Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri (Mohammad Reza via Unsplash)

Sebagai orang luar kota yang sering mengunjungi Garut, saya kadang kala kesulitan mencari hotel yang nyaman, aman dan harga terjangkau di luar Cipanas dan Garut Kota. Padahal Garut itu wilayahnya luas bukan main.

Saya akui, pesona alam Garut itu indah sekali, nggak salah kalau dijuluki Swiss Van Java. Tapi kalau kita bicara soal realitas infrastruktur wisatanya hari ini, saya nggak bisa menutupinya, Garut itu ibarat rumah mewah yang kuncinya cuma ada di teras depan.

Begitu tamu mau masuk ke ruang tengah atau melihat taman belakang, mereka bingung karena jalannya gelap dan nggak ada tempat duduknya. Masalah utama Garut bukan kekurangan pemandangan, tapi ketimpangan fasilitas yang bikin geleng-geleng kepala.

Terjebak di Cipanas dan Pusat Kota

Coba cek aplikasi pemesanan hotel lalu ketik “Garut”. Mayoritas pilihan yang muncul kalau tidak di area Cipanas yang airnya panas terus, ya di seputaran pusat kota yang nggak ramai-ramai banget.

Seolah-olah, peradaban pariwisata di Garut itu hanya berputar di area tersebut. Padahal, Garut itu wilayahnya luas sekali. Kita bicara soal kabupaten yang punya gunung-gunung gagah di utara hingga deretan pantai eksotis di selatan yang jarak tempuhnya saja bisa memakan waktu berjam-jam dari pusat kota.

Aneh rasanya ketika kita ingin menikmati syahdunya alam di wilayah yang agak pelosok, tapi dipaksa untuk tetap menginap di kota karena di sana tidak ada akomodasi yang proper. Akibatnya, wisatawan menumpuk di satu titik saja.

Dampaknya jelas macet yang minta ampun di jalur Cipanas dan Tarogong setiap akhir pekan. Wisatawan jadi stres di jalan, warga lokal juga kena imbas macetnya. Sementara potensi alam di wilayah Garut yang yang lain tertutupi sampai-sampai nggak ada yang bisa mengunjunginya dengan nyaman.

Transportasi umum ada, tapi gaib

Kadang saya bingung. Kalau saya dari kota tujuan ke Cikajang yang membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam, saya bisa naik taksi online dengan harga yang tinggi. Atau naik bus tanggung bareng ibu-ibu yang pulang dari pasar sambil bawa ayam dan sayuran. Tapi kalau saya balik ke arah kota, nggak ada kendaraan umum sama sekali, apalagi ojek online.

Mau nggak mau kita harus sewa kendaraan sendiri, entah itu motor atau mobil. Padahal kita ke kota orang itu sebenarnya ingin menikmati keindahan alamnya bukan malah fokus ke kemudi.

Sangat disayangkan melihat daerah seluas dan sepotensial Garut tapi pembangunan wisatanya seolah-olah terpusat di tengah. Harusnya, pembangunan hotel dan akses transportasi mulai merambah ke wilayah yang lebih luas. Agar ekonomi warga lokal di pelosok juga ikut terangkat. Bukan cuma jadi penonton saat mobil-mobil pelat B lewat menuju pantai selatan.

Yang jelas, Garut butuh pemerataan. Kita butuh penginapan yang tersebar di titik-titik strategis pedalaman dan akses transportasi yang terintegrasi.

Potensi Garut dan Ketimpangannya

Sebenarnya, Garut cocok jadi kota slow living di Jawa Barat. Bukan sekadar kota transit jika mau atau dari Bandung ke Tasikmalaya. Garut punya potensi alam, budaya, dan kearifan lokal yang kuat, seharusnya nggak sebatas jualan Cipanas, domba, atau dodol saja.

Jangan sampai orang luar hanya mengenal kota ini sebatas tempat rendam kaki di air panas atau tempat beli dodol di toko oleh-oleh pusat kota. Garut itu jauh lebih luas dari sekadar Tarogong atau Cipanas. Selama pemerintah dan pengembang masih betah nongkrong di kota saja, ya selamanya pariwisata Garut bakal begini-begini saja, indah di foto, tapi bikin emosi dan pegal di perjalanan karena fasilitasnya yang jago kandang.

Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Hal-hal yang Harus Kamu Tahu tentang Kota Garut agar Tahunya Nggak Cuma Vina Garut doang!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version