Emergency Declaration: Film Disaster Ruang Sempit yang Menguras Emosi

Emergency Declaration Film Disaster Ruang Sempit yang Menguras Emosi Terminal Mojok

Emergency Declaration Film Disaster Ruang Sempit yang Menguras Emosi (Instagram CGV Indonesia)

Udah nonton film Emergency Declaration yang baru tayang kemarin di bioskop?

Bayangkan dirimu ada di dalam sebuah pesawat menuju Hawaii, lalu tiba-tiba salah seorang penumpang seorang penumpang tiba-tiba jatuh meninggal. Segera setelah itu, kamu tahu bahwa pesawat yang kamu tumpangi sedang diteror oleh teroris. Apa yang akan terjadi berikutnya? Ya, kekacauan. 

Sutradara Han Jae Rim (The Face Reader) bersama nama-nama besar di antaranya Song Kang Ho, Lee Byung Hun, Kim Nam Gil, Jeon Do Yeon, Kim So Jin, dan Im Si Wan akan membawamu ke perjalanan udara menyenangkan yang berubah menjadi mencekam dalam waktu singkat. Pakai sabuk pengaman, siaga, dan jangan lupa berdoa. 

Emergency Declaration adalah salah satu film blockbuster Korea Selatan yang ditayangkan perdana di Cannes International Film Festival. Pada awal penayangannya tersebut, saya melihat reaksi yang berbeda-beda dari para kritikus. Saya cek rating film ini setelah penayangan tersebut, tidak terlalu bagus untuk ukuran film yang ada Song Kang Ho-nya. Datang ke bioskop dengan cukup skeptis, pulang sambil menangis. Bukan karena filmnya buruk, justru karena sebaliknya. 

Film ini bercerita tentang teror yang terjadi di dalam pesawat terbang. Bukan teror biasa. Ini adalah teror biologis yang mana lebih berbahaya dan lebih menyakitkan. Seorang ilmuwan dengan sengaja menyebarkan virus di dalam pesawat. Perjalanan yang awalnya damai pun berubah menjadi endemi dan krisis dalam waktu yang sangat singkat. Korban jiwa terus berjatuhan, pesawat dalam keadaan darurat. 

Judul “emergency declaration” ini diambil dari istilah atau suatu kondisi yang dinyatakan oleh pilot apabila pesawat mengalami situasi darurat dan yang berada di darat harus mengerahkan upaya untuk membantu pendaratan atau menunda pendaratan. Biasanya karena kehabisan bahan bakar atau keadaan yang lebih parah, misalnya terorisme seperti di film ini. 

Film ini sudah mencekam sejak awal. Kita diperlihatkan keadaan bandara yang riuh, setiap orang mempersiapkan keberangkatannya, tetapi di antara mereka, terdapat beberapa orang yang hidupnya terancam. Tone Emergency Declaration sudah memberi ancaman bahkan sebelum kita tahu ancaman macam apa yang akan mereka dapat. 

Film ini berlatar di dalam pesawat dan di luar pesawat. Keduanya adalah tempat yang kacau saat satu per satu korban berjatuhan. Di dalam pesawat, nyawa orang-orang di ujung tanduk. Sementara di luar pesawat, para detektif, warga, hingga negara berlarian ke sana dan kemari mencari jalan keluar. Film ini benar-benar membuat dada sesak.  

Emergency Declaration bukan hanya thriller biasa, melainkan sebuah blockbuster yang lengkap. Kalau kita sandingkan dengan film disaster Korea Selatan lainnya, misalnya The Flu dan Exit, kedua film tersebut memiliki intensitas yang cukup tinggi sepanjang film, tetapi tidak memiliki elemen dramatis sekuat Emergency Declaration. Film karya Han Jae Rim ini mampu memadukan elemen drama dan thriller secara apik. Dua genre yang dipadukan ini tidak saling mendominasi. Keduanya sama kuat dan bikin penonton hanyut. 

Sebagai informasi, film ini sebetulnya sudah memulai proses produksi pada 2019 sebelum pandemi Covid 19. Namun entah bagaimana, film ini mampu menggambarkan kondisi yang mirip dengan kejadian saat pandemi. Ketakutan, kepanikan, dan kekacauan yang terjadi menarik saya kembali ke tahun 2020 saat Indonesia mengumumkan kasus positif Covid-19 untuk pertama kalinya. Orang-orang panik dan saling menyalahkan. Itulah juga yang terjadi di film ini. 

Berbeda dengan Covid-19, virus yang ada di dalam pesawat ini memiliki masa inkubasi yang sangat cepat dan sangat mematikan. Hal ini jadi bahan bakar utama film ini dalam menampilkan tontonan drama-thriller yang bukan hanya “heboh” tetapi juga penuh dengan “emosi”.

Emergency Declaration membawa pertanyaan penting soal kemanusiaan.

Bagaimana jika pesawat berhasil mendarat dan vaksin belum teruji keberhasilannya?

Bagaimana jika pesawat berhasil mendarat, terjadi penularan besar-besaran sampai menjadi endemi?

Apakah nyawa orang-orang di pesawat itu layak dikorbankan demi kepentingan banyak orang?

Lantas, bagaimana jika mereka adalah keluarga kita?”

Pertanyaan-pertanyaan di atas berusaha dijawab sebijak mungkin oleh film ini. Tentu, sebagian penonton mungkin akan tidak setuju dengan jawabannya. Saya tidak bisa memberi tahu bagaimana film ini menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kamu bisa ikut menjawabnya langsung di bioskop. 

Kesuksesan Emergency Declaration didukung oleh jajaran cast yang luar biasa terutama Song Kang Ho, Lee Byung Hun, Im Si Wan, Kim Nam Gil, dan Kim So Jin. Sementara Jeon Do Yeon tampil kharismatik sebagai menteri. Mereka mampu mentransfer emosi lewat dialog dan bahkan mata mereka. Itu membuat film ini semakin terasa mencekam. 

Untuk persoalan teknis, film ini memang tidak sempurna, tetapi berhasil mengakali ketidaksempurnaan itu. Misalnya penggunaan CGI yang ditunjukkan saat latar malam, sehingga kekurangannya bisa disamarkan. Selain itu, film ini juga menggunakan efek praktikal dengan cukup baik. Kabarnya, set film ini yang berupa bangkai pesawat yang dimodifikasi—mirip seperti yang ada di film Inception—untuk mempermudah realisasi teror dan segala keriuhan yang terjadi di pesawat. 

Senang rasanya bisa menyaksikan lagi film disaster Korea semacam ini. Mengingat film disaster Korea terakhir yang saya tonton dan bagus adalah Exit.  

Film adalah karya seni yang kompleks. Nilainya ditentukan oleh preferensi para penonton. Itu yang membuat film paling sempurna sekalipun tak akan luput dari kritik. Emergency Declaration tidak sempurna. 

Hal pertama yang saya sayangkan dari film ini adalah eksplorasi yang kurang terhadap virus dan apa yang terjadi di dalam pesawat. Padahal ada banyak sekali potensi. Film ini tidak cukup kreatif dalam mengemas adegan-adegannya. Terjadi beberapa pengulangan yang tidak perlu. Intinya, film ini masih kurang “gila” padahal ada potensi menuju ke arah sana. Selain itu, resolusi di akhir film terasa picisan dan tidak istimewa. Kurang greget. 

Secara keseluruhan, Emergency Declaration tidak menawarkan keunikan tertentu, tapi kalau kamu mencari film disaster ruang sempit yang sangat menguras emosi, ya film ini jawabannya. Namun, jangan berharap terlalu banyak, cukup datang dan nikmati, maka kamu akan merasakan pengalaman sinematik yang luar biasa. 

Emergency Declaration tayang di CGV dan Cinepolis seluruh Indonesia. Selamat menonton~

Penulis: Rizal Nurhadiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Alienoid: Blockbuster Fantasi Penuh Aksi dan Komedi dari Korea Selatan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version