Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Film Mr. Hong: Romansa Hye Jin dan Du Shik yang Bikin Penonton Bengong

Noor Annisa Falachul Firdausi oleh Noor Annisa Falachul Firdausi
2 Oktober 2021
A A
Film Mr Hong_ Romansa Hye Jin dan Du Shik yang Agak Bikin Bengong terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Seperti yang sudah diketahui oleh pemirsa, drakor Hometown Cha-cha-cha merupakan hasil remake sebuah film yang rilis di tahun 2004. Film ini secara singkat punya judul Mr Hong, sementara di poster resminya, tertulis bahwa film yang dibintangi oleh Uhm Jung Hwa dan Kim Ju Hyeok ini berjudul Eodiseonga Nugungae Museunili Saengkimyeon Teulrimeobshi Natananda Hong Ban-Jang. Amboi, panjangnya ngalahin title track-nya boygroup Tomorrow X Together.

Kalau kalian mengharapkan saya membandingkan drakor Hometown Cha-cha-cha dengan pendahulunya, yakni film Mr Hong, mohon maaf saya nggak bisa memenuhi ekspektasi tersebut. Lantaran saya sadar, baik drakor maupun filmnya memiliki penulis, sutradara, setting waktu yang berbeda. Bahkan pekerjaan Hong Du Shik pun memiliki perbedaan. Dan coba bayangkan perasaan keduanya ketika dibanding-bandingkan. Mereka berdua punya keunikan tersendiri yang nggak bijak kalau kita recoki. Asekkk.

Film ini diawali dengan Yoon Hye Jin, seorang dokter gigi yang praktik di sebuah klinik di Seoul, menolak untuk memberikan tindakan perawatan pada seorang pasien. Dia pun mengajukan surat pengunduran diri. Niat awalnya, sih, cuma pengin menggertak direktur kliniknya. Dengan kata lain, Hye Jin berharap agar direktur menahan kepergiannya. Tapi, nyatanya sang direktur menerima surat pengunduran dirinya. Hye Jin pun susah dapet kerja karena direktur yang social butterfly ini membikin Hye Jin terkenal akan keanehannya. Khas masyarakat sebelum jadi budak teknologi, ya, nyebarin rumor pun pakai metode getok tular.

Seoul sejak dulu memang sudah memasang harga sewa tinggi buat setiap gedung. Maklum, namanya juga kota metropolitan yang lahannya terbatas tapi banyak orang yang butuh hunian dan kantor di sana. Ingat kan sama hukum permintaan dan penawaran? Gara-gara itu, Hye Jin pun pergi ke desa secara random buat mencari lokasi untuk membuka kliniknya. Yah, daripada maksain nyewa gedung di Seoul yang rupanya habis jadi TKP pembunuhan.

Hye Jin akhirnya punya klinik dan rumah di desa yang nggak disebutkan namanya, tapi letaknya tetep di pesisir. Nah, karena film ini dirilis tujuh belas tahun yang lalu, kita bisa menyaksikan berbagai hal yang lumrah di masa itu tapi mulai tergerus eksistensinya di masa kini. Rumah Hye Jin masih dicat secara manual oleh Hong Du Shik. Hong Banjang-nim di film ini pun belum mengerti bahwa mengomentari fesyen orang lain itu dianggap cukup berdosa di zaman sekarang.

Hubungan Hye Jin dan Du Shik berkembang seiring dengan frekuensi interaksi mereka yang cukup banyak. Film ini berakhir bahagia dengan keduanya yang pacaran. Tapi, menyaksikan film ini membuat saya agak kurang plong karena ada noda di beberapa tempat.

Film ini nggak begitu menonjolkan aspek, suasana, dan kondisi masyarakat desa. Bener, sih, mereka tinggal di desa di pinggir laut. Interaksi masyarakatnya juga masih erat dan mekanis. Tapi, entah kenapa saya malah melihat bahwa film ini pengin memperlihatkan bahwa desa yang jauh dari Seoul pun sudah modern. Hong Du Shik ini kerja paruh waktu di minimarket, bukannya di warung yang umumnya ada di desa. Pun dengan kawannya Du Shik yang punya usaha penyewaan dan reparasi speed boat. Malah kayak desa wisata, ya?

Mr Hong juga menghadirkan isu kriminalitas yang nanggung banget. Masa sepanjang durasi 108 menit itu kejahatannya berupa pelecehan seksual dan yang kena Hye Jin terus. Kecuali film ini memang punya tujuan utama menghadirkan awareness soal pelecehan seksual, seharusnya masalah kriminalitasnya bisa lebih variatif.

Baca Juga:

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Drama Korea Typhoon Family, Membahas yang Terlewat dalam Debat Perintis vs Pewaris di Media Sosial

Soal character development, film ini masih cukup klise. Banyak film yang menghadirkan tokoh utama yang punya temen agak pahpoh dan kurang berguna, begitu juga Mr Hong ini. Jujur saja karakter Mi Seon di film ini bikin saya menghela napas. Mi Seon ini tak ubahnya seorang teman yang bikin hidup kita jadi tambah complicated. Nggak jelas pula alasan Mi Seon ikut Hye Jin pindah ke desa itu buat apa. Padahal dia suka party, centil, dan hobi selfie buat menarik hati para lelaki yang tentunya lebih gampang ditemukan di kota. Pakaiannya pun nggak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat desa yang masih cukup konservatif. Agak anomali memang si Mi Seon ini.

