Buaya apa yang bikin polisi kelabakan? Jawabannya adalah kasus Cicak VS Buaya. Tidak lucu kan? Mohon maklum, karena artikel ini memang bicara hal-hal yang tidak menyenangkan. Bahkan artikel ini juga tidak bicara tentang buaya. Namun saya ingin bicara tentang sebuah tempat yang bernama buaya dan jadi tempat mimpi indah orang hancur. Yaitu Embung Tambakboyo Jogja.
Sejak diresmikan pada 2009, tempat tampungan air ini jadi saksi bisu berbagai resolusi tahun baru. Mereka yang bilang akan jadi lebih baik di Januari dan kembali ke rutinitas pada Maret. Tempat ini juga menjadi pendengar sunyi bagi sumpah serapah pemancing yang semalaman mencari peruntungan. Embung Tambakboyo memang menampung air, tapi memikul beban mimpi ndakik-ndakik orang banyak.
Daftar Isi
Cadangan air yang jadi ruang publik
Embung atau Waduk Tambakboyo memang berada di Dusun Tambakboyo, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman. Jadi jangan dikira nama embung ini karena ada tambak untuk buaya. Meskipun Anda bisa menemukan buaya jenis lain di sekitar embung. Lokasinya bukan di tengah hutan atau di atas bukit. Tapi 1 kilometer di utara kampus UPN Veteran Jogja.
Embung seluas 7,8 hektare ini difungsikan sebagai cadangan dan resapan air tanah untuk Bantul, Sleman, dan Kota Yogyakarta. Selain itu, Embung Tambakboyo Jogja ini juga jadi sarana pengairan dan cadangan air PDAM. Namun seperti embung pada umumnya, area konservasi air berkapasitas 4 ribu meter kubik ini juga difungsikan untuk rekreasi.
Embung Tambakboyo kini difungsikan sebagai ruang terbuka hijau dan public space. Di sekitar embung ini bermunculan kafe, warung, bahkan penginapan. Masyarakat sekitar memanfaatkan area sekitar embung sebagai jogging track, tempat olahraga, tempat nongkrong, serta tempat memancing. Tempat ini makin populer karena Jogja memang minim ruang publik. Akhirnya jalur yang melingkari Embung Tambakboyo menjadi solusi.
Jalur melingkari embung yang cukup panjang inilah yang kini memikul beban berat yang saya bilang tadi. Dari resolusi tahun baru sampai sumpah serapah pemancing.
Cinta yang liar di Embung Tambakboyo
Bagi mahasiswa Jogja, tak lengkap rasanya kalau belum pacaran di Embung Tambakboyo. Apalagi lokasinya memang di tengah ribuan kos-kosan dan beberapa universitas. Embung ini jadi pilihan hemat untuk bersama kekasih. Menikmati udara sepoi-sepoi sore hari sambil mengumbar asmara yang tidak indah-indah banget itu.
Jadi jangan kaget kalau di setiap sisi embung ini terlihat sepasang kekasih sedang duduk bersama. Meskipun yang jomblo juga tetap mengunjungi tempat ini sembari menahan iri dan gundah.
Embung Tambakboyo Jogja juga pernah terkenal sebagai area nakal. Terutama setelah malam, muncul pasangan yang memadu kasih liar dan senyap di sudut-sudut gelap embung ini. Sekarang sih kabarnya sudah tidak ada. Terutama semenjak pengawasan oleh warga sekitar diperketat.
Di setiap jengkal jalur batakonya, pernah ada luapan asmara yang berbunga-bunga. Namun sering tak abadi dan berakhir patah hati. Yah, lagi pula cinta dan patah hati memang jadi bumbunya Jogja. Termasuk di Embung Tambakboyo Jogja.
Resolusi awal tahun yang hancur
Selain dipenuhi pasangan yang memadu kasih, Embung Tambakboyo juga penuh manusia berpakaian sporty. Apalagi di bulan Januari. Resolusi untuk rajin olahraga diikrarkan di waduk yang romantis ini. Dan seperti mayoritas resolusi pada umumnya, sering berakhir gagal.
Entah berapa kawan saya yang pernah bikin resolusi di Embung Tambakboyo. Berjanji untuk mulai olahraga, minimal jogging, di tepi embung. Alasan utama sih karena dekat dengan kos-kosan. Selain itu, mereka cukup bayar parkir saja untuk mengawali hidup sehat. Suasana yang sejuk juga jadi alasan untuk memilih embung ini daripada Lapangan Grha Sabha UGM.
Bagaimana resolusi tadi berjalan? Januari sih masih oke, apalagi untuk mahasiswa yang baru saja selesai libur semester. Februari juga masih ramai. Tapi saat masuk bulan Maret, satu demi satu resolusi tadi tertinggal di antara warung dan orang pacaran. Yang membuat resolusi kini entah kemana.
Mimpi untuk kurus dan hidup sehat ikut menyemarakkan Embung Tambakboyo Jogja. Beberapa mimpi itu jadi nyata. Namun banyak yang jadi resolusi tanpa hasil. Sampai setahun kemudian mimpi itu kembali. Entah oleh orang baru, ataupun mereka yang gagal di tahun lalu.
Mancing di Embung Tambakboyo? Situ sehat?
Kelompok terakhir yang ditanggung “pundak” Embung Tambakboyo Jogja adalah para pemancing. Mereka sering datang di waktu malam, dan terus berada di samping embung sampai siang. Melawan sergapan angin dingin dan kadang memergoki pasangan yang tengah bercinta. Namun apa yang mereka dapatkan?
Lebih sering nihil! Kata orang banyak, ikan wader, nila, dan hampala hidup di dalam embung ini. Namun lebih banyak yang kecewa tanpa membawa ikan pulang. Saya hanya bisa menahan tawa saja. Bahkan dengan melihat permukaan air saja, kita bisa cukup pesimis.
Korban kekecewaan pemancing ini bisa siapa saja. Bahkan pedagang tahu bulat yang modal rekaman saja bisa kena makian mereka. Maklum sih, sudah semalaman memancing, tapi tak ada satupun ikan yang terkail. Mau kecewa, tapi takut merasa dungu. Mau optimis, tapi realitas berkata lain.
Itulah beban yang harus dipanggul Embung Tambakboyo Jogja. Mimpi kurus kini jadi kenangan. Harapan makan ikan bakar sambal kecap jadi sakit kepala karena kelamaan kena angin malam yang lembab. Belum lagi bumbu roman picisan yang sering kandas.
Penulis: Tri Andini
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 7 Tempat di Jogja yang Sebaiknya Jangan Dikunjungi