Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Ekonomi

Etika Tawar-Menawar yang Perlu Diperhatikan biar Nggak Baku Hantam

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
28 September 2021
A A
Etika Tawar-Menawar yang Perlu Diperhatikan biar Nggak Baku Hantam terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Dalam dunia jual beli, manusia dikelompokan menjadi dua jenis dalam hal tawar-menawar. Jenis pertama adalah manusia yang memang nggak mau menawar barang dagangan. Entah karena dia malas berdebat atau memang memiliki prinsip bahwa itu memang rezeki si pedagang sehingga nggak seharusnya dia memotong labanya. Jenis kedua adalah manusia yang pantang membeli tanpa menawar. Khusus jenis kedua ini, meski sudah mendapat harga murah sekalipun, kalau belum menawar rasanya kurang afdal.

Nggak ada yang salah dari kedua jenis manusia ini. Toh, kadang ada juga pedagang yang suka menaikkan harga jauh di atas standar dan berpikir akan lebih banyak pembeli dengan tipe manusia jenis kedua ketimbang pertama. Jadi, dia mempersiapkan terlebih dulu dengan menaikkan harga karena bakal ditawar habis-habisan.

Meski terlihat sepele, kegiatan tawar-menawar ini bisa berakhir ricuh dan menimbulkan cekcok antarkedua pihak, lho. Kadang niat hati menawar, eh jatuhnya malah sakit hati lantaran ucapan si pedagang yang terdengar ketus dan menyakitkan. Oleh karenanya, banyak orang beralih belanja ke toko atau supermarket yang memiliki harga pas agar nggak perlu capek-capek menawar. Padahal belum tentu juga si pedagang yang salah. Bisa jadi etika kita dalam tawar-menawar yang nggak sesuai SOP jual beli. Bagi yang suka menawar dagangan orang lain, simak dulu beberapa etika yang perlu diperhatikan sebelum menawar dagangan orang lain agar nggak terjadi baku hantam:

#1 Amati harga pasaran

Beberapa barang seperti sembako atau rokok misalnya, biasanya mengikuti harga pasaran, sehingga pedagang nggak bisa pasang harga seenaknya sendiri. Laba dari dagangan semacam ini biasanya hanya berkisar 500 hingga 2000 rupiah. Jarang sekali ada penjual sembako yang ambil untung di atas 2000 per item. Seperti yang kita tahu, jualan sembako itu untungnya sangat kecil, tapi perputaran uangnya cepat. Kalau ada pedagang sembako mematok harga tinggi, biasanya warungnya bakal sepi dan lama lakunya.

Oleh karena itu, jangan sampai ada kejadian kita menawar dagangan jenis ini dengan harga di bawah pasaran. Misal, minyak goreng di pasaran itu sekitar 28 ribu hingga 30ribuan per 2 liter, tapi si pembeli menawar dengan entengnya seharga 20 ribu atau 25 ribu. Dari kisah nyata yang sering terjadi dalam keseharian, biasanya pedagang sembako ketus-ketus menghadapi pembeli model kayak gini yang nggak paham harga pasaran.

Penawaran semacam ini bakal menghasilkan: dapat barang nggak, disemprot penjual iya. Sehingga kalau mau menawar barang-barang yang sudah ada pakem harga pasarannya, sebaiknya cek ombak harga pasar dulu sebelum menawar.

#2 Lihat tingkat kesulitannya

Sebelum menawar suatu barang dan membandingkan dengan harga barang di tempat lain, ada baiknya kita merenung sejenak soal tingkat kesulitan barang tersebut sampai di tangan kita. Jika barang sama tapi harganya berbeda, bisa jadi tingkat kesulitannya itu lebih banyak. Misal, harga sayuran di pasar jauh lebih murah ketimbang harga di pedagang sayur keliling yang lewat di depan rumah kita. Jelas itu wajar lantaran si abang tukang sayur harus bangun pagi-pagi sekali untuk ke pasar dan mesti keliling kompleks. Sementara kita cuma berdiri di depan pintu rumah, sudah tersedia sayuran tanpa perlu capek-capek ke pasar.

Untuk emak-emak yang suka menawar dagangan abang tukang sayur, saya sarankan segera tobat. Kasihan si abangnya sebelum subuh sudah ke pasar, menata dagangannya, lalu keliling dengan mendorong gerobak, eh masih saja bertemu dengan emak-emak yang suka membandingkan harga sayuran si abang dengan harga di pasar. Hmmm… Sungguh terlalu.

