“Kucingku kok dari kemarin lusa nggak mau makan, minum juga nggak mau. Sekarang malah tidur terus di dekat kamar mandi. Diobati apa ya biar sembuh?”
“Anjingku yang kriwil rambutnya rontok semua, kaya gudiken gitu? Disuntik opo yo enaknya?”
“Burungku kemarin tak kasih antibiotik koq malah sekarang lesu nglentruk gitu? Kenapa yo?”
Gimana? Apakah ada di antara sobat tersayangku di sini yang pernah sambat sejenis ini karena ndilalah punya teman seorang dokter hewan?
Ya mungkin dalam pikiran para pemilik hewan kesayangan, tak ada terlintas hal lain kecuali agar peliharaannya bisa segera sembuh kembali. Mungkin mereka berharap dengan curhat seperti ini, njuk kemudian temannya yang seorang dokter hewan itu bakal dengan sigap menjawab. Tapi, maaf saja, realitas sering tidak sesuai dengan imajinasi.
Hmm… jadi begini. Pada dasarnya hampir semua hewan yang hidup di dunia ini tidak berkomunikasi dalam bahasa yang sama dengan kita, manusia. Berangkat dari titik ini, konsultasi pengobatan hewan jarak jauh jelas memiliki tingkat kesulitan berlipat jika dibandingkan dengan konsultasi kesehatan antar manusia.
Jika dokter manusia dapat melakukan diagnosis dengan bertanya langsung kepada pasiennya, tidak begitu halnya dengan dokter hewan. Mereka memperoleh anamnesis dengan mengandalkan klien atau pet owner yang kadang kala tidak terlalu detil dalam memberi kronologi ceritanya karena berbagai alasan.
Oleh sebab itu, dokter hewan juga harus melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh terhadap pasiennya, dan diperkuat dengan pengambilan sampel (bisa berupa feses, darah) untuk diuji di laboratorium untuk mengetahui penyebab pasti penyakit sehingga pengobatan yang dilakukan menjadi efektif dan efisien. Pemberian obat pada hewan pun tidak bisa digebyah uyah begitu saja berdasarkan umur seperti layaknya pada manusia. Sebagai contoh, obat untuk spesies A justru bisa berbahaya dan berakibat fatal bila diberikan ke spesies B.
Mengingat hal yang jebulnya tidak sederhana ini, maka adalah wajar apabila curhat-curhat seperti di atas akan dibalas dengan “Segera saja dibawa ke dokter hewan praktik terdekat ya, get well soon.”
Jadi wahai para penyayang binatang, hal ini sejatinya bukan karena temanmu yang ndilalahnya dokter hewan itu pelit ilmu, males nulungi kancane, atau semata pingin dapat duit untuk hewan yang diobatinya. Sebagai pengingat, sebagaimana dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi, dokter hewan juga adalah sebuah profesi.
Memang nggak semua pemilik hewan peliharaan berperilaku nyebahi sih. Banyak juga yang sadar akan kesehatan hewannya dan bahkan memperlakukan peliharaannya layaknya anggota keluarga. Sayangnya masih banyak juga yang hanya memelihara hewan sambil lalu. Disayang-sayang pas lagi lucu-lucunya, tapi kemudian dilupakan ketika mereka sudah tak lucu apalagi sakit-sakitan.
Layaknya ikatan cinta dalam membina bahtera rumah tangga, perkara memelihara hewan kesayangan juga adalah sebuah komitmen. Memenuhi hak dan kebutuhan dasar adalah kewajiban. Memberi rumah yang nyaman, makanan yang sesuai peruntukannya, juga memperhatikan kesehatan adalah keharusan.
Balik lagi ke awal kisah, masih ada pemilik yang enggan untuk memeriksakan hewannya secara rutin ke dokter hewan. Banyak yang akhirnya mencoba-coba pengobatan sendiri dengan berbekal browsing dan ilmu katanya.
Ketika hewan sudah parah kondisinya, barulah mereka serahkan pengobatannya ke dokter hewan. Apesnya sebagian dari mereka akan menyalahkan bahkan melayangkan gugatan ketika peliharaannya berpulang. Padahal memang kondisi hewannya sudah tipis harapan karena memang terlambat dalam penanganan.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan memelihara hewan. Salah satunya adalah membantu menjaga kesehatan mental, apalagi di masa sulit seperti sekarang ini. Sungguh mulia sekali kan jasa para anabul dan hewan kesayangan bagi manusia?
Jadi MyLov, sebagaimana manusia yang sakit pergi ke dokter atau fasilitas kesehatan untuk memeriksakan dirinya, demikian pula halnya dengan hewan sakit juga harus dibawa ke dokter hewan, jangan hanya ditanyakan via telepon atau chat.
Dan sebagai pengingat, dokter hewan bukanlah dukun yang ahli menerawang dan melakukan pengobatan jarak jauh. Kami dulu belajarnya mata kuliah Ilmu Diagnosa Klinik, bukan Ilmu Diagnosa Klenik.