Saya pun merasa bahwa Hong Du Shik ini kayak cowok Wattpad alias pencipta karakternya nggak ngasih sedikit pun cela untuknya. Du Shik ini seperti karakter yang too good to be true. Masa ya ada manusia seperti dia? Kalau ada, saya ngecim satu, dong.

Sementara itu, Hye Jin seperti seorang pendatang yang kurang bisa beradaptasi. Dia memang nggak ada masalah dengan tetangga. Tapi soal gaya hidup, Hye Jin masih khas urban sekali dan nggak bisa jauh dari kota. Hye Jin kerap pergi dari desa buat belanja di supermarket di kota. Gaya hidup Hye Jin inilah yang menyadarkan saya bahwa penulis pengin memperlihatkan perbedaan status sosial Hye Jin dengan Du Shik lewat makanan yang mereka konsumsi. Setelah selesai nukang, Du Shik makan bibimbab di mangkok alumunium, sementara Hye Jin melahap sandwich. Pilihan minuman mereka pun berbeda. Kalau Du Shik minum soju, maka Hye Jin memilih wine.

Meski Du Shik terkesan sangat sederhana dan sesuai dengan karakternya sebagai orang yang bermukim di desa, rupanya Du Shik pandai untuk “menyesuaikan status”. Ketika Hye Jin memintanya buat berpura-pura jadi pacarnya, Du Shik berhasil “diterima” oleh bapaknya Hye Jin. Oh ya, keluarga Hye Jin ini kaya raya. Bapaknya saja hobi main golf, punya sopir yang memanggil anaknya dengan sebutan “nona”, dan rumahnya dilengkapi kolam untuk berendam air panas. Du Shik bisa beradaptasi dengan lingkungan yang sangat berbeda dengan yang dia temui sehari-hari. Selain itu, perlu dicatat kalau Du Shik ini orangnya sopan banget. Bahasa formal selalu dia pakai waktu ngobrol sama bapaknya Hye Jin.

Saya kira, setelah Du Shik jadi pacar bohongan Hye Jin, kisah romansa mereka bakal mulus, eh yang ada malah makin nggak lancar kayak pintu masuk tol di masa arus balik Lebaran. Tarik menarik antara keduanya berlangsung bermusim-musim. Saya merasa konflik percintaan mereka di film Mr Hong kurang tajam, seperti sekadar perempuan yang suka duluan, nembak, lalu terjebak friendzone. Laki-lakinya juga suka balik, tapi dia nggak ngelakuin apa pun demi mendapatkan hati si perempuan, bahkan ketika si perempuan pamit dan memastikan sekali lagi. Hye Jin sampai harus turun tangan lagi sementara Du Shik cuma menunggu sambil nimbun wine di rumahnya dengan alasan Hye Jin pasti akan kembali ke desa. Hadeh.

Konflik yang kurang tajam ini membuat saya nggak terlalu mengharapkan keduanya bakal berakhir bahagia. Dan masih menjadi misteri juga sebenarnya sejak kapan dan alasan apa yang membuat keduanya saling jatuh cinta. Hye Jin sempat merendahkan Du Shik karena menurutnya Du Shik nggak punya masa depan. Bisa tolong dijelaskan, Mas, Mbak?

Sumber Gambar: Asianwiki

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Oktober 2021 oleh

Tags: drama koreaMr Hongremake
Noor Annisa Falachul Firdausi

Noor Annisa Falachul Firdausi

Alumnus UGM asal Yogyakarta yang lagi belajar S2 Sosiologi di Turki

ArtikelTerkait

Rekomendasi Film Korea Bergenre Komedi buat Hibur Hari Beratmu terminal mojok.co

Rekomendasi Film Korea Bergenre Komedi buat Hibur Hari Beratmu

30 November 2020
Ratu Im Hwa Ryeong, Sosok Ibu Berani dalam Drakor Under The Queen’s Umbrella

Ratu Im Hwa Ryeong, Sosok Ibu Berani dalam Drakor Under The Queen’s Umbrella

27 Oktober 2022
4 Pesan Twenty Five Twenty One buat Anak Muda Zaman Sekarang

Na Hee Do dan Back Yi Jin Twenty Five Twenty One: Inspirasi Anak Muda Zaman Sekarang

8 Maret 2022
20 Drama Korea dengan Rating Tertinggi Sepanjang Masa Terminal Mojok

20 Drama Korea dengan Rating Tertinggi Sepanjang Masa

18 Agustus 2022
Seo Dal-mi dan Nam Do-san Punya Kriteria Mutlak buat Jadi Stafus Milenial terminal mojok.co nonton start-up drama korea bae suzy nam joo hyuk

Seo Dal-mi dan Nam Do-san Punya Kriteria Mutlak buat Jadi Stafus Milenial

12 November 2020
Mengintip 5 Drama Korea yang Bakal Rilis Tahun 2022 terminal mojok

Mengintip 5 Drama Korea yang Bakal Rilis Tahun 2022

17 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.