Indomaret Point Coffee selama ini selalu dipuji sebagai kopi minimarket yang paling enak. Bahkan, ketika disandingkan dengan kopi buatan kedai kopi terkenal lain, seperti Kopi Kenangan, Janji Jiwa, termasuk Starbucks, rasa kopi Indomaret dibilang lebih juara. Tak heran jika dalam beberapa tahun terakhir, Indomaret Point Cofffee makin menjamur.
Berdasarkan informasi yang ada di laman resminya, brand spesialisasi kopi dengan konsep “Made to Order” ini memiliki lebih dari 1.200 gerai yang tersebar di sekitar 120 kota. Data itu pun merupakan data pada tahun 2023. Kalau dihitung hingga detik ini, pasti jumlahnya lebih dari itu. Sayang, saya nggak bisa menemukan data terbaru berapa jumlah gerai Point Coffee saat ini.
Nah, meskipun sering kali dipuja-puji karena rasa dan harganya yang worth it, Indomaret Point Coffee bukannya tanpa cela. Berikut ini adalah beberapa dosa Point Coffee yang sering bikin pencintanya tarik napas dalam-dalam. Kadang tarik napas panjang, kadang pula disertai desahan kekecewaan.
#1 Apa itu konsistensi rasa? Semua tergantung nasib
Pertama, soal konsistensi rasa. Konsistensi rasa ini memang jadi PR terbesar bagi banyak kedai kopi, tak terkecuali Indomaret Point Coffee. Ada hari-hari di mana Point Coffee terasa lebih seperti kopi sachet yang dipoles jadi premium, daripada secangkir kopi yang lahir dari proses penuh cinta dan takaran presisi.
Kadang pula, entah kenapa rasa Indomaret Point Coffee lebih mirip minuman permen cair ketimbang pengalaman ngopi yang sebenarnya. Padahal belinya varian yang sama, di gerai yang sama, cuma beda hari aja. Kalau bedanya setipis lapisan udara sih nggak masalah. Masih bisa dimaklumi karena rasanya yang tetap masuk di lidah.
Apesnya itu kalau dapat rasa yang benar-benar berbeda. Entah karena roastingan beans-nya yang beda, ataukah takarannya atau mungkin juga mood baristanya kebawa dalam kopi, masih jadi misteri.
Pokoknya, beli kopi di Indomaret Point Coffee ini bener-bener bikin pelanggan seperti lagi ikut undian. Enak nggaknya, semua tergantung nasib.
#2 Pelayanan tergantung mood barista Indomaret Point Coffee
Dilayani dengan baik saat beli kopi, minimal baristanya nggak pelit senyum adalah harapan semua orang. Sayangnya, dapat barista yang ramah dan murah senyum lebih mudah kita temukan di reels medsos Point Coffee daripada di outlet mereka.
Mungkinkah interaksi yang dingin itu karena beban kerja barista yang bertumpuk? Ya jadi barista, ya jadi kasir. Rangkap-rangkap lah pokoknya. Wajar saja jika kemudian mereka kewalahan yang akhirnya membuat mood jadi berantakan. Alat roastingnya nggak dijempalikin aja udah untung.
Soal barista yang diduga kerjanya cuma sendirian ini, saya jadi ingat keluhan salah satu netijen yang mempermasalahkan kenapa Indomaret Point Coffee di tempatnya sering sekali ditinggal-tinggal oleh baristanya. Tiap kali datang ke outlet, lagi-lagi tulisannya “sedang istirahat”. Padahal waktu itu masih jam setengah 11 siang.
Di lain hari, pernah coba datang jam 1 siang pun, lagi-lagi yang menyambut adalah tulisan “sedang istirahat”. Kan jadi tanda tanya. Ini beneran yang jaga outlet cuma 1 orang doang? Sekelas Indomaret Point Coffee lho ini~
#3 Minim tempat duduk yang nyaman
Dosa Indomaret Point Coffee selanjutnya yang bikin ngelus dada pelanggannya adalah soal ketersediaan kursi.
Situasinya begini. Kopi nikmat sudah di tangan. Angan-angan pun sudah siap untuk menyesap kopi dengan pelan. Tapi begitu mau duduk, eh, tempatnya cuma sepetak doang. Sudahlah sepetak, mepet etalase mie instan pula! Jadi, misal ada pembeli yang lagi belanja, bagian punggung kita sering kesenggol keranjang belanjaan. Duh. Nggak nyaman banget, kan?
Indomaret Point Coffee ini tampaknya belum memikirkan sungguh-sungguh bahwa ada manusia yang ingin ngopi langsung di tempat. Lha kalau kursinya nggak nyaman gini kan ngopi di Point Coffee berasa kayak lagi di pit stop, alias harus buru-buru karena nggak nyaman kalau kelamaan.
#4 Menu Indomaret Point Coffee yang sering gaib
Terakhir, kekurangan Indomaret Point Coffee yang bikin kesal adalah menunya sering zonk.
Jadi begini. Ketika kita datang ke gerai Point Coffee, kita akan melihat menu yang terpampang di layar mesin begitu lengkap. Tapi kenyataannya? Begitu pesan, lagi-lagi baristanya bilang, “Lagi kosong, Kak.”
Alasannya pun beragam. Mulai dari sirupnya yang habis, beans-nya nggak ada, hingga belum restock. Wah, kalau menu yang terpampang sampai puluhan, tapi yang tersedia cuma segelintir begitu, rasanya kok seperti masuk ke restoran all you can eat, tapi pas mau ambil makanan, jebul yang tersedia cuma nasi putih sama kerupuk. Hmmm.
Itulah beberapa dosa Indomaret Point Coffee. Dengan dosa-dosa di atas tersebut, rasanya terlalu dini menyebut Indomaret Point Coffee bakalan kehilangan pelanggan setianya. Karena seperti cinta yang tabah, pelanggan Indomaret Point Coffee nyatanya tetap akan kembali meski tahu rasa menunya belum tentu stabil, baristanya kadang angin-anginan, tempat duduknya yang terbatas, dan varian yang sering kosong.
Kok bisa gitu, ya?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Aturan Tidak Tertulis Saat Beli Kopi di Indomaret Point Coffee yang Perlu Diketahui.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
