Sebagai pengguna YouTube Music, saya cukup puas, tapi tetap saja ada beberapa fitur yang mengganggu kenyamanan dan perlu dihapus.
Pertama, saya ingin memberi tahu pada jamaah mojokiyah bahwa saya adalah pengguna platform musik YouTube Music. Ya, ini bukan sebuah usaha untuk pamer apalagi meninggikan diri lantaran saya beda sendiri dari kebanyakan orang. Saya sudah pernah menyampaikan alasan “hijrah” dari Spotify ke YouTube Music di artikel sebelumnya. Yang jelas, alasan utamanya karena Spotify sekarang makin ngeselin.
Harus diakui, YouTube Music memang lebih bagus, dan saya memang menyukai fitur serta kualitas yang ditawarkan. Tapi, namanya aplikasi, tentu masih banyak hal yang perlu ditingkatkan. Ketika saya mendengarkan musik sambil melihat-lihat fitur YouTube Music lebih jauh, tiba-tiba saya kepikiran sesuatu. Harusnya ada beberapa fitur yang dihapus. Yaiyalah, YouTube Music kan sudah masuk ke ranah platform streaming musik, jadi sudah sepatutnya mengikuti standar aplikasi musik pada umumnya.
Berdasarkan pengamatan saya, berikut beberapa fitur YouTube Music yang seharusnya dihapus agar nggak mengganggu kenyamanan pendengar.
Daftar Isi
#1 Tombol dislike buat apa?
Saya nggak paham mengapa bisa-bisanya YouTube Music menyematkan tombol ini. Tombol dislike kan cocoknya untuk video di YouTube, kenapa harus ada di aplikasi musiknya, sih?
Sekarang mari kita pikirkan secara saksama. Fungsi tombol like pada aplikasi streaming musik itu sudah jelas untuk menyimpan musik tertentu ke library, spesifiknya, musik yang kita sukai. Kita suka lagu tersebut, terus kita like, makanya disimpan. Lha, kalau menekan tombol dislike, apa pengaruhnya ke pengguna?
Kalau misalnya kita nggak menyukai satu dua lagu, tinggal skip atau cari lagu lain, masalah kelar. Lha, kalau ada banyak musik yang nggak kita sukai dan kita harus menekan tombol dislike, jelas jumlahnya bisa melebihi lagu yang kita sukai. Menurut saya, menghilangkan fitur dislike adalah PR besar untuk YouTube Music, sih.
#2 Fitur nggak penting selanjutnya di YouTube Music: kolom komentar
Saya nggak habis fikri untuk fitur yang satu ini. Iya, saya paham kalau YouTube Music merupakan miniatur dari YouTube, sehingga ada kesamaan itu hal yang wajar. Tapi, kalau mau disamain, mbok yang masuk akal.
Buat YouTube Music, tolong dipikir baik-baik, kira-kira pengguna mana yang segabut itu mendengarkan musik sambil bacain komentar orang lain? Coba bayangin, misalnya sebagai pengguna, kamu tiba-tiba diputusin pacar dan pengin galau sambil dengerin lagu-lagu mellow. Kalau kamu lagi sedih begitu, memangnya masih sempat bacain kolom komentar?
Iya, saya tahu memang ini mengikuti aturan YouTube. Ada lagu yang membolehkan komentar dan ada juga yang menutup kolom komentar. Tapi, bukankah lebih baik kalau YouTube Music bikin peraturan sendiri dengan menghapus fitur satu ini? Kita kan lagi mendengarkan lagu, bukan nonton video lucu dan mencari reaksi netizen di kolom komentar~
#3 Betapa sia-sianya fitur full screen di YouTube Music
Fitur ketiga ini juga bagi saya sia-sia banget. Ketika saya mengetuk cover album lagu yang sedang diputar, saya melihat ada fitur full screen di pojok kanan bawah. Ketika saya coba, saya berekspektasi kalau gambar cover albumnya di full screen bakal keren. Ala-ala Groove Music-nya Windows gitu, deh.
Ealah, setelah saya coba, kok malah zonk. Ternyata cuma gambar cover album yang di-landscape. Gambarnya pecah pula karena terpaksa di-zoom untuk memenuhi layar ponsel. Hadeh. Memang sudah paling benar fitur YouTube Music ini dihapus saja. Selain nggak memberikan pengalaman full screen yang baik, di saat yang sama saya juga berpikir kalau fitur ini sebetulnya nggak terlalu berguna.
Sekali lagi saya ingatkan, kita menggunakan aplikasi ini cuma untuk mendengarkan musik dengan damai. Jadi, ngapain juga sih ada fitur full screen segala? Hapus saja deh pokoknya.
#4 Tombol save yang kebanyakan
Ketika saya iseng utak-atik YouTube Music, satu hal yang bikin saya heran adalah fitur save yang kebanyakan. Banyak banget dan bahkan bisa dibilang ada di mana-mana.
Untuk menyimpan lagu, simpelnya kita bisa memakai tombol like yang sudah tersedia di bawah judul lagu. Di sisi lain, kita juga bisa memakai tombol save yang sejajar dengan tombol like. Fungsinya sama, tapi tombol ini juga digunakan bila kita ingin menyimpan lagu untuk dimasukkan ke dalam playlist tertentu.
Nggak hanya itu, tombol save juga masih ada di titik tiga pojok kanan atas. Di sana, kita bisa menemukan pilihan save to library dan save to playlist yang fungsinya mirip-mirip. Saking banyaknya fitur save, sebagai pengguna saya malah kebingungan.
Itulah sederet fitur YouTube Music yang cukup mengganggu kenyamanan pengguna dan sebaiknya dihapus saja. Jadi pengguna YouTube Music memang nggak selamanya enak. Karena masih dalam proses pengembangan, tentu masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Semoga saja pihak YouTube Music bisa memperhatikan saran saya ini dan mengembangkan aplikasi ini jadi lebih baik lagi.
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Orang Waras Pasti Meninggalkan Spotify dan Hijrah ke YouTube Music, yang Jelas Lebih Superior.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.