Saya menjadi satu dari entah berapa banyak orang yang baru tahu tentang film berdasarkan kisah nyata, Ayla: The Daughter of War, saat potongan film ini ramai lalu-lalang di linimasa TikTok. Dari komen-komen netizen, saya mendapat tambahan informasi bahwa film ini juga ada versi film dokumenternya. Namun, entah kenapa saya lebih tertarik untuk lebih dulu menonton versi film panjangnya. Demi menuntaskan rasa penasaran, meluncurlah saya ke sebuah platform. Mengetik judul film, bersiap menonton, tetapi lupa siapin tisu. Sebagai penonton yang gampang mewek dengan kisah yang berhubungan dengan hubungan manis ayah dan anak, lupa nyiapin tisu adalah sebuah keteledoran yang berakibat repot sendiri saat film lagi sedih-sedihnya.
Adalah Suleyman dan Ayla, dua tokoh yang kisah hidupnya diangkat dalam film Ayla: The Daughter of War ini. Pada1950—5 tahun setelah perang dunia kedua—ribuan tentara Turki dikirim ke Korea Selatan yang tengah terlibat perang dingin dengan Korea Utara. Satu dari ribuan tentara tersebut adalah Suleyman.
Awalnya, sempat tersiar kabar bahwa perang telah berakhir. Nyatanya, hal tersebut keliru. Serangan kembali datang dan membuat situasi menjadi darurat. Malam harinya, ketika Suleyman dan beberapa tentara lainnya sedang dalam perjalanan ke sebuah tempat, mobil yang dikendarai oleh Suleyman kembali mendapat serangan. Beruntung, mereka bisa lolos. Musuh berhasil ditumbangkan. Demi keamanan, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan menyusuri hutan.
Dalam perjalanan tersebut, di dalam hutan yang dingin dan gelap, mereka mendengar suara mencurigakan. Senjata diangkat, bersiap menghadapi serangan musuh. Suara mencurigakan tersebut terus berulang beberapa kali. Untuk memastikan, Suleyman kemudian mulai mencari sumber suara.
Suara itu ternyata berasal dari balik semak-semak. Suleyman mendekat dan suara itu kembali muncul. Siapa sangka, di balik semak-semak itu, di antara mayat yang bergelimpangan, Suleyman melihat gadis kecil yang duduk di samping mayat ibunya. Gadis kecil itu mengenggam jari ibunya. Dia tampak ketakutan dan kedinginan. Suleyman mendekati gadis kecil itu, mengajaknya untuk ikut. Namun, gadis kecil itu ragu. Suleyman terus meyakinkan dan gadis kecil itu berubah pikiran. Di dalam pelukan Suleyman, gadis kecil itu menumpahkan rasa takutnya.
Sejak saat itu, Suleyman merawat gadis kecil itu seperti putrinya sendiri. Dia memberinya nama Ayla yang berarti bulan karena wajah gadis kecil itu yang bulat seperti bulan. Cerita kemudian berlanjut dengan terus menyorot kehidupan Suleyman sebagai tentara yang sedang bertugas dan Ayla yang tak ingin lepas darinya.
Keluarga tidak selalu berhubungan darah
Kalimat di atas memang sudah lazim. Sudah jadi pendapat umum. Namun, dalam film ini memang hal tersebutlah yang paling ditonjolkan. Suleyman dan Ayla tak ada ikatan darah, tetapi saling mencintai selayaknya ayah dan anak. Satu tahun lebih menghabiskan waktu bersama membuat hubungan Suleyman dan Ayla semakin dekat. Suleyman adalah baba (ayah) bagi Ayla, Ayla adalah putri pertama Suleyman.
Suleyman dan Ayla memang sempat terpisah lama. Bukan, lebih tepatnya sangat lama, tiada hari bagi Suleyman tanpa memikirkan Ayla. Harapan untuk bertemu kembali itu selalu ada. Banyak hal yang diupayakan untuk mewujudkan, tetapi kendala selalu ada. Menuju akhir cerita, kesalahpahaman anak kandung Suleyman bahkan sempat menjadi salah satu hal yang nyaris menggagalkan upaya pertemuan Sulayman dan Ayla.
Perjuangan dan janji seorang ayah
Situasi yang mencekam pada saat itu dan Ayla yang sering ikut bersama Suleyman, dikhawatirkan bisa menimbulkan masalah. Sulayman bisa tidak fokus pada tugasnya dan nyawa Ayla jadi terancam. Tidak ada yang tahu kapan dan di mana serangan akan datang.