Baca Juga:

4 “Dosa” Indomaret dan Alfamart yang Bikin Kesal Pelanggan

4 Akal-akalan Penjual Sapi Menipu Pembeli demi Meraup Cuan Besar

#3 Paham tentang barang klangenan atau hobi

Untuk barang-barang klangenan atau hobi, biasanya nggak ada harga pakemnya. Setiap penjual bebas menentukan harga sesuai yang dia inginkan. Jadi, kita harus paham nggak ada barang mahal atau murah untuk dagangan semacam ini. Kalau sekiranya masih mahal bagi kita, maka kita bisa melakukan tawar-menawar dengan harga semampunya. Kalau akhirnya sepakat, yah nggak masalah.

Dagangan semacam ini misalnya barang-barang antik, kendaraan lawas atau sudah dimodif, atau hewan-hewan koleksi seperti burung, arwana, louhan, dll. Jangan pernah mengatakan barang dagangan semacam ini mahal, karena mahal itu relatif untuk sebuah hobi.

#4 Paham konsekuensi kualitas

Kita tentu sudah sering mendengar kalimat: ada harga, ada rupa. Walaupun dalam beberapa kejadian harga suka mengecewakan, kebanyakan harga biasanya membawa kualitas. Banyak orang tahu tentang barang berkualitas, tapi mereka nggak mau tahu konsekuensi di dalamnya.

Hal yang sering terjadi di lapangan, banyak pembeli menginginkan barang dengan kualitas harga A, tapi mereka menawar dagangan itu dengan harga B yang kualitasnya harusnya di bawah A. Prinsip ekonomi yang dipegang oleh manusia jenis ini biasanya begini, “Dengan modal sekecil-kecilnya, mendapatkan barang sebagus-bagusnya.” Ya nggak salah, sih. Tapi, hal kayak gini bakal merugikan salah satu pihak. Di dalam cerita ini jelas si pedagang yang dirugikan.

#5 Mengerti barang yang nggak setiap hari laku

Kita tentu paham ada barang-barang dagangan yang setiap saat nggak mesti laku, biasanya penjual mengambil untung minimal di atas 50% untuk dagangan jenis ini. Hal ini wajar karena dagangan nggak setiap hari laku, tapi bayar kontrakan tetap jalan, makan tetap lanjut, dan waktu yang dihabiskan buat menunggu dagangan juga harus diperhitungkan. Sayangnya, ada orang-orang yang nggak paham akan hal ini dan mengira si pedagang ambil untung besar-besaran.

Padahal jika kita tahu keuntungan yang dikira besar itu kalau dibagi dengan hari-hari yang nggak laku jumlahnya ya nggak seberapa. Beberapa waktu lalu ada seorang pedagang baju di pasar cerita ke saya, selama sebulan penuh baru ada satu pembeli yang membeli rok. Dia sudah merasa senang sekali ada satu manusia yang mau datang ke kiosnya. Sayangnya, dia bertemu dengan manusia jenis kedua. Setelah terjadi proses tawar-menawar habis-habisan, eh si pembeli urung membeli dan ditinggal pergi. Mengsedih, kan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 September 2021 oleh

Tags: pembelipenjualtawar menawar
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

4 “Dosa” Indomaret dan Alfamart yang Bikin Kesal Pelanggan Mojok.co

4 “Dosa” Indomaret dan Alfamart yang Bikin Kesal Pelanggan

8 November 2025
Alasan Penjual Martabak Nggak Jualan di Siang Hari

Alasan Penjual Martabak Kebanyakan Jualan di Malam Hari

18 Maret 2023
Sisi Gelap Penjual Angkringan yang Perlu Diwaspadai, Pelanggan Sebaiknya Hati-Hati Mojok.co angkringan jogja angkringan di kediri

Sisi Gelap Penjual Angkringan yang Perlu Diwaspadai, Pelanggan Sebaiknya Hati-Hati

21 Februari 2024
3 Risiko yang Akan Ditanggung Pedagang Judes

3 Risiko yang Akan Ditanggung Pedagang Judes

15 Januari 2024
Menjawab Pertanyaan Siapa yang Harus Bilang Terima Kasih_ Penjual Atau Pembeli_ terminal mojok

Menjawab Pertanyaan Siapa yang Harus Bilang Terima Kasih: Penjual Atau Pembeli?

19 September 2021
pembeli adalah raja

Konsep Pembeli adalah Raja: Itu Kolot, Zheyeng!

4 September 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.