Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Pengalaman Menggunakan “Female Seat Map” KAI Sejauh Ini: Hanya Menampilkan Penumpang Saat Berangkat dan Kecolongan Saat Ada yang Tukar Tempat

Annisa R oleh Annisa R
25 Mei 2025
A A
Pengalaman Menggunakan Female Seat Map KAI Sejauh Ini: Hanya Menampilkan Penumpang Saat Berangkat dan Kecolongan Saat Ada yang Tukar Tempat

Pengalaman Menggunakan "Female Seat Map" KAI Sejauh Ini: Hanya Menampilkan Penumpang Saat Berangkat dan Kecolongan Saat Ada yang Tukar Tempat (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah dua bulanan ini, KAI menerapkan fitur “female seat map” yang memungkinkan calon penumpang perempuan dapat melihat di manakah calon penumpang perempuan lain telah memilih kursi. Sejak itu, hingga hari ini saya, seorang dengan NIK perempuan, tercatat sudah memesan tiket kereta sebanyak 5 kali perjalanan. Memang mungkin tidak sering-sering banget kalau dibandingkan dengan orang lain. Namun ada beberapa hal yang saya temukan di lapangan.

Female Seat Map KAI tidak berlaku di kereta lokal

Di antara 5 perjalanan itu, salah satunya adalah tiket kereta api lokal Dhoho Penataran. Yah, memang seingat saya, sejak KAI mengumumkan fitur ini, sudah dijelaskan bahwa lini kereta lokal tidak termasuk yang menerapkan.

Namun, asumsikan bahwa penumpang tidak tahu atau tidak peduli mengenai bahwa kereta api jarak jauh dikelola oleh entitas yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan. Jika jaraknya dianggap lebih dekat dan waktunya lebih singkat, apakah kekhawatiran-kekhawatiran yang melahirkan kebijakan female seat map jadi nihil?

Apalagi perlu diperhatikan bahwa meski sama-sama menyandang status “commuter line”, rangkaian Dhoho Penataran ini tidak sama dengan kereta komuter yang berputar di kawasan Jogja-Solo maupun Jabodetabek. Ia memiliki konfigurasi yang sama dengan kereta api ekonomi subsidi: kursi 3-2 adu lutut. Jadi, tidak juga ada gerbong khusus perempuan atau semacamnya.

Hanya menampilkan female seat map saat berangkat, tidak untuk sepanjang perjalanan

Lagi-lagi, asumsikan bahwa penumpang tidak mau atau tidak peduli dengan rumitnya coding sehingga terkesan menuntut yang tidak mungkin. Satu yang saya perhatikan adalah fitur female seat map KAI ini hanya bisa menampilkan peta kursi dari stasiun kita berangkat.

Sepengalaman saya, tidak ada opsi untuk melihat teman sebangku kita sampai selesai perjalanan. Padahal bisa saja teman sebangku kita turun hanya satu stasiun setelah kita naik. Lalu kursi itu sampai akhir ternyata terisi oleh penumpang lain dengan jenis kelamin yang tidak diekspektasikan.

Tidak ada pengaruhnya apakah “penumpang pengganti” ini beli tiket sebelum atau sesudah kita ataupun “penumpang asli”, karena memang tombol untuk mengeceknya tidak ada. Sehingga, lagi-lagi, apakah musabab dari lahirnya kebijakan ini, tetap terjawab dengan praktik yang demikian?

KAI belum bisa mengantisipasi jika penumpang lain bertukar tempat

Saya mengalami ini meski lupa persisnya di rangkaian apa. Kursi sebelah saya yang tadinya ibu dengan memangku anak, digantikan oleh ayah sang anak karena anak itu ingin di kursi awal ayahnya yang dekat jendela.

Baca Juga:

Perjalanan Bersama Joglosemarkerto Mengubah Cara Saya Melihat Kereta Ekonomi

Sudah Saatnya KAI Menyediakan Gerbong Khusus Pekerja Remote karena Tidak Semua Orang Bisa Kerja Sambil Desak-Desakan

Meski saya tidak keberatan dan syukurnya tidak ada hal yang tak semestinya terjadi, pengalaman ini sempat membuat saya berpikir (atau, yah, suuzan). Bagaimana jika ada orang di posisi saya, tapi dia tidak terima?

Sebab, begini. Saya memang tidak ingat pasti ini di perjalanan mana, tapi saya yakin ini kereta api jarak jauh kelas ekonomi dan bukan Dhoho Penataran yang tadi. Dan, sepengalaman saya, kocok-kocok kursi di kelas ini sering dibiarkan meski petugas KAI rutin berkeliling sembari sepertinya memeriksa jumlah dan posisi penumpang.

Gimana, ya, kalau ada penumpang yang tidak terima jika kursi sebelahnya “berganti jenis kelamin”? Buat saya pribadi, perasaan itu valid-valid saja. Sebab, meskipun si A pemilik kursi asli sudah bersepakat dan konsensus dengan si B yang menggantikan. Akan tetapi, si C bisa jadi tidak akan membeli tiket di kursi itu kalau keadaannya sejak awal sudah begitu, kan?

Apakah saya mengeskalasikan kejauhan? Entah. Namun, rasanya, baik memang tidak ada niat jahat maupun ternyata adalah—jangan sampai—persekongkolan, bisa saja pertukaran kursi itu menimbulkan ketidaknyamanan dari “orang ketiga”. Jika demikian, apakah hal-hal yang membuat kebijakan female seat map KAI ini lahir masih valid?

Yah, penegakan aturan jadi diharapkan lebih tegas dan nomor kondektur yang terpampang di ujung-ujung gerbong memang sudah seharusnya dimanfaatkan sampai mentok. Kalau ada yang tidak nyaman, semoga tidak sekadar diminta mengalah.

Justru NIK yang seharusnya sejak awal tidak memuat identitas jenis kelamin

Cara KAI Access memfilter mana calon penumpang perempuan dan sebaliknya adalah melalui NIK. Di digit ke-7 dan 8 NIK, pada penduduk laki-laki terpampang informasi tanggal lahir. Sementara pada perempuan, tanggal lahir itu ditambah 40 dulu.

Namun, di situlah masalahnya. NIK ini mudah sekali di-decode. Dari sebuah NIK, kita jadi tahu provinsi, kab/kota, hingga kecamatan seseorang. Termasuk, jenis kelamin dan tanggal lahir.

Rawan disalahgunakan, meski konon data pribadi kita di negara ini sudah seperti tidak ada harganya juga. Akan tetapi, alangkah lebih mantapnya kalau NIK sejak awal adalah susunan angka-angka acak saja. Setidaknya, kelihatan ada usaha perlindungan data penduduk gitu sedikit-sedikit.

Jadi, bukan hanya identitas jenis kelamin yang saya maksud tidak seharusnya termuat secara telanjang di NIK. Namun semuanya karena bahkan ia menunjukkan hingga level kecamatan, setidaknya kecamatan di mana kita tumbuh dulu.

Masalah lain adalah saat keputusan ini ramai dibahas, beberapa warganet mencuit bahwa NIK mereka tidak sesuai pola pada umumnya. Ada yang dari lahir berjenis kelamin laki-laki, tetapi pada bagian tanggal lahir ditambah 40 seperti perempuan, ada pula yang sebaliknya.

Ada juga warganet yang melihat potensi penyalahgunaan lain. Misal, mulanya memilih kursi dengan NIK perempuan dulu, baru nanti beli dengan identitas yang sesungguhnya.

Itu tadi empat hal yang sejauh ini saya temukan selama menjadi penumpang kereta setelah kebijakan female seat map KAI. Kalau ada pengalaman yang berbeda, ceritakan juga, ya!

Penulis: Annisa Rakhmadini
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pilih Kursi Sesama Perempuan di KAI Access: Fitur Baru yang Wajib Dirayakan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 Mei 2025 oleh

Tags: female seat mapKAIkai accesskereta apikursi perempuanpenumpang kereta
Annisa R

Annisa R

ArtikelTerkait

Juhachi Kippu: Cara Orang Jepang Keliling Negara Menggunakan Kereta

Juhachi Kippu: Cara Orang Jepang Keliling Negara Menggunakan Kereta

7 April 2022
5 Aturan Tidak Tertulis di Kereta Ekonomi, Sengaja Saya Tulis biar Sama-sama Nyaman

5 Aturan Tidak Tertulis di Kereta Ekonomi, Sengaja Saya Tulis biar Sama-sama Nyaman

2 Desember 2024
Kuda Putih: Kereta Rel Diesel Pertama di Indonesia Sekaligus Nenek Moyang Prameks kereta prameks

Kuda Putih: Kereta Rel Diesel Pertama di Indonesia Sekaligus Nenek Moyang Prameks

4 Maret 2024
Perjalanan Bersama Joglosemarkerto Mengubah Cara Saya Melihat Kereta Ekonomi Mojok.co

Perjalanan Bersama Joglosemarkerto Mengubah Cara Saya Melihat Kereta Ekonomi

25 November 2025
3 Alasan Penumpang Bawa Makanan Sendiri ke Gerbong Restorasi Kereta Mojok.co

3 Alasan Penumpang Bawa Makanan Sendiri ke Gerbong Restorasi Kereta

1 Mei 2025
KA Taksaka Nggak Perlu Bergelar Argo untuk Jadi Primadona dan Anak Emas KAI

KA Taksaka Nggak Perlu Bergelar Argo untuk Jadi Primadona dan Anak Emas KAI

15 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.