Suleyman yang melindungi Ayla memang bisa dibilang sudah menjadi tugasnya. Terlepas dari figur Suleyman sebagai seorang ayah, dia juga adalah seorang tentara yang bertugas melindungi warga sipil.
Saya melihat dan merasakan perjuangan seorang ayah justru dimulai ketika Suleyman dan Ayla hampir berpisah. Memasuki bagian ini, saya nangis beneran. Suleyman ingin membawa Ayla untuk pulang ke Turki, tetapi tidak diizinkan. Ayla pun dimasukkan ke sebuah sekolah bernama Ankara yang menampung banyak anak-anak bernasib sama seperti Ayla. Ayla senang berada di sana, tetapi itu karena ada Suleyman di sana. Ketika Suleyman beranjak pergi, Ayla menangis sejadi-jadinya, tidak ingin ditinggal. Ayla pun kembali dibawa ke markas tentara Turki. Suleyman dan Alya sama-sama tidak siap untuk berpisah. Suleyman yang sudah bisa pulang ke negaranya, masih tetap tinggal karena rasa cintanya sebagai seorang ayah kepada Alya. Sulayman tidak sadar bahwa keputusannya tersebut menimbulkan masalah baru yang berkaitan dengan kisah cintanya.
Akan tetapi, pada akhirnya, Suleyman memang benar-benar harus pulang. Dia sudah meminta izin untuk membawa Ayla, tetapi tidak diperbolehkan. Suleyman kemudian memilih jalan ilegal. Hampir saja berhasil, tetapi itu hanya sekadar hampir. Nyatanya, rencana Suleyman dan Ayla gagal. Mereka harus berpisah. Ayla lagi-lagi harus kehilangan.
Suleyman pun berjanji akan kembali untuk menemui Ayla. Puluhan tahun berselang, setelah berbagai upaya dilakukan, janji itu dia tepati. Pertemuan mereka menjadi momen yang membahagiakan sekaligus mengharukan.
Kisah pendukung dan tokoh pendukung
Benar bahwa Suleyman adalah orang pertama yang menemukan Ayla dan membuat Ayla kembali menemukan sosok seorang ayah. Namun, yang juga tidak kalah berjasa dalam hidup Ayla adalah tentara-tentara lainnya di markas tentara Turki, tempat Ayla dirawat dan dibesarkan.
Mereka menyayangi Ayla, menghibur Ayla, memastikan yang terbaik untuk Ayla. Bahkan momen ketika Ayla mulai terbiasa dan mengerti bahasa Turki, bukan cuma Suleyman yang senang dan terharu, para tentara Turki lainnya juga merasakan hal yang sama.
Kisah lainnya yang juga menambah sisi dramatis film ini adalah tentang kisah cinta Suleyman. Suleyman pergi ke Korea Selatan, meninggalkan Nuran (kekasihnya) bersama janji bahwa dia akan melamar Nuran sekembalinya ke Turki. Di tempat lain, di lingkungan tempat tinggal orang tuanya, ada gadis yang diam-diam juga menaruh hati pada Suleyman. Namanya Nimet.
Ketika Suleyman akhirnya harus kembali ke Turki setelah kehilangan Ali (sahabatnya sesama tentara dari Turki) yang gugur di medan perang, dan berpisah dengan Ayla, Suleyman masih harus menghadapi kehilangan lainnya. Nuran, gadis yang dia cintai memutuskan menikah. Lantaran adanya cerita tentang Suleyman yang tidak ingin berpisah dengan Ayla.
Dalam keadaan hancur karena kehilangan bertubi-tubi, Suleyman akhirnya memilih pulang ke rumah keluarganya. Menikah dengan Nimet, gadis pilihan kedua orang tuanya. Awalnya, hubungan mereka terasa kaku. Namun, pada akhirnya Nimetlah yang ikut berperan besar dalam proses pencarian Ayla. Nimet sangat mengerti bagaimana Suleyman sangat merindukan Ayla. Di kehidupan nyata, tidak berselang lama ketika Suleyman benar-benar pergi, Nimet menyusul. Mungkin, itulah yang disebut cinta sejati, sehidup semati.
Jika kalian belum menonton fillm Ayla: The Daughter of War ini dan berencana untuk menontonnya, saran saya siapin tisu dulu, ya.
Sumber Gambar: YouTube Gulf Film