Masyarakat Indonesia itu latah. Salah satu bukti tak terbantahkan adalah menjamurnya bisnis es teh jumbo. Tak sampai berselang satu kilometer, kios minuman racikan daun teh berukuran raksasa tersebut dengan gampang ditemukan dalam berbagai merek.
Sekilas, usaha semacam ini menjanjikan laba luar biasa. Toh, apa susahnya jualan air teh dengan tambahan bongkahan es batu serta tinggal diotak-atik varian rasanya? Padahal, kalau dilihat lebih mendalam, bisnis es teh jumbo besar kemungkinan akan berakhir tragis seperti es kepal Milo.
Daftar Isi
Es teh jumbo hanya mengandalkan daya pikat sesaat
Kalau ditelaah, minuman es teh bukan hal baru. Nyaris di semua tempat makan sekelas warung sampai restoran mewah, menu ini selalu tersedia, hanya berbeda harga. Tidak ada yang istimewa dari segelas minuman berwarna merah kecokelatan itu. Bedanya cuma hadir dengan ukuran yang lebih besar.
Para penggiat usaha ini mungkin berpikir jika penambahan kata jumbo akan memberikan keuntungan ekstra bagi para konsumen dengan membayar harga setara ukuran biasa. Nyatanya, orang berakal sehat akan lebih memilih menyeduh teh sendiri di rumah berikut volume air atau es semau mereka. Jelas, nilai semacam ini cuma sebatas gimik sementara yang khas dilakukan pelaku strategi bisnis hit and run.
Pedagang es teh jumbo membludak, sulit menguasai pangsa pasar
Ibarat sepotong kue yang dikerubungi semut, semakin banyak semut, semakin sedikit pula porsi kue yang didapat. Artinya, jumlah pedagang yang berjibun akan berakibat pada pengurangan potensi perolehan laba. Terlebih, jarak antar kios pedagang minuman ini sudah menyaingi kuantitas waralaba minimarket di sudut kota.
Boleh dibilang, bisnis es teh jumbo berada dalam pasar yang jenuh. Jumlah pelanggan terbatas tetapi kompetitor melimpah. Kondisi demikian rentan membuat pelaku usaha terjebak dalam perang harga. Pada gilirannya, profitabilitas jangka panjang akan semakin tergerus, khususnya jika keuntungan tak lagi mampu menutup biaya operasional.
Baca halaman selanjutnya: Kesadaran masyarakat tentang kesehatan meningkat…
Kesadaran masyarakat tentang kesehatan semakin meningkat
Meski tak berimbas secara langsung, meningkatnya kesadaran publik terhadap kesehatan turut memengaruhi keberlanjutan es teh jumbo. Pasalnya, walaupun menyegarkan, kerap kali kandungan gula dalam segelas es teh jumbo hampir memenuhi batas normal harian. Fakta ini tentu tidak sejalan dengan perspektif mereka yang menganut gaya hidup sehat.
Betul bahwa konsumsi gula dapat dihindari atau diganti dengan pemanis alternatif layaknya stevia. Namun, gencarnya kampanye mengurangi minuman kekinian lantaran maraknya berita cuci darah akan mengalihkan konsumen kepada pilihan minuman yang lebih sehat seperti air putih. Dengan kata lain, perlahan tapi pasti, es teh jumbo akan ditinggalkan oleh penikmatnya.
Terganjal isu lingkungan, kemasan juga punya peran kebangkrutan
Bukan hanya dari segi kandungan, cara pengemasan es teh jumbo tak luput jadi perhatian. Sebab, salah satu masalah terbesar yang bermusuhan dengan konsep sustainability adalah wadah gelas plastik yang digunakan. Keberlanjutan dalam bisnis mengacu pada kemampuan memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
Celakanya, sampah plastik akan berujung menjadi limbah yang sulit terurai. Pemahaman konsumen terhadap kelestarian lingkungan dan minimalisasi jejak karbon akan mendorong mereka berhenti mengonsumsi minuman ini. Walau alasan ini masih tampak mengawang, bisa dipastikan beberapa tahun ke depan bisnis ini akan menghadapi tantangan kepunahan.
Minim inovasi, ancaman terbesar bagi bisnis minuman kekinian
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, usaha es teh jumbo menawarkan produk inti yang sangat sederhana. Tak banyak terobosan yang bisa diupayakan demi membuat produk ini berbeda dari pesaingnya. Paling banter, inovasi yang dapat dilakukan hanya sekadar variasi rasa dan topping.
Sialnya, keberlanjutan bisnis mewajibkan inovasi tanpa batas. Inovasi yang telah diterapkan para penggerak bisnis es teh jumbo selama ini tidak cukup kuat mempertahankan minat konsumen dalam jangka waktu panjang. Rendahnya retensi pelanggan serta daya inovasi yang tidak signifikan akan mendorong usaha ke tepi jurang.
Bisnis yang tampak menarik saat ini, tentu sangat menggiurkan untuk dijajal. Sayangnya, prinsip “easy come, easy go” juga berlaku pada aplikasi bisnis. Jika memang sebatas ingin mengeruk keuntungan maksimal sesaat, bisnis es teh jumbo layak dijalankan. Namun, bila memimpikan usaha yang sanggup bertahan puluhan tahun, jelas opsi ini tak pantas direalisasikan.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Es Teh Jumbo, Bisnis Biasa Saja yang Mampu Bertahan di Berbagai Musim