Magelang dan Semarang adalah dua kota yang sama-sama terletak di Jawa Tengah. Letak dua daerah ini tidak begitu jauh, kurang lebih bisa ditempuh selama 2 jam perjalanan darat. Walau jaraknya dekat, dua daerah itu punya beberapa kultur yang berbeda.
Perbedaan kultur itu dipengaruhi oleh perkembangan sosio demografis masyarakatnya yang berbeda pula. Magelang adalah kota kecil yang sering menjadi tempat persinggahan orang-orang yang melewatinya. Berbeda dengan Semarang yang merupakan kota besar yang lebih sering menjadi tujuan utama kala bepergian alias persinggahan terakhir.
Kondisi tersebut mau tidak mau memengaruhi perkembangan kota dan masyarakatnya. Nah, di bawah ini beberapa hal yang wajar di Semarang, tapi nggak lumrah di Magelang.
Daftar Isi
#1 Bepergian menggunakan transportasi umum adalah hal biasa
Bepergian di Semarang cukup mudah karena ada angkutan umum yang lengkap dan memadai. Di sana ada Trans Semarang yang bisa diandalkan untuk menjelajah kota. Tarifnya terjangkau, hanya dengan Rp4.000 kalian sudah bisa keliling kota. Bukan hanya itu saja, ada juga bus feeder yang bisa digunakan untuk mengakses jalanan kecil di Semarang. Nyaman, hemat, dan tentunya nggak perlu takut kepanasan dengan matahari yang katanya ada tujuh itu di Kota Lumpia itu.
Berbeda dengan Magelang, tidak ada angkutan umum yang memadai. Di Magelang, ada angkutan biru yang sayangnya tidak dikelola dengan baik. Minimal harusnya bisa dikelola dengan menggunakan sistem BRT seperti di Kota Solo yang angkotnya diintegrasikan dengan sistem BRT. Magelang, pengelolaan angkotnya masih belum maksimal. Andaikan dibuat sama dengan sistem BRT pasti akan lebih baik. Jadi kalau ke kota Magelang akan lebih baik jika menggunakan transportasi pribadi, bepergian ke mana-mana jadi lebih mudah.
#2 Malam hari bisa menyaksikan city light kota
Malam Minggu bingung mau ke mana? Tenang saja di Semarang kalian bisa melihat city light yang indah banget. Pemandangan perkotaan malam hari lengkap dengan kelap-kelip lampu adalah panorama indah yang kini banyak digandrungi oleh anak muda. Ada banyak spot untuk menyaksikan keindahan ini. Misal, di Ideologist Coffee Semarang, di sana kalian bisa menikmati kopi sembari melihat city light yang terbentang di sekitarnya. Selain menikmati city light, kalian juga bisa merasakan dengan langsung kehidupan malam Kota Semarang dengan berkeliling mengitari kota.
Baca halaman selanjutnya: Ini berbeda dengan …
Ini berbeda dengan Magelang. Di sana tidak bisa menikmati city light karena daerahnya tidak begitu luas dan tidak banyak kelap kelip kota. Mau berkililing mengitari kota juga saya rasa percuma, Kota Magelang yang mini bisa habis dijelajahi hanya dalam waktu 30 menitan. Nggak kaya Semarang yang luas banget itu.
#3 Request isian nasi goreng adalah hal yang lumrah di Semarang
Satu hal yang cukup berbeda antara Semarang dan Magelang adalah soal memesan nasi goreng. Ketika memesan nasi goreng pinggir jalan di Semarang, pembeli bisa request isian nasi gorengnya. Misalnya, nasi goreng ayam, ati ampela, babat, atau nasi goreng telur sosis.
Sementara di Magelang, biasanya hanya akan diberi dua pilihan nasi goreng yaitu nasi goreng magelangan yang dicampur dengan mi atau nasi goreng biasa yang nggak pakai mi. Soal topping yang diinginkan di dalam nasi goreng, pembeli nggak bisa memilih. Biasanya isi sudah ditentukan berupa ayam beserta telurnya. Uniknya lagi, tekstur antara nasi goreng di dua daerah itu berbeda. Nasi di Magelang lebih lembek dibanding Semarang yang lebih smokey dan kering. Ini yang selalu saya rindukan dari kuliner Semarang.
Itulah tiga hal lumrah yang bisa dilakukan di Semarang, tapi tidak di Magelang. Bukan bermaksud membandingkan dua kota ini. Melainkan sebagai bentuk kerinduan akan kehidupan Semarang yang cukup berbeda dengan Magelang. Semarang bisa dibilang menang soal keramaian, tata kelola kota yang bagus, tapi untuk ketenangan kota dan suasananya yang nyaman tentu Magelang juaranya.
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Hal yang Wajar di Wonosobo, tapi Nggak Lumrah di Jogja
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.