Ternyata di Blora ada juga tempat wisata yang tak mengecewakan, itu adalah Goa Terawang.
Akhir bulan lalu, saya berkesempatan pulang ke kampung halaman di Blora. Perjalanan dimulai dari Stasiun Poncol, menaiki kereta Blora Jaya yang sudah lama menjadi penghubung antara Semarang dan Cepu. Ada sedikit kekhawatiran sebelum berangkat. Maklum, Semarang belakangan ini dikepung banjir. Namun syukurlah perjalanan pulang berjalan lancar.
Kepulangan kali ini terasa berbeda dari biasanya. Jika sebelumnya saya hanya pulang untuk bertegur sapa dengan keluarga dan segera kembali ke perantauan, kali ini muncul hasrat untuk menikmati pesona wisata Blora. Dorongan itu semakin kuat tatkala istri saya mengungkapkan keinginannya mengenal lebih dekat wisata alam Blora yang katanya mulai berkembang.
Terus terang, permintaan itu sempat saya tolak. Sebagai warga asli Blora, saya memang sering kesulitan ketika diminta merekomendasikan tempat wisata di wilayah sendiri. Bukan karena daerah ini miskin destinasi, tetapi karena sebagian besar lokasi wisata masih dikelola secara serampangan. Beberapa bahkan kerap membuat pengunjung kecewa akibat fasilitas yang minim atau tata kelola yang belum maksimal.
Namun setelah menimbang-nimbang, saya akhirnya memutuskan untuk mengajak istri berkunjung ke Goa Terawang Blora. Dan hasilnya? Untuk pertama kalinya, saya berwisata di Blora tanpa rasa kecewa bahkan ingin kembali lagi.
Perjalanan menuju Goa Terawang Blora memang cukup menguras waktu dan tenaga
Perjalanan dari rumah saya menuju Goa Terawang memang lumayan melelahkan. Bayangkan saja, rumah saya berada di ujung timur Blora, cenderung mepet perbatasan Jawa Timur. Sementara itu Goa Terawang ada di sisi paling barat kabupaten. Kalau lihat di maps, waktu tempuhnya bisa hampir dua jam, tapi kalau bawa kendaraan sendiri, tentu akan terasa lebih lama dan bikin ngantuk.
Meski begitu, perjalanan menuju Goa Terawang Blora tidak sepenuhnya membosankan. Deretan hutan jati sepanjang jalan masih bisa bikin mata seger, meskipun beberapa titik sudah diganti jadi lahan jagung. Pohon-pohon tinggi yang masih rimbun bikin suasana perjalanan terasa amat sejuk.
Tapi ya tetep, kontur jalan masih ada yang ngglodhoki dan cukup bikin kesel. Memang sih kondisi jalannya nggak separah dulu namun tetap saja beberapa lubang masih sering membuat roda nglenceng mendadak, hingga hati rasanya tratapan.
Impas dengan perjalanan panjangnya
Rasa jengkel saya soal jalan berlubang seketika sirna begitu memasuki Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, tempat Goa Trawang Blora berada. Jalanan yang membelah hutan jati dan hamparan sawah kini sudah dibeton dengan rapi, sehingga perjalanan terasa nyaman baik saat menggunakan motor maupun mobil.
Tiket masuk Goa Terawang Blora juga tergolong ramah di kantong. Untuk dua orang pengunjung, biaya sekitar Rp 22.000 sudah termasuk parkir satu kendaraan bermotor. Itu adalah harga yang sangat wajar mengingat fasilitas dan pengelolaan kawasan yang kini sudah tertata rapi.
Begitu menapakkan kaki di area parkir, saya langsung disambut oleh gerombolan monyet liar yang bebas bergelantungan di pohon jati. Di lokasi ini, pengunjung juga dapat mencoba beragam wahana menarik: mulai dari ATV, jeep, kolam renang mini untuk anak-anak, rainbow slide, hingga lintasan kereta Donkey Train yang baru dibuka.
Goa Trawang Blora juga menawarkan kesempatan unik untuk menikmati kopi di dalam goa. Ya, bagian dalam goa telah diubah menjadi sebuah kafe yang tetap mempertahankan suasana alami. Begitu melangkah masuk, udara sejuk menyapa, berpadu dengan pemandangan stalaktit dan stalagmit yang menakjubkan.
Menyeruput kopi hangat di tengah keheningan goa tentu menciptakan sensasi tersendiri. Itu menjadi sebuah pengalaman yang jarang bahkan nggak mudah ditemukan di tempat lain.
Tata kelola wisata yang berbuah manis
Saya rasa tidak berlebihan jika menyebut Goa Trawang sebagai destinasi alam Blora yang memang layak dan wajib untuk dikunjungi. Buktinya tempat wisata ini bahkan bisa berhasil meraih pernghargaan nasional Wonderful Theme Park Impact Award 2025 di Bali dalam kategori Indonesia People Centric Theme Park Award. Goa Terawang Blora menyingkirkan Ancol di posisi kedua dan The Lawu Park di posisi ketiga.
Prestasi ini jelas makin menandaskan bahwa tata kelola dan pemberdayaan masyarakat lokal yang dilakukan di Goa Terawang nggak main-main. Profesionalisme dan inovasi pengelolanya terbukti mampu menjadikan tempat ini bukan sekadar destinasi wisata biasa, tapi sebuah kebanggaan nyata yang turut berdampak langsung pada masyarakat lokal.
Pada akhirnya pengalaman mengunjungi Goa Terawang semakin meyakinkan saya bahwa Blora sebenarnya memiliki begitu banyak potensi wisata yang, jika dikelola serius, bisa bersinar lebih gemilang lagi. Kini, saya jadi tak ragu lagi mengajak istri atau teman-teman dari luar kota untuk menjelajahi wisata di Blora.
Semoga perhatian Pemkab dan dinas terkait semakin merata, sehingga semakin banyak destinasi lokal yang mampu menoreh prestasi serupa. Dan tidak lagi hanya bersembunyi di balik hutan jati serta hamparan area persawahan.
Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















