Selain Kota Pelajar, Jogja sepertinya cocok disebut sebagai kota seribu cafe. Dari tahun ke tahun, jumlah cafe Jogja terus bertambah. Bahkan, menurut catatan Kadin, per 2023 sudah ada lebih dari 9.000 pengusaha kopi di Yogyakarta. Bukan main memang industri kopi di Jogja.
Selain di pusat kota dan jalan utama, kafe-kafe juga merambah ke perkampungan di Jogja, ke gang-gang sempit yang sekilas terlihat nggak sisi menariknya. Tapi, ternyata, cafe hidden gem perkampungan seperti ini tetap ada pasarnya. Kafe di dekat rumah saya misal, selalu ada saja pengunjungnya.
Keberadaan kafe-kafe ini jelas berdampak pada kehidupan warga. Saya pernah menuliskannya di Terminal dengan judul Cafe Hidden Gem Jogja Meresahkan Warga Kampung, Jalanan Jadi Padat dan Berisik. Namun, sulit dimungkiri, kehadiran cafe hidden gem dalam gang Jogja ini juga berdampak baik. Misal, kampung jadi lebih hidup dan banyak yang terbantu secara ekonomi.
Itu mengapa, kafe-kafe dalam gang ini tidak bisa serta merta disalahkan. Namun, tidak ada salahnya kalau pemilik dan pengunjung kafe meminimalisir dampak negatifnya dengan berbagai cara. Sebab, merekalah “tamu” di kampung tersebut.
Akan tetapi, kafe di dalam gang ini berbeda dari kafe yang ada di pinggir jalan raya, yang langsung kelihatan wujud kafenya. Ada beragam etika yang harus dimiliki oleh pengunjungnya ketika mampir ke kafe di dalam gang. Beberapa di antaranya saya rangkum seperti ini.
Pengunjung jangan asal parkir
Cafe hidden gem Jogja biasanya tidak memiliki lahan parkir yang luas. Bahkan, ada juga kafe yang tidak punya lahan parkir, sehingga tukang parkir pun nggak ada.
Cafe hidden gem dekat rumah saya misalnya, mereka nunut lahan parkir TK di sebelahnya. Kalau tempat parkirnya sudah penuh oleh kendaraan wali murid, pengunjung kafe harus bisa parkir secara rapi di depan kafenya. Dan di depan kafe, hanya muat 2-3 motor.
Ya namanya kafe di gang-gang kampung, lahan serba terbatas. Itu mengapa, kalau kalian merasa tidak pede dengan kemampuan parkir diri sendiri, sebaiknya berkunjung menggunakan transportasi online saja. Daripada memaksakan diri bawa kendaraan sendiri dan parkir berantakan, malah bisa memincu konflik dengan warga sekitar.
Untuk pemilik kafe, sebaiknya lebih memikirkan perkara parkir pengunjung. Kalau memang tidak memungkinkan menyediakan lahan parkir memadai, sebaiknya menghimbau pengunjungnya untuk menggunakan transportasi publik maupun transportasi online.
Mengganggu ketenteraman warga itu haram hukumnya
Cafe hidden gem Jogja yang terletak di dalam gang biasanya berbatasan langsung dengan rumah warga. Kadang ada juga kos-kosan. Intinya, kafe-kafe ini berada di tengah-tengah permukiman.
Ketika datang ke kafe, pengunjung harus menyadari bahwa ia adalah tamu. Pengunjung sedang menuju ke wilayah tempat tinggal orang. Minimal kita harus menunjukkan gestur kecil seperti sapa atau senyum ke warga. Selain itu, usahakan untuk nggak “gatal” memfoto ke arah rumah warga kecuali kalau sudah dapat izin dari yang punya.
Di dalam atau di luar kafe pun usahakan untuk menjaga volume suara. Jangan teriak-teriak ketika berbicara atau tertawa terlalu keras. Apalagi kalau kalian nongkrong di malam hari. Ingat, kafe ini berbatasan langsung dengan rumah warga, suara kita dapat dengan mudah didengar dan bisa mengganggu kenyamanan mereka. Dan, yang terpenting, jangan buang sampah sembarangan di mana pun.
Sadari bahwa caffe hidden gem Jogja itu beda dengan kafe pada umumnya
Sebelum datang ke kafe di dalam gang, ada baiknya pengunjung menyadari bahwa suasananya akan beda banget dari kafe di tengah kota. Suasana kafe di dalam gang jauh lebih tenang. Ia bukan tempat yang heboh di mana kita bisa tertawa ngakak sambil diselimuti lagu yang jedag-jedug.
Saya ambil contoh lagi kafe di dekat rumah saya. Kafe ini selalu memutar lagu yang slow dan lembut. Nggak bikin ngantuk sih, tapi mampu membuat vibes kafenya jadi tempat yang nyaman untuk deep talk dengan ditemani kopi hangat. Pengunjung yang datang ke sini pun kebanyakan bukan rombongan sehingga kafenya aman, tenteram, dan terkendali.
Di samping itu, kafe di dalam gang umumnya tutup lebih cepat alias nggak 24 jam. Lagi-lagi karena dekat permukiman, buka seharian penuh tentu akan bikin penduduk sekitar nggak nyaman. Belum tentu kan pengunjung yang mampir bisa menciptakan dan menjaga ketentraman?
Mampir ke cafe hidden gem Jogja di dalam gang memang membuat kita harus lebih “paham aturan”. Dengan kata lain, kita nggak bisa bebas-bebas amat waktu main ke sana. Tapi, percayalah, vibes kafe-kafe tersebut lebih adem, tenang, dan intim. Kita mungkin akan “terpaksa” jadi lebih pendiam di sana, tapi di saat yang sama otak kita pun butuh momen ketenangan yang nggak akan kita temukan di kafe di tengah kota.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Aturan Tidak Tertulis ATM Indomaret yang Harusnya Dituliskan Saja karena Banyak Orang Nggak Peka.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
