Gelar Striker Terbaik, Akal-akalan France Football di Gala Ballon d‘Or 2021

france football ballon d'or

N’Golo Kante, Karim Benzema, dan Jorginho secara berurutan disebutkan namanya sebagai pemain sepak bola pria terbaik kelima hingga ketiga di dunia dalam Gala Ballon d’Or 2021 yang diselenggarakan oleh France Football. Seusai pembacaan, semua elemen sepak bola telah mengetahui dalam benaknya masing-masing, tanpa perlu disebutkan siapa saja dua pemain yang menempati dua posisi teratas.

Dari auditorium Theatre du Chatelet, Paris, Prancis, malam penghargaan memasuki puncak acara. Dua pembalap Formula 1, Fernando Alonso dan Esteban Ocon, menaiki singgasana utama Gala Ballon d’Or 2021 dengan membawa dua piala emas paling bergengsi bagi pesepakbola sejagat. Dua trofi Ballon d’Or untuk pesepakbola pria dan wanita terbaik tahun ini.

Trofi untuk kategori wanita terlebih dahulu diumumkan. Adalah Alexia Putellas, gelandang Barcelona dan Timnas Spanyol, yang berhasil membawa pulang penghargaan tertinggi bagi pesepakbola wanita. Setelah berhasil meraih treble winners bersama klubnya, maka tak ada alasan lain untuk tidak memberikan trofi tersebut kepada sang kapten Barcelona Femeni.

Setelah itu, tibalah puncak malam penghargaan dengan seremoni penyerahan trofi utama. Ketika sebagian besar para pelaku, penggiat, hingga penggemar sepak bola menginginkan nama Robert Lewandowski disebut sebagai pemenang, namun nyatanya justru nama Lionel Messi-lah yang (lagi-lagi) dinobatkan.

Kapabilitas olah bola Messi tentu saja tak perlu diragukan lagi. Enam trofi Ballon d’Or yang sebelumnya ia raih adalah bukti bahwa ia layak menyandang gelar G.O.A.T. alias The Greatest of All Time. Namun, gelar Ballon d’Or yang ketujuh ini, bisa dibilang sebagai robbery terbesar di jagat sepak bola tahun ini. Meskipun ia berhasil mengantarkan FC Barcelona menggondol Copa Del Rey serta membawa Argentina menjuarai Copa America untuk pertama kali dalam kariernya.

Akan tetapi, pencapaian di level tim selamanya tidak bisa dikategorikan sebagai pencapaian individu murni. Apalagi, ia sempat tertaih-tatih menemukan performa terbaiknya bersama Paris Saint-Germain di awal musim kompetisi 2021/2022. Performa The G.O.A.T. di tahun ini tidak sefenomenal performanya di waktu lampau. Tidak juga seapik Robert Lewandowski di tahun ini.

Dalam dua musim terakhir, barangkali tak satu pun pemain—khususnya penyerang—yang secara performa maupun statistik, lebih baik daripada angka-angka yang ditorehkan Robert Lewandowski bersama klub maupun negara. Akan tetapi, tak satu pun bola emas yang masuk ke lemari koleksi trofinya.

Di tahun sebelumnya, France Football meniadakan penghargaan Ballon d’Or dengan pertimbangan situasi pandemi. Sedangkan di tahun ini, Robert Lewandowski dinobatkan “hanya” sebagai Striker of The Year. Penghargaan tersebut merupakan satu dari dua kategori baru, di mana kategori lainnya adalah Club of The Year yang dimenangkan oleh Chelsea FC.

Seandainya memang hendak meningkatkan apresiasi terhadap performa para pesepakbola dari berbagai posisi bermain, kenapa tidak dibuatkan pula penghargaan untuk gelandang terbaik? Atau untuk bek terbaik, yang acap kali minim pengakuan atas performa apiknya?

Bahkan di abad ke-21 ini, hanya ada nama Fabio Cannavaro, pemain belakang yang berhasil memenangkan trofi Ballon d’Or. Ia dinobatkan sebagai pemain terbaik tahun 2006 setelah memimpin Timnas Italia menjuarai Piala Dunia 2006.

Jika pemenang UEFA Champions League adalah klub terbaik di Eropa, dan pemenang FIFA Club World Cup adalah yang terbaik di dunia, mengapa pula mesti repot-repot dibuat suatu penghargaan khusus lagi? Selain itu, jika memang hendak memberi penghargaan untuk suatu institusi atau lembaga dalam ranah sepakbola, mengapa tidak dibuatkan juga penghargaan untuk suporter terbaik?

Motif serta urgensi France Football untuk memberi penghargaan khusus bagi penyerang terbaik tahun ini nampak datang dari ruang hampa. Toh para pemenang Ballon d’Or dari tahun ke tahun pun, mayoritasnya adalah pemain-pemain yang berposisi sebagai penyerang. Oleh karena itu, gelar untuk klub terbaik pun seakan-akan hanya akal-akalan saja agar penghargaan striker terbaik tidak nampak seperti akal-akalan yang kontroversial dan problematik.

Sumber Gambar: Pixabay

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version