Grup WhatsApp Keluarga dan Alumni Sekolah Sebenernya Nggak Penting-penting Amat, Mending Nggak Usah Join

Grup WhatsApp Keluarga dan Alumni Sekolah Sebenernya Nggak Penting-penting Amat, Mending Nggak Usah Join

Grup WhatsApp Keluarga dan Alumni Sekolah Sebenernya Nggak Penting-penting Amat, Mending Nggak Usah Join (Unsplash.com)

Hidup di zaman yang serba canggih sekarang ini memang sangat membantu manusia menjalankan kegiatan sehari-harinya, tak terkecuali komunikasi. Beda dengan dulu, sekarang sudah ada grup WhatsApp yang membantu manusia agar bisa berkomunikasi dengan orang banyak tanpa harus bertatap muka. Akan tetapi grup WhatsApp yang mulanya dijadikan sarana untuk memudahkan komunikasi jadi digunakan untuk hal-hal nggak penting yang akhirnya terkesan berlebihan.

Banyak orang di luar sana yang membuat grup WhatsApp tapi nggak tahu tujuannya. Akhir-akhir ini grup WA memang sering digunakan beberapa orang untuk mengklasifikasikan golongan/gengnya, bukan untuk tujuan utama tadi, sebagai sarana informasi. Makanya tak jarang kalau satu orang bisa memiliki beberapa grup WA, sebut saja grup WA kantor, alumni sekolah, keluarga, dll. Kalau semuanya aktif sih nggak masalah, tapi kalau nggak aktif buat apaan? Dikoleksi?

Kali ini, saya ingin mengungkapkan unek-unek mengenai dua grup WhatsApp yang sebenernya nggak penting-penting amat dan cenderung nyebelin. Mendingan nggak usah join, sih.

Bikin grup WhatsApp keluarga buat apa?

Grup WA pertama yang menurut saya nggak penting-penting amat adalah grup keluarga. Bukan karena saya nggak sayang keluarga lho, ya, tapi kalau intensitas ketemunya antar anggota keluarga lumayan sering, ngapain bikin grup WA keluarga? Kecuali kalau grup untuk keluarga besar yang tempat tinggalnya memang mencar-mencar, baru deh masuk akal.

Lantaran intensitas bertemu antar anggota keluarga cenderung sering, grup WhatsApp keluarga ini jadi sepi dan nampak sia-sia. Ya emangnya mau bahas apa lagi? Kalaupun memang ada pembahasan, mending diomongin langsung, kan?

Baca halaman selanjutnya: Kemunculan member yang nyebelin…
Paling nyebelinnya dari grup WA ini adalah kemunculan salah satu member yang berusaha keras meramaikan grup. Kadang dengan mengirimkan jokes bapak-bapak, kadang quotes bijak, hingga menyebarkan hoaks yang sumbernya asal comot dari TikTok. Makanya nggak usah heran kalau banyak orang yang nge-mute notifikasi grup WhatsApp keluarga.

Saya yakin, ketidaknyamanan berada di grup ini juga dialami sebagian besar anak muda. Selain nggak nyaman, rasa bimbang pun kadang mampir ke pikiran. Bimbang untuk keluar dari grup, misalnya. Jujur aja, memberanikan diri keluar dari grup WhatsApp keluarga hanya milik orang-orang berjiwa petarung. Gimana nggak, kalau keluar grup nanti disangka ada masalah sama anggota keluarga lain.

Menjalin silaturahmi dengan teman sekolah di masa lalu memang penting, tapi…

Satu lagi grup WhatsApp yang sebenernya nggak penting-penting amat dan sebaiknya nggak perlu join adalah grup alumni sekolah. Iya, saya paham, grup alumni ini memang dibutuhkan agar kita bisa tetap menjalin silaturahmi dengan teman-teman sekolah dulu. Tapi ketimbang manfaatnya, kayaknya lebih banyak hal nggak penting dalam grup ini, deh.

Lantaran nggak akrab-akrab banget atau mungkin karena sudah sibuk dengan kesibukan masing-masing, grup WhatsApp alumni sekolah seringnya sepi. Palingan grup ini baru ramai kalau mau ada acara reunian atau acara bukber di bulan Ramadan. Itupun kadang sebatas wacana doang.

Sama kayak grup WA keluarga, grup WA alumni juga cuma memberi kita kebimbangan. Mau keluar, tapi nggak enak sama teman yang lain. Kalau tetap ada di grup, sepinya udah kayak kuburan. Nggak berhenti sampai di situ, kebimbangan lainnya juga akan muncul ketika salah satu member nge-chat di grup tersebut. Biasanya kalau nggak sempat dijawab, dibilangnya kita sombong, udah berubah, bla bla bla lainnya. Tapi giliran dijawab, eh malah kita dicuekin.

Udah gitu, grup WhatsApp alumni ini juga kerap disalahgunakan oleh kaum “pinjam dulu seratus”. Banyak banget contoh kejadian ini dan hasilnya tentu aja nggak akan dibayar. Kalaupun dibayar, kita yang harus usaha ngasih kode-kode biar si oknum peka.

WhatsApp yang awalnya diproyeksikan memudahkan manusia untuk saling berkomunikasi, malah bikin emosi pengguna dengan kehadiran dua grup di atas. Memang nggak semua grup WA keluarga dan alumni sekolah kayak yang saya ceritakan di atas. Tapi, mayoritas ya kayak yang saya bilang di atas. Betul apa betul?

Penulis: Rino Andreanto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Skema Kedekatan Pertemanan Berdasarkan Banyaknya Grup WhatsApp Turunan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version