Sebagai mahasiswa semester akhir, saya baru saja menempuh KKN. Untuk KKN, Kampus menempatkan saya di Desa Nglopang Magetan.
Terdengar asing di telinga pembaca? Ya, persis, pada awalnya juga saya asing dengan nama desa tersebut. Maklum, saya jarang main ke luar kota tercinta saya, Ponorogo.
Daftar Isi
Lokasi Desa Nglopang Magetan
Secara administratif, Desa Nglopang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan. Dari kampus, saya hanya butuh 45 menit untuk sampai di Desa Nglopang Magetan. Memang cukup dekat. Desa ini berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Ponorogo di sebelah selatan.
Wilayah Desa Nglopang Magetan terletak di dataran tinggi dan wilayah yang berbukit-bukit. Penduduk di desa ini banyak yang bermata pencaharian sebagai pertanian.
Pertanian di desa ini mayoritas jenis pertanian lahan kering, seperti jagung, ketela pohon, cabai, dan hanya sebagian kecil yang menanam padi. Konon, desa ini dulunya merupakan hutan belantara yang banyak ditumbuhi pohon lo.
Pohon ini dikenal mempunyai banyak cabang, atau yang dalam Bahasa Jawa disebut “pang”. Dari sinilah nama desa tersebut berasal, yakni dari kata “pang Lo”, yang nantinya berubah menjadi Nglopang.
Di balik itu semua, desa ini ternyata menyimpan sejarah kelam bangsa Indonesia. Inilah dia.
Baca halaman selanjutnya: Desa kecil dengan rekaman sejarah yang kelam.
Saksi bisu kekejaman PKI pada masanya
Pada 1948, Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan aksi pemberontakan besar-besaran yang sadis. Gerakan tersebut dipimpin oleh Musso dan Amir Syarifudin.
Aksi pemberontakan tersebut berpusat di wilayah Kabupaten Madiun. Sehingga, gerakan tersebut juga berdampak di wilayah sekitar Madiun, termasuk Kabupaten Magetan. Salah satu desa yang juga terdampak oleh gerakan PKI adalah desa tempat KKN saya, yakni Desa Nglopang.
Desa Nglopang di Magetan ini pernah menjadi lokasi pembantaian sekelompok orang yang dilakukan oleh PKI. Pada saat itu, PKI melakukan penculikan sejumlah tokoh masyarakat Kecamatan Parang.
Dalam buku “Lubang-lubang Pembantaian” karya Maksum dan kawan-kawan terbitan Pustaka Utama Grafiti, di antara tokoh-tokoh yang dibantai tersebut yaitu camat, kepala desa, carik, dan juga modin.
Para tokoh tersebut pada mulanya diculik dan kemudian dibawa ke sebuah hutan belantara. Sesampainya di tempat tersebut, para tokoh tadi dieksekusi secara sadis dengan berbagai cara yang sangat kejam. Setelah dibunuh, mayat para tokoh masyarakat tadi dibuang begitu saja ke dalam 2 sumur kering dan kemudian ditimbun dengan tanah.
Menurut cerita turun-temurun dari penduduk setempat, daerah Nglopang kemudian dilanda dengan gempa bumi yang amat dahsyat. Tepat sesaat setelah kejadian tersebut. Menurut kepercayaan penduduk Desa Nglopang Magetan, hal tersebut menjadi sinyal bahwa bumi seakan tidak terima jika tokoh-tokoh baik tersebut dibunuh dengan cara yang kejam dan disemayamkan dengan tidak manusiawi.
Titik lokasi tempat eksekusi tersebut saat ini masuk dalam wilayah Dukuh Guyangan, tepatnya wilayah Desa Nglopang sebelah timur. Tempat tersebut kini tidak lagi berupa hutan belantara yang lebat, tetapi sudah berubah menjadi ladang milik warga setempat dan kawasan hutan Perhutani.
Monumen PKI di atas “kuburan”
Saat ini, titik tempat pembunuhan itu telah dibangun semacam sebuah monumen. Kedua sumur tadi kini sudah dibangun menjadi sebuah monumen untuk mengenang kejahatan PKI di masa lalu. Di monumen tersebut, tertulis nama-nama korban pembantaian yang telah berhasil diidentifikasi.
Namun, monumen tersebut tampaknya kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah setempat. Sebab, setiap tahun, di tanggal 30 September, pemerintah daerah selalu menggelar upacara Desa Soco, Kecamatan Bendo, Magetan. Di desa tersebut juga terdapat monumen yang serupa. Monumen yang ada di Desa Soco tampak terawat. Hal tersebut berbeda dengan di Desa Nglopang Magetan.
Di tahun 2024 ini, monumen di Desa Nglopang sedang direnovasi. Namun, renovasi yang dilakukan bukan dari dana pemerintah, melainkan dari donatur dan ahli waris. Begitulah keadaan monumen di Desa Nglopang.
Ke depannya, saya harap monumen di Desa Nglopang Magetan juga mendapat perawatan yang memadai. Di samping itu, perlu adanya upacara peringatan, supaya hal tersebut menjadi pengingat bahwa di desa tersebut dahulu PKI pernah melakukan tindakan keji nan tidak manusiawi.
Penulis: Miftakhu Alfi Sa’idin
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Magetan Sering Dilupakan padahal Menyimpan Banyak Potensi Wisata yang Luar Biasa
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.