Extraordinary Attorney Woo, Drama Korea yang Tak Hanya Menghibur tapi Juga Menyentil Sisi Kemanusiaan

Extraordinary Attorney Woo, Drama Korea yang Tak Hanya Menghibur tapi Juga Menyentil Sisi Kemanusiaan Terminal Mojok

Extraordinary Attorney Woo, Drama Korea yang Tak Hanya Menghibur tapi Juga Menyentil Sisi Kemanusiaan (Instagram Nerflix Korea)

Kalau berlangganan Netflix, pasti kalian tahu bahwa saat ini drama Korea Extraordinary Attorney Woo lagi nangkring di posisi puncak dalam daftar Top 10 Indonesia. Di negara asalnya, drama yang tayang di channel ENA ini juga mencatat peningkatan rating yang luas biasa. Berdasarkan data dari Nielsen Korea, drama yang tayang sejak akhir Juni 2022 lalu ini mencatat rating nasional di atas 5% pada penayangan episode keempat. Dengan rating tersebut, Extraordinary Attorney Woo pun menjadi drama dengan rating tertinggi yang pernah ditayangkan channel ENA.

Extraordinary Attorney Woo bercerita tentang kehidupan seorang perempuan berumur 27 tahun bernama Woo Young Woo (Park Eun Bin), yang dinobatkan sebagai pengacara autis pertama di Korea. Sejak kecil, Young hidup bersama ayahnya. Hingga episode keempat, sosok ibu Young Woo masih menjadi misteri.

Dalam kehidupan sehari-hari, Young Woo yang autis mengalami kesulitan dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Namun, dalam hal penanganan hukum, kemampuan berpikir out of the box ala Young Woo patut untuk dikagumi. Young Woo adalah pengacara genius dengan IQ 164 dan merupakan lulusan terbaik Universitas Nasional Seoul, universitas nomor satu di Korea Selatan.

Sayangnya, segala hal positif yang melekat dalam diri Young Woo belum cukup untuk membuat semua orang bisa memandang dia sebagaimana mestinya. Dipandang sebelah mata dan menjadi korban diskriminasi adalah dua hal yang selalu membuntuti kehidupan Young Woo. Persis seperti yang biasa terjadi di kehidupan nyata, penyandang disabilitas masih sering dipandang remeh dan didiskrimasi.

Kalau dilihat dari tema hukum yang diangkat, kalian mungkin akan berpikir bahwa drama Korea ini terbilang berat untuk ditonton. Padahal sebenarnya nggak juga. Permasalahan hukum yang diangkat di tiap episode Extraordinary Attorney Woo bahkan bisa dibilang sebagai sesuatu yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan hukum yang diangkat pada tiap episodenya rasanya malah menyentil sisi kemanusiaan.

Dari empat epidsode yang sudah tayang, yang paling pecah menurut saya adalah episode ketiga. Di episode ini, rasanya pengin kirim banyak pelukan untuk Young Woo. Sedih banget melihat Young Woo yang jadi down karena nggak dipandang sebagai manusia yang juga bisa menyelesaikan masalah. Ketika dia mempertanyakan self worth­-nya sebagai pengacara, tumpah sudah air mata ini. Sedih, Gaes, beneran, deh. Apalagi ditambah narasi tentang diskriminasi pada disabiltas yang terjadi puluhan tahun yang lalu, duh… saya sampai harus nge-pause dulu—untuk menata perasaan—baru bisa lanjut nonton.

Yang juga nggak kalah menariknya adalah pada episode ketiga Extraordinary Attorney Woo, ada penekanan bahwa meskipun ada dua orang didiagnosis autis, bukan berarti mereka bisa punya karakter dan tingkah laku yang sama. Fakta ini digambarkan melalui sosok Young Woo dan seorang pengidap autisme lainnya yang hadir di persidangan. Mereka sama-sama mengidap autisme, tetapi berbeda dalam banyak hal.

Satu hal yang juga unik dari sosok Young Woo adalah ketertarikannya pada paus. Kalau sudah ngomongin paus, berbagai macam pengetahuan tentang paus, bisa dia paparkan. Kalau orang yang nggak tahan, bisa kesal sendiri melihat dan mendengar kebiasaan Young Woo yang satu ini. Di sisi lain, setiap kali Young Woo mendapat ide atau jalan keluar untuk masalah hukum yang sedang dia tangani, ada semacam momen semriwing yang menampilkan paus. Melihat momen tersebut, saya jadi ikutan merasa fresh. Senang aja gitu lihatnya.

Sekali lagi, meskipun Extraordinary Attorney Woo ini mengangkat tema hukum, drama Korea ini terbilang ringan kok untuk ditonton. Dalam arti nggak bikin kita berpikir keras dan selalu tegang. Kehadiran dua pengacara lainnya yang jadi rekan kerjanya Young Woo di kantor, jadi comic relief dalam drama ini dengan tingkah dan dialog yang sering memantik tawa.

Kalau urusan romance-nya, sih, ada Lee Junho (Kang Te Oh) yang di-plot sebagai teman di kantor yang paling mengerti Young Woo. Melihat interaksi mereka berdua bisa bikin senyum-senyum sendiri, bisa juga bikin ikut salting.

Sebagai drama Korea, Extraordinary Attorney Woy, punya paket lengkap. Bukan hanya menghibur, tetapi juga punya cerita yang menyentil rasa kemanusiaan. Bahkan, konflik seperti pembagian warisan yang nggak adil yang hadir di episode keempat, jadi konflik favorit saya sepanjang menonton empat episode.

Extraordinary Attorney Woo tayang setiap Rabu dan Kamis di Netflix, Gaes. Cusss, ditonton!

Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Cafe Minamdang, Drakor Kocak soal Dukun Abal-abal dan Konflik Hukum.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version