Saya rasa hampir seluruh orang di dunia ini mengenal anime sekaligus manga legendaris Doraemon. Doraemon ini nggak cuma menghibur, tapi juga menginspirasi jutaan orang di dunia sampai-sampai pemerintah Jepang menetapkan sosok Doraemon sebagai Duta Besar Budaya Animasi lantaran karakter dan jalan ceritanya yang melambangkan persahabatan dan budaya Jepang.
Di dalam anime sekaligus manga Doraemon, ada satu tokoh yang saya benci saat masih kanak-kanak, yakni Takeshi Gouda alias Giant. Saya nggak begitu menyukai Giant karena ia kerap melakukan tindakan bullying pada anak-anak sebayanya dengan memanfaatkan kekuatan tubuhnya yang besar. Diceritakan dalam komik maupun animenya, sosok Giant sering merebut barang-barang kepunyaan anak-anak lain seperti komik, mainan, hingga video game. Hadeh, pokoknya nyebelin banget dah!
Akan tetapi setelah dewasa, saya malah kagum dengan sosok Takeshi Gouda alias si Giant tersebut. Kenapa? Karena di balik sikapnya yang seperti itu, ia merupakan sosok penyayang keluarga. Family man banget bahasa kerennya. Nggak ada yang ia takuti di dunia ini kecuali ibunya, dan nggak ada yang ia sayangi di dunia ini melebihi Jaiko, adiknya.
Tak jarang ketika Giant berbuat nakal, teman-temannya melaporkan kenakalan tersebut pada ibunya agar blio bisa menghentikan kenakalan si Giant. Ketika ibunya datang, biasanya Giant langsung ciut dan pasrah diseret pulang oleh ibunya. Saya selalu tertawa terbahak-bahak ketika menyaksikan adegan ini saat masih kanak-kanak.
Kini saya sedikit paham kenapa sosok Giant selalu ciut dan pasrah begitu saja pada ibunya. Ibu Takeshi adalah pemilik toko kelontong yang tiap hari bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam sebuah dialog yang saya ingat, ibu Takeshi bahkan berkata ia rela bekerja bagai seorang pembantu untuk anak-anaknya.
Saya rasa Fujiko F. Fujio sengaja menyisipkan hal-hal semacam ini agar anak-anak di seluruh dunia tetap menghormati kedua orang tua, terutama sosok ibu senakal apa pun anak itu. Kita boleh nakal, tapi kita nggak boleh membangkang pada orang tua. Mungkin pesan sederhana itulah yang ingin disampaikan Fujiko F. Fujio melalui sosok Takeshi Gouda dan ibunya.
Tak hanya berbakti pada ibunya, Giant pun sosok penyayang bagi adik perempuannya, Jaiko. Siapa pun yang mengganggu adiknya, langsung ia hajar habis-habisan tak terkecuali sahabatnya sendiri, Suneo. Ada satu adegan di mana Suneo pernah menyakiti perasaan Jaiko yang kepingin menjadi seorang komikus terkenal. Giant bahkan meminta bantuan pada Nobita dan Doraemon agar keinginan Jaiko tersebut bisa terwujud.
Menurut saya, apa yang dilakukan sosok Giant sangatlah indah! Dia nggak mau adiknya kecewa, dia nggak mau adiknya sengsara. Dia mau adiknya bisa hidup dengan enak, makanya dia rela melakukan apa pun agar adiknya bahagia. Selain itu, jarang kita temukan adegan Giant berantem dengan Jaiko. Walau saya anak tunggal dan nggak bisa relate dengan apa yang dilakukan Giant, namun jika saya punya adik perempuan, saya rasa saya pun bakal melakukan apa yang dilakukan Giant pada Jaiko.
Di balik sosoknya yang jahil, Giant juga sayang pada teman-temannya seperti Suneo, Shizuka, Doraemon, dan bahkan Nobita, lho! Saat berpetualang di Laut Selatan, Giant pernah sangat menyesali perbuatannya yang menyebabkan Nobita hanyut terbawa ombak. Ia sampai menangis dan bertekad nggak mengulangi kesalahan yang sama.
Saya juga jadi yakin alasan Giant sering memaksa Suneo, Shizuka, Nobita, dan Doraemon untuk memakan masakannya lantaran dia kepingin menunjukkan kasih sayang pada teman-temannya melalui masakan buatannya. Sayangnya, dia nggak pernah sadar diri bahwa makanannya enak. Mungkin dia menganggap masakannya enak kayak masakan Chef Juna kali, ya.
Ternyata di balik segala kenakalan Takeshi Gouda alias Giant yang bikin saya sangat membencinya ketika masih kecil dulu, ada hal-hal positif yang bisa kita pelajari dari sosoknya. Saya malah jadi menaruh rasa hormat pada sosok Giant setelah dewasa…
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Gaya Parenting Ibu Nobita yang Patut Ditiru.