Apa jadinya jika murid sekolah dijadikan garda terdepan untuk menghadapi invasi alien seperti yang terjadi dalam serial drama Korea berjudul Duty After School?
Cerita bermula dari kedatangan benda misterius yang mengambang di angkasa berbentuk seperti bola. Benda tersebut nggak diketahui datang dari mana. Awal kemunculan bola-bola alien itu sempat menggemparkan dunia. Namun hingga bertahun-tahun lamanya, bola-bola tersebut nggak mengalami perubahan dan membuat orang-orang mulai mengabaikannya.
Hingga pada suatu hari salah, satu bola jatuh dan menyebabkan perubahan. Angkatan bersenjata mulai turun tangan untuk menanganinya. Atas kejadian tersebut, pemerintah mulai mewajibkan para siswa sekolah menengah di Korea menyiapkan diri untuk darurat militer.
Serial Duty After School tayang perdana pada 31 Maret 2023 kemarin dan bisa kita tonton melalui layanan streaming VIU. Serial ini merupakan adaptasi dari komik karya Ha Il Kwon yang dipublikasikan melalui platform baca komik online, Naver. Webtoonnya sendiri sudah merampungkan kisahnya alias tamat dengan jumlah chapter sebanyak 50.
Sebagai penggemar komik, harus saya akui Korea Selatan cukup aktif menghasilkan beragam judul webtoon berkualitas. Webtoon dari Korea lebih memikat pembaca baru. Akan tetapi sejujurnya, webtoon Duty After School justru jauh dari radar bacaan komik saya. Saya sempat melirik webtoon ini sebentar, namun nggak tertarik untuk membacanya. Hingga akhirnya saya melihat trailer dari serial ini yang dibalut penuh aksi dan bikin penasaran.
Saya sudah merampungkan serial drama Korea ini dan akan membagikan 5 hal yang kurang menyenangkan dan bikin saya kecewa setelah menonton Duty After School.
Daftar Isi
#1 Kurang Gore
Duty After School bertemakan serbuan alien ganas. Sayangnya, banyak adegan berdarah yang nggak disajikan secara optimal. Korban-korban yang berguguran mendapatkan sensor yang cukup rapi. Wajah para korban dalam serial ini nggak diperlihatkan secara gamblang. Berbeda dengan serial bergenre serupa dengan Duty After School, sehingga serial ini boleh dibilang kurang greget menyuguhkan kengeriannya.
#2 Kisah remaja labil
Seperti yang sudah saya bagikan di atas, serial ini berkisah seputar para siswa SMA yang menghadapi serangan alien. Awalnya, saya mewajarkan sikap dan perilaku labil mereka, tapi lama-lama kok rasanya kurang menyenangkan untuk disimak. Banyak adegan yang terlalu dramatis yang tujuannya mengundang air mata, namun eksekusinya terlalu maksa.
Dengan format mokumenter, sisi dramatisnya malah jadi terlalu berlebihan alih-alih memberikan nuansa yang berbeda. Ketimbang serial thriller lainnya, Duty After School malah menjual kisah drama remaja pada umumnya.
Baca halaman selanjutnya
Karakternya terlalu banyak, bikin nggak fokus…
#3 Terlalu banyak karakter
Hal lainnya yang bikin saya kecewa setelah menonton serial ini adalah karakternya cukup banyak. Sebenarnya wajar sih kalau saat menonton sebuah serial kita mengikuti banyak karakter dengan kisah perjalanan mereka masing-masing. Sayangnya, dalam Duty After School fokus saya buyar karena karakter yang diperlihatkan (((terlalu))) banyak.
Sejujurnya saya nggak terlalu yakin siapa karakter utama dalam serial ini yang harus saya simak dari episode pertama. Rasanya nggak ada karakter utama antagonis atau semacamnya. Penonton harus mengikuti kisah tiap karakter dan itu cukup melelahkan buat saya.
#4 Timing komedi yang tidak pas
Hal lain yang kurang menyenangkan dari serial Duty After School adalah adegan komedi yang kurang pas. Di situasi genting tapi masih mencoba melucu, rasanya kok kurang bisa diterima, ya. Ada satu karakter yang ngebanyol dalam satu drama itu hal yang wajar, dan kebetulan dalam serial ini sosok tersebut ada tapi kadang tingkahnya di luar nalar. Dalam kondisi hidup dan mati, masih sempat-sempatnya dia melucu. Saya yang menonton merasa itu terlalu maksa dan berlebihan.
#5 Penampilan rapi kala dunia sedang kacau
Bukannya julid, tapi inilah yang terlihat secara gamblang dari kacamata saya selama nonton serial ini. Jika diperhatikan dengan saksama, penampilan karakternya masih terlalu rapi, terutama rambutnya yang lurus masih tertata dengan sangat baik. Padahal situasinya lagi kacau, lho, berhadapan dengan invasi alien.
Terlepas dari ketidaknyaman dan kekecewaan yang saya rasakan, saya memahami bahwa serial Duty After School ini memang menargetkan pasar anak muda remaja berusia 17-20 tahunan. Tentu sebagai penonton saya berharap ada peningkatan penyajian cerita. Meski begitu, ada juga sisi lain yang patut diapresiasi dari serial ini, salah satunya efek CGI yang bagus banget untuk sebuah serial.
Serial Duty After School dibagi menjadi dua bagian dan bagian pertama sudah selesai. Semoga di bagian kedua nanti ada peningkatan, ya.
Penulis: Nabial Chiekal Gibra
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 10 Serial Netflix Paling Buruk yang Pernah Ada.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.