hal yang perlu kalian waspadai di sini biar nggak syok.

#1 Muka, Om!

Mungkin di daerah asal kalian memberhentikan mikrolet (angkot) cukup bilang, “Kiri!” atau “Kiri, Bang!” Kalau di Manado, jangan coba-coba teriak, “Kiri!” ya. Sebab, alih-alih berhenti, sopir mikrolet malah akan kebingungan dan tetap melanjutkan perjalanan.

Orang Manado biasanya memberhentikan mikrolet dengan mengatakan, “Muka, Om!”

#2 Jangan kaget mendengar suara musik yang menggelegar di Kota Manado

Kalau tempat tinggal kalian di Manado nggak begitu jauh dari jalan raya, jangan heran apabila kalian mendengar musik yang menggelegar. Awalnya, mungkin kalian bakal sedikit terusik dengan suara musik yang kencang, tapi saya yakin lama-lama kalian bakal terbiasa.

Fyi, suara musik kencang itu bukan bersumber dari hajatan tetangga atau konser musik. Musik kencang itu berasal dari Mikro Manado alias mikrolet. Jadi, Mikro Manado memang terkenal dengan musiknya yang menggelegar. Nggak tanggung-tanggung, dalam radius 500 meter aja musiknya kedengeran tuh.

Biasanya sebuah Mikro Manado akan dilengkapi sound system lengkap dengan detakan bass yang bikin jantung penumpang dag dig dug. Bahkan kayaknya kalau naik Mikro Manado ini kita nggak bakalan bisa ngobrol saking suara musiknya menggelegar. Meski begitu, justru keunikan Mikro Manado inilah yang bikin wisatawan penasaran. Kadang mereka mencoba naik jadi penumpang dan menyusuri Kota Manado dengan mikrolet ini. Ongkosnya murah kok, cuma Rp5.000 sudah bisa keliling kota.

#3 Soal ikan(g)

Banyak orang mengasumsikan bahwa ikan (ikang) adalah hewan yang hidup di air. Yah, kayak ikan mujair, ikan mas, dan ikan-ikan lainnya. Namun bagi warga Kota Manado, ikan bukan hanya hewan yang hidup di air, melainkan semua jenis hewan yang hidup di darat, air, dan udara semua bisa jadi ikan. Tapi ada syaratnya, hal itu hanya berlaku apabila sudah melalui proses masak menjadi lauk.

Jadi, dalam bahasa Manado, ikan artinya lauk berdaging. Contoh penggunaan kata ikan dalam bahasa Manado:

“Mo pake ikan apa ini?”

“Pake ikan ayam rica-rica jo kwa, pake ikan sapi lada hitam juga boleh kwa.”

Nah, kalian jangan kaget kalau nanti bilang nggak pakai ikan dan makanan yang datang di hadapan kalian nggak ada lauk-pauknya.

#4 Jangan takut kalau ada yang manggil “cowok/cewek” di jalan

Kalau kalian sedang berjalan di Kota Manado dan tiba-tiba ada orang yang nggak kalian kenal memanggil-manggil kalian, “Cewek!”, jangan takut atau sok kepedean dulu, ya. Sebab, panggilan “cowok/cewek” ini merupakan hal yang umum di Kota Tinutuan. Panggilan ini mirip sama “mas/mbak” di Jawa untuk memanggil orang yang nggak kita kenal sebelumnya.

#5 Makanan di Kota Manado cenderung pedas

Sebagian besar masyarakat yang hidup di daerah timur Indonesia mungkin sudah terbiasa dengan makanan dengan sensasi pedas asli cabe rawit. Saya yakin sih mereka bakal mampu beradaptasi dengan cita rasa makanan di Kota Manado.

Sebaliknya, kalau kalian adalah orang Jawa yang merantau ke Manado, mungkin kalian bakal sedikit terkejut saat makan di sini. Sebab, akan terasa perbedaan cita rasa makanan di sini dengan di Pulau Jawa. Kita tahu bahwa masakan Jawa cenderung manis dan nggak pedas, sementara masakan Manado memiliki cita rasa masakan yang pedas.

Gimana? Setelah membaca hal-hal yang perlu diwaspadai di atas, sudah siap datang ke Kota Manado? Nggak perlu takut dengan hal-hal di atas, saya yakin kalian bisa beradaptasi, kok. Memang perlu waktu sih, tapi bukan hal yang nggak mungkin untuk bisa beradaptasi dengan cepat di sini. Jadikan saja hal-hal di atas sebagai pembelajaran akan budaya baru.

Penulis: Aisyah Rokhimah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kota Manado yang Sangat Berbeda bagi Orang Lombok, Sekaligus Bukti Indahnya Keragaman di Indonesia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version