Dusun Jaran Goyang Probolinggo, desa indah yang “tercoreng” gara-gara dituduh sumber ilmu pelet, padahal bukan.
Ketika menuntut ilmu di pondok pesantren yang letaknya di ujung Kabupaten Probolinggo, saya selalu merindukan kebersamaan dengan keluarga. Hidup di tempat kelahiran sendiri itu, lho, bahagianya enggak ketulungan. Udara segar, interaksi akrab dengan warga, dan keramahan yang bikin bisa bertamu ke tetangga kapan saja, tanpa harus bayar secangkir kopi atau makanan. Pokoknya, kampung halaman itu surga dunia!
Apalagi jika kalian hidup di dusun saya.
Dusun saya bernama Jaran Goyang, terletak di Desa Guyangan, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo. Desa ini dikelilingi Desa Krobungan di utara, Desa Betek di barat, Desa Seneng dan Desa Watu Panjang di timur, serta Desa Krucil di selatan. Luas wilayahnya 756,82 hektar dengan populasi 4.347 jiwa.
Desa Guyangan terkenal dengan potensi pertaniannya yang melimpah. Semua tanaman tumbuh, mulai dari padi, jagung, kebun kopi, hingga rajanya buah yaitu durian menjamur di sini. Desa kami juga punya destinasi wisata keren berupa tiga air terjun yang selalu ramai pengunjung: Air Terjun Gligir, Air Terjun Watulesung, dan yang paling fenomenal, Air Terjun Jaran Goyang.
Daftar Isi
Asal-Muasal Judul Lagu Nella Kharisma
Salah satu yang menjadi kewajiban ketika menjadi mahasiswa baru adalah tentang perkenalan diri, entah di warung kopi, kampus, dan pesantren. Nah, pas giliran saya memperkenalkan diri dan bilang berasal dari Dusun Jaran Goyang, Desa Guyangan, Kecamatan Krucil, reaksi teman-teman bikin ngakak.
“Dusunnya bernama Jaran Goyang, sering ada konser Nella Kharisma, ya!” kata mereka, sambil tertawa.
Coba kalian bayangkan, yang benar saja dusun kecil di kampung saya dibilang sebagai tempat lahirnya lagu jaran goyang Nella Kharisma yang pernah viral itu. Absurd banget, kan? Tapi ya, namanya juga candaan. Gak perlu dibawa pusing.
Dusun Jaran Goyang, dituduh sarang ilmu pelet
Sungguh sial, candaan mereka tak selesai di situ. Lebih parahnya, mereka malah bikin heboh lagi ketika bilang dusun saya adalah sarangnya ilmu pelet. Sebuah ajian yang sangat meleggenda bagi orang Jawa. “Loh, Jaran Goyang? itu kan kampung ilmu pemikat!” kata Nando, salah satu teman asal Wongsorejo, Banyuwangi.
Tuduhan ini selalu bikin saya tertawa geli. Mereka menganggap dusun saya sebagai pusat ilmu pemikat yang bisa bikin siapa saja tergila-gila. Bayangkan, bahkan saya dianggap bisa memikat siapa saja, termasuk pacar orang!
“Ini alasan kamu banyak teman. Pakai ilmu jaran goyang, ya?” kata mereka sambil tertawa. Untuk membuktikan dusun saya bukan seperti yang mereka pikirkan, saya ajak mereka ke rumah saat liburan pesantren. Sesampainya di sana, mereka langsung terpesona dengan hawa sejuk, oksigen segar dan tentu sehat, hingga panorama keindahan dari Gunung Argopuro Krucil, Gunung Lemongan, dan Semeru Kabupaten Lumajang.
Namun, kekaguman mereka berubah jadi tawa geli ketika menyadari kondisi jalan di desa saya berantakan. Kira-kira sama seperti roller coaster. Saking parahnya, sebagian warga sampai patungan untuk memperbaiki jalan menuju rumah mereka masing-masing.
Jalan di Dusun Jaran Goyang, tempat saya lahir dan tinggal, tetap saja goyang-goyang tanpa ampun. Bayangkan, dari saya masih SD sampai sekarang lulus kuliah tetap saja begitu. Tak ada perubahan!.
“Desa Guyangan, jalannya memang bergoyang!” ejek mereka di atas motor.
Trauma Teman-Teman
Meskipun desa saya menawarkan keindahan alam yang luar biasa, sebagian besar teman saya kapok untuk kembali. Mereka trauma! Bagi mereka, sekali saja sudah cukup menginjakkan kaki di Dusun Jaran Goyang, Desa Guyangan.
Tak hanya itu, saat mengendarai sepeda motor di jalan umum Desa Guyangan, mereka mengeluh tulang-tulangnya pegal dan sakit semua. Bayangkan, sensasi “goyangan” jalan Desa Guyangan memang terasa sampai ke tulang. Jalanan di desa saya, bisa diibaratkan mirip treadmill dengan level maksimal tanpa pengaman!
Ada yang sampai teriak, “Woy, ini jalan atau mesin cuci?!” sambil berusaha tetap duduk di atas sepeda motor yang terus bergetar. Ada pula yang bercanda kalau jalan Guyangan ini sengaja dibuat untuk menguji ketahanan fisik dan mental para pengendara.
Saya pun mengamini apa yang dialami mereka. Faktanya memang begitu. Kala itu, saya hanya bisa tertawa sambil mengangguk setuju. Sembari berkata dari lubuk hati yang paling dalam.
“Ah, jalanan bergoyang ini memang ikon desa saya, yang bisa bikin siapa saja langsung merasa ikut kelas senam tanpa harus bayar instruktur!”.
Asal Usul Nama Dusun Jaran Goyang
Pengambilan nama Jaran Goyang bukan sembarangan. Menurut legenda dan cerita rakyat lokal, nama ini berasal dari kejadian saat Ratu Balgina dari Kerajaan Belanda memandikan kudanya di air terjun setinggi 15 meter. Kuda yang dimandikan jadi tidak tenang dan memberontak, sehingga warga setempat menyebutnya “jeren gujeng” dalam bahasa Madura, yang berarti “kuda yang memberontak”. Nama ini kemudian berubah menjadi “Jaran Goyang” lalu diadopsi sebagai nama dusun dan air terjun.
Sekarang, di sekitar air terjun, berbagai pohon buah seperti durian, alpukat, manggis, dan kelengkeng menghiasi jalur masuk hingga lokasi air terjun. Ada sekitar 400 pohon buah, dengan 80 di antaranya sudah berbuah.
Jadi, meskipun nama Jaran Goyang dan Guyangan selalu jadi bahan guyonan, saya tetap bangga. Karena hanya di Guyangan, kamu bisa merasakan petualangan jalanan yang benar-benar bergoyang!
Penulis: Adi Purnomo Suharno
Editor: Rizky Prasetya