“Kenapa nggak daftar kementerian aja, Ron? Gajinya lebih besar, tunjangannya tebal, fasilitas juga jauh lebih oke.”
Begitu kira-kira komentar yang sering diterima teman saya, Roni. Dia adalah seorang PNS daerah di kota kelahirannya, dan tak sekali dua kali ditanya kenapa nggak ambil kesempatan kerja di pusat. Padahal, dia termasuk cerdas, cukup potensial untuk bersaing di Jakarta, atau kota besar lainnya.
Tapi jawaban Roni selalu sederhana: “Gaji boleh beda, tapi bisa pulang tiap hari itu nggak ada harganya.”
Hidup di kota sendiri adalah kemewahan
Roni tinggal dan bekerja di kota yang sama sejak awal jadi abdi negara. Kantornya cuma sekitar 15 menit dari rumah. Setiap pagi dia bisa mengantar anaknya sekolah, sore hari menjemput, dan malamnya masih bisa makan bareng keluarga tanpa terganggu jadwal lembur atau macet khas ibu kota.
Sementara itu, beberapa teman kami yang kerja di kementerian sering harus tinggal jauh dari keluarga. Ada yang tinggal di apartemen sempit, ada yang baru bisa pulang kampung sebulan sekali, bahkan ada yang sejak anak lahir belum pernah nemenin sekolah karena selalu di luar kota.
“Buatku, bisa lihat anak tumbuh tiap hari, itu jauh lebih berharga daripada tunjangan kinerja,” kata Roni sambil ketawa kecil, tapi matanya kelihatan serius.
Bisa coba bisnis rumahan tanpa takut tergusur
Salah satu hal yang Roni nikmati sebagai PNS daerah adalah fleksibilitas waktunya. Setelah pulang kantor, dia bisa bantu istrinya menjalankan bisnis kecil di rumah. Mereka buka jasa katering untuk tetangga dan teman-teman kantor. Bahkan Sabtu-Minggu kadang ikut bazar di balai kota.
“Kalau aku kerja di pusat, bisa jadi aku malah kos atau ngontrak. Nggak punya rumah sendiri, apalagi buka usaha,” katanya. “Di sini aku bisa manfaatin rumah keluarga, mulai pelan-pelan, dan semuanya tetap dalam jangkauan.”
PNS Daerah tak perlu ikut drama tiket pesawat atau cuti darurat
Satu hal yang paling Roni syukuri adalah bisa tetap dekat dengan orang tuanya. Ayahnya sudah pensiun dan mulai sakit-sakitan, ibunya butuh pendamping untuk belanja atau kontrol ke rumah sakit. Karena tinggal di kota yang sama, Roni bisa menjalankan peran anak tanpa drama tiket pesawat atau susahnya ngatur cuti mendadak.
Beberapa teman kami yang kerja di Jakarta harus berebut cuti saat orang tuanya sakit atau saat ada acara keluarga penting. Belum lagi harga tiket yang kadang bikin mikir dua kali buat pulang.
Roni cukup ambil motor, mampir beli bakso, dan bisa sampai rumah orang tuanya dalam 20 menit.
PNS Daerah aman dari penempatan ke ujung dunia
PNS pusat memang banyak peluang, tapi juga banyak risiko penempatan. Beberapa teman Roni yang dulu idealis dan semangat mengabdi di kementerian, kini harus bolak-balik ke daerah terpencil. Ada yang ditempatkan di perbatasan, ada yang harus tinggal di pulau kecil dengan sinyal pas-pasan.
Roni? Paling mentok cuma mutasi ke dinas lain yang masih satu kabupaten. Tetap bisa pulang tiap hari, tetap bisa hadir di ulang tahun anak, dan tetap bisa ikut jagong manten tetangga tanpa perlu izin 3 hari.
Pilihan waras di tengah euforia “merantau demi karier”
Buat Roni, menjadi PNS daerah bukan bentuk menyerah atau “kurang ambisi.” Justru itu pilihan yang penuh perhitungan. Dia tak hanya berpikir soal gaji bulanan, tapi juga kualitas hidup jangka panjang.
“Kadang orang terlalu terpukau sama angka. Padahal, hidup itu bukan lomba saldo tabungan. Bisa punya waktu buat keluarga, itu lebih mahal dari tunjangan mana pun,” ujarnya suatu sore saat kami ngopi bareng.
Dan saya harus mengakui: Roni benar.
Kalau kamu masih berpikir jadi PNS daerah itu pilihan kelas dua, coba deh ngobrol sama (orang seperti) Roni. Kamu mungkin akan sadar bahwa bekerja di kota sendiri, dekat dengan keluarga, dan punya waktu luang yang manusiawi, adalah kemewahan yang jarang bisa dibeli, bahkan dengan tunjangan yang tiga kali lipat sekalipun.
Penulis: Dhafin Fuad Mahathir
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Hal yang Harus Disyukuri Menjadi PNS Daerah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
