Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Angkringan Sering Disalahpahami dari Cawas Klaten atau Jogja, padahal Cikal Bakalnya dari Desa Ngerangan Klaten

Rizqian Syah Ultsani oleh Rizqian Syah Ultsani
10 Mei 2024
A A
Angkringan Sering Disalahpahami dari Cawas Klaten atau Jogja, padahal Cikal Bakalnya dari Desa Ngerangan Klaten Mojok.co bogor

Angkringan Sering Disalahpahami dari Cawas Klaten atau Jogja, padahal Cikal Bakalnya dari Desa Ngerangan Klaten (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Tidak banyak yang tahu, angkringan aslinya dari Desa Ngerangan Klaten. 

Warga Jogja tentu nggak asing dengan angkringan. Itu lho, gerobak penjual makanan nasi kucing dan berbagai lauk-pauk yang bisa ditemukan di sudut-sudut Jogja. Saking melekatnya angkringan dengan Jogja, mendiang penyair Joko Pinurbo mengabadikannya dalam satu bait sajak yang begitu masyhur “Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan”.

Akan tetapi, saya kerap bertanya-tanya, apakah angkringan betul-betul lahir dan tumbuh secara organik di Jogja ya? Sebab, saya sempat mendengar selentingan, angkringