6 Fakta Lumpia Semarang yang Mungkin Nggak Kamu Ketahui

6 Fakta Lumpia Semarang yang Mungkin Nggak Kamu Ketahui

6 Fakta Lumpia Semarang yang Mungkin Nggak Kamu Ketahui (Midori via Wikimedia Commons)

Di umur berapa kamu tahu fakta terkait lumpia Semarang ini?

Semarang memang bukan kota dengan gelar istimewa. Tuhan juga belum tentu tersenyum saat The Port of Java lahir. Namun, Kota Semarang selalu punya tempat spesial di hati saya.

Kali ini saya mau membahas kuliner khas yang paling populer dari Semarang. Ya, saya mau membahas lumpia Semarang. Kudapan ini begitu melekat dengan Kota Semarang. Sampai-sampai salah satu julukan Semarang adalah Kota Lumpia.

Meskipun sangat populer di kancah nasional, masih banyak orang yang belum tahu serba-serbi terkait kudapan satu ini. Pada kesempatan kali ini saya bakal membahas beragam fakta lumpia Semarang yang mungkin nggak kamu ketahui, khususnya bagi kamu yang belum pernah plesiran di Semarang.

Lumpia dan lunpia

Umumnya kudapan khas Semarang ini dilafalkan dengan lumpia. Terlebih bagi orang yang bukan asli Semarang, apalagi yang cuma seorang wisatawan, mesti menyebutnya sebagai lumpia. Seperti nama umum kudapan ini di berbagai daerah.

Padahal ada sebutan lain untuk lumpia, yakni lunpia. Kata lunpia ini berasal dari bahasa Cina Hokkian. Maka, kamu nggak perlu bingung mana penyebutan yang benar, lumpia atau lunpia? Sebab keduanya benar. Jadi penyebutan lumpia atau lunpia tergantung kebiasaan seseorang saja.

Lambang cinta

Lumpia Semarang itu lambang cinta. Tapi, bukan lambang cinta seperti cokelat dan bunga yang setiap Valentine kamu kasih ke gebetanmu itu. Bukan begitu maksud saya.

Lumpia Semarang adalah lambang cinta bagi pasangan Tjoa Thay Yoe dan Wasi. Awalnya mereka berdua adalah pesaing bisnis. Kemudian keduanya berkenalan dan menjadi sahabat, hingga akhirnya mereka menikah. Setelah menikah, mereka menghasilkan resep makanan yang kita kenal hari ini sebagai lumpia Semarang. Keren juga kisah cintanya bisa menghasilkan kudapan yang melegenda.

Hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa

Ada banyak makanan khas asal Indonesia yang merupakan hasil akulturasi. Misal yang paling populer adalah bakso, bacang, dan bakpia, yang merupakan akulturasi budaya Tionghoa dengan Indonesia. Belum lagi makanan Indonesia hasil akulturasi dengan Belanda kayak selat solo, semur, dan lapis legit.

Lumpia Semarang juga termasuk makanan hasil akulturasi budaya Indonesia dengan asing, tepatnya antara budaya Jawa dengan Tionghoa. Sayangnya nggak banyak orang yang tahu fakta ini. Karena jarang yang menjelaskan bahwa lumpia merupakan makanan hasil akulturasi budaya.

Awalnya makanan sejenis lumpia di Tiongkok menggunakan isian daging babi di dalamnya. Setelah terjadi akulturasi dengan budaya Jawa, isiannya diganti menggunakan rebung dan daging ayam atau udang. Mengingat mayoritas orang Jawa memeluk agama Islam dan dilarang mengonsumsi babi, jadilah isian lumpia disesuaikan dengan budaya di sini.

Awalnya tidak digoreng

Mayoritas orang taunya proses memasak lumpia dengan cara digoreng. Terlebih bagi orang yang nggak pernah tinggal di Semarang atau berkunjung ke Kota Atlas. Kadang, mereka menganggap bahwa lumpia yang nggak digoreng belum siap disantap.

Padahal awalnya lumpia Semarang nggak harus digoreng terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Fakta ini dapat ditilik dari asal nama kudapan ini. Kata lumpia berasal dari dialek Hokkien, “lum/lun” yang artinya lembut dan “pia” yang berarti kue. Berdasarkan asal katanya, lumpia berarti kue yang lembut.

Maka tak heran jika kamu ke Semarang, banyak pedagang yang menjajakan lumpia basah. Tak terkecuali salah satu pedagang lumpia yang paling termasyhur, yaitu Lumpia Gang Lombok. Sebab, awal mulanya lumpia memang nggak perlu digoreng.

Diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO

Ketika membicarakan warisan budaya yang diakui UNESCO, kita hanya berkutat pada pembahasan yang itu-itu saja. Nggak jauh dari Candi Borobudur atau Candi Prambanan. Padahal warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO bukan cuma itu, melainkan masih ada banyak lainnya. Salah satunya adalah lumpia Semarang.

Mungkin masih banyak yang belum tahu bahwa lumpia merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO. Padahal pengakuan ini sudah ada sejak 2014, lho, hampir genap satu dekade.

Sempat diklaim Malaysia

Sekalipun lumpia Semarang sudah diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO sejak 2014, tetap saja ada negara lain yang mau mengeklaim. Tak lain dan tak bukan adalah negara tetangga, Malaysia. Kalau misalnya pemerintah Malaysia mau mengeklaim lagi sesuatu dari Indonesia, saya punya penawaran lain selain lumpia. Kalau mengeklaim klitih, begal, atau tawuran aja gimana? Mau nggak?

Itulah beberapa fakta menarik terkait lumpia Semarang yang mungkin saja belum kamu ketahui. Kalau kamu jadi penasaran dengan cita rasa kudapan satu ini, langsung saja gas ke kota asalnya di liburan panjang kali ini. Toh, sudah ada tol Trans Jawa yang dapat mempersingkat waktu tempu kamu ke Kota Lumpia.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Dosa Penjual Lumpia Semarang yang Bikin Lumpianya Bau Pesing.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version