4 Dosa Penjual Kolak Pisang Saat Bulan Ramadan

4 Dosa Penjual Kolak Pisang Saat Bulan Ramadan

4 Dosa Penjual Kolak Pisang Saat Bulan Ramadan (Nurhafizah Abdullah via Wikimedia Commons)

Bulan Ramadan tentunya identik dengan berbagai kudapan manis untuk menemani berbuka puasa. Banyak hidangan manis yang bermunculan saat bulan Ramadan, misalnya kurma, es buah, hingga beragam kenangan mantan jenis kolak. Salah satu jenis kolak yang cukup populer dijual di bulan Ramadan adalah kolak pisang. Rasanya yang lezat, manis, dan gurih membuatnya jadi menu yang tepat untuk berbuka puasa.

Nggak sulit menemukan kolak pisang di bulan Ramadan. Sebab, banyak yang menjual menu satu ini. Biasanya para penjual mulai berjualan selepas salat asar. Waktu setelah salat asar itu merupakan waktu yang tepat untuk orang-orang ngabuburit sekaligus mencari makanan untuk berbuka puasa.

Sayangnya, di balik seporsi kolak pisang, ada beberapa dosa penjualnya yang bikin kenikmatan menyantap menu satu ini jadi berkurang. Dosa apa saja itu?

#1 Memakai pisang yang masih keras

Saat sedang asyik-asyiknya menikmati seporsi kolak pisang, tak jarang saya menemukan pisang yang masih keras. Pisang yang keras itu menandakan kalau pisang yang digunakan belum terlalu matang. Biasanya pisang yang keras begini juga rasanya hambar, nggak ada manis-manisnya sama sekali.

Makanya buat para penjual di luar sana, tolonglah jangan maksain pisang yang belum terlalu matang untuk dijadikan kolak, ya. Kasihan lho para pembeli yang sudah membayangkan kelembutan pisang dalam seporsi kolak yang hendak dimakan saat berbuka. Minimal ya jangan menghancurkan ekspektasi nikmatnya makan menu berbuka puasa satu ini lah.

#2 Santannya yang pecah

Nggak asing kan dengan istilah santan pecah? Santan pecah menyebabkan masakan jadi bertekstur menggumpal, berbutir, dan nggak menyatu dalam kuah. Jika santannya pecah, kolak pisang jadi terlihat nggak menarik dan rasanya nggak akan gurih lagi.

Santan peceh ini biasanya disebabkan berbagai hal. Misalnya, api yang digunakan untuk memasak kolak terlalu besar, salah memasukkan santan, hingga nggak mengaduk santan saat memasak kolak. Jadi, kalau masak kolak jangan sambil ngelamun, ya Gaes, jangan sampai santannya pecah dan mengurangi kenikmatan makan kolak.

#3 Rasa manis yang meninggalkan pahit

Saya pernah membeli kolak pisang di bulan Ramadan yang lalu. Beberapa kali saya menemukan kolak yang rasanya manis, tapi manisnya meninggalkan rasa pahit. Biasanya hal ini disebabkan pemilihan gula merah yang kurang bagus untuk campuran kolak. Atau, nggak jarang ada juga oknum penjual nakal yang mencampurkan pemanis buatan dalam kolak buatannya. Biasanya ciri-ciri kolak yang sudah ditambahi pemanis buatan rasanya akan manis sekali tapi meninggalkan rasa pahit di lidah dan tenggorokan.

Sebagai konsumen, kita harus berhati-hati ketika membeli jajanan gini ya, Gaes. Terlalu sering mengonsumsi pemanis buatan nggak baik buat kesehatan karena bisa menimbulkan penyakit yang serius. Dan buat oknum penjual nakal, buruan tobat, deh. Mending pakai bahan-bahan yang alami saja, nggak usah yang aneh-aneh.

#4 Kuahnya terlalu encer

Suka sebel nggak sih kalau beli kolak pisang yang kuahnya terlalu encer? Biasanya para penjual yang masih menggunakan kelapa asli yang diparut untuk santan akan mencampurkan air lebih banyak sehingga santan yang dihasilkan akan encer. Kuah kolak yang terlalu encer ini bikin rasa kolak jadi kurang gurih.

Hal ini umumnya dilakukan beberapa oknum penjual nakal yang ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak. Mencari keuntungan sebanyak mungkin sah-sah aja sih, tapi kepuasan pembeli juga perlu diperhatikan.

Itulah beberapa dosa penjual kolak pisang saat Ramadan tiba. Kalian pernah merasakan yang mana, nih?

Penulis: Hernika Aulia
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version