Anime Attack on Titan musim final sudah dimulai. Antusiasme dari penikmatnya cukup ramai. Baik di media sosial, di tongkrongan, sampai di beberapa obrolan yang saya temui. Cerita tentang tokoh Eren Yeager dan kawan-kawan mulai memasuki babak akhir dan rahasia demi rahasia mulai terungkap.
Pada musim pertama, kita diberi gambaran bahwa musuh umat manusia di universe Attack on Titan adalah para raksasa yang atau titan. Manusia yang tersisa bertahan di balik tembok-tembok yang melindungi mereka selama beberapa abad, sampai pada akhirnya salah satu tembok dihancurkan oleh salah satu titan yang tingginya melebihi tembok. Ibu dari sang tokoh utama, yakni Eren Yeager, tewas dimakan oleh titan.
Eren Yeager yang didasari dendam atas kematian ibunya bersumpah bahwa ia akan membunuh seluruh titan sampai tidak lagi tersisa di muka bumi. Dia akan memberikan “kebebasan” kepada umat manusia, sampai akhirnya bisa melihat dunia di balik tembok. Gambaran musim awal kira-kira begitu, saya juga cukup terkesan dengan latar belakang anime tersebut. Sayangnya, musim awal anime tersebut hanya sekitar 25 episode.
Cukup lama untuk menunggu musim berikutnya, kira-kira sekitar empat tahun baru rilis musim kedua. Setelah itu, musim-musim berikutnya hanya berselang satu tahun. Attack on Titan dengan jalan cerita yang apik memang menarik banyak perhatian, apalagi dengan alur menceritakan tentang para karakter di dalamnya bertahan hidup, khususnya Eren Yeager sendiri.
Sekilas, saya juga akan mengamini bahwa pertarungan Eren Yeager dari musim ke musim adalah “murni” untuk bertahan hidup. Baik itu dari titan atau dari bangsa Marley yang akhirnya ketahuan adalah musuh sesungguhnya. Sayangnya, dengan pengembangan karakter serta cerita yang cukup signifikan, apalagi saya juga baca manga, tidak ada sosok yang benar-benar baik di Attack on Titan. Eren Yeager sebagai karakter utama, nyatanya juga telah “terkorup” cukup banyak.
Abuse of power atau penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan
Untuk yang belum baca manga Attack on Titan, dan cuma mengikuti anime saya sarankan untuk tidak baca tulisan ini. Spoiler banget isinya, seriusan. Tapi, kalau mau lanjut monggo. Oke, saya akan jelaskan mengenai maksud “korup” yang tadi saya ucapkan soal Eren.
Sebelum membahas lebih jauh, apakah kalian tahu bahwa Attack on Titan bukan shonen dan masuk ke genre seinen? Untuk yang belum paham, singkatnya shonen adalah komik untuk remaja laki-laki dan seinen adalah pasar untuk laki-laki yang lebih dewasa dengan rentang umur minimal 20-an. Attack on Titan sangat berbeda dengan Naruto, sebab keduanya saja sudah beda genre. Dalam Naruto, kita bisa melihat dengan perspektif hitam-putih. Semudah itu, sangat bisa. Sedangkan, Attack on Titan tidak semudah itu.
Memang, kalau kita lihat di awal si Eren Yeager terlihat sebagai seorang tokoh yang mengemban “misi mulia” untuk melindungi umat manusia. Dari sini, kita bisa melihat bahwa Eren baik dan yang jahat adalah titan. Masih bisa hitam-putih di sini, tapi itu di awal.
Makin terbuka misteri di balik titan, siapa yang menciptakan dan mengapa ada orang-orang yang berlindung di balik tembok, lalu kenapa mulai bermunculan titan shifter yang ternyata adalah manusia dan sederet hal lainnya. Makin lama, perspektif hitam putih tidak lagi bisa digunakan, saya bahkan meragukan Eren Yeager adalah tokoh yang baik.
Di manga, Eren Yeager menjalankan misi yang sangat “besar” untuk melindungi bangsa Eldian di Pulau Paradis, misinya adalah menginjak seluruh umat manusia (kecuali di balik tembok) agar rantai kebencian “terputus” dan Eldian bisa hidup dengan damai. Ndasmu. Memutus rantai kebencian, tapi dengan cara kebencian. Aneh banget, Eren.
Inilah yang saya katakan, Eren sudah makin “terkorup” dengan kekuatannya sendiri. Eren Yeager yang digambarkan gegabah, tidak sentimen, cengeng, dan tidak banyak berguna dalam wujud manusianya berubah menjadi sosok absolut dengan kekuatannya. Inilah yang disebut abuse of power, atau penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan.
Istilah ini dikenal karena ucapan seorang sejarawan Inggris abad ke-20 bernama John Emerich Edward Dalberg-Acton. Dia bilang kira-kira gini, “Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely” (“Kekuasaan cenderung korup; Kekuasaan mutlak benar-benar merusak”). Istilah tersebut merupakan kritik kepada kekuasaan di Eropa yang saat itu kebanyakan absolut dan tidak terbantahkan.
Seorang manusia, kalau diberikan kekuatan yang cenderung tidak bisa dikritik, ke depannya ia akan semena-mena. Ia akan menggunakan kekuatannya untuk hal-hal seleweng. Tidak cuma raja, bahkan negara yang konsepnya republik juga bisa memiliki pemimpin yang seperti itu. Contohnya, negara kita hari ini yang begitu.
Bukannya generalisir, tapi memang kebanyakan manusia akan begitu kalau tidak dibatasi. Makanya, dibuatlah konstitusi agar pemimpin tidak bablas. Walaupun, ya, sampai saat ini masih ada negara dengan sistem kepemimpinan absolut. Makanya, dari fenomena tersebut juga ada istilah lain: “Great men are almost always bad men.”
Eren Yeager dalam Attack on Titan adalah contoh dari teori tersebut, sebab ia memiliki kekuatan di luar nalar dan tidak ada sekat-sekat yang membatasinya. Lihat saja, wong orang-orang Eldian malah dukung dirinya untuk menghancurkan seluruh umat manusia dan yang sadar itu hanya teman terdekatnya.
Saya ngomong kayak gini karena kesal aja, soalnya banyak orang-orang yang fanatik ke Eren dan menganggap apa yang dilakukan Eren benar. “Nggak apa-apa lah, Eldian cuman balas dendam karena mereka didiskriminasi.”, “Kalau Eren nggak ngancurin umat manusia, nanti Eldian yang hancur.” halahhh bocil pasti yang ngomong gitu. Genosida, apa pun alasannya, bukan solusi dan tidak patut.
Memang itu cuma anime, tapi tetap saja tindakannya salah hihhh. Pasti kalian kagetan ya, melihat tokoh yang begitu? Eren berbuat salah aja masih dianggap tokoh baik, hadehhh. Tapi, ya, nggak tahu juga ke depannya bakal gimana. Di manga juga belum selesai dan Eren Yeager juga masih belum menghancurkan umat manusia.
Tapi, mangaka dari Attack on Titan ini cukup patut diapresiasi, sebab ia cukup apik dalam mengambil keputusan untuk keluar dari patron mainstream dengan menggunakan alur cerita yang bikin orang-orang terpecah. Dia dengan samar menjadikan “tokoh utama” sebagai sosok yang terkorup di sini, sebab kalau cuman pakai antagonis anak kecil juga tahu siapa yang “jahat”.
BACA JUGA Bajaj Bajuri Adalah The Simpsons ala Indonesia dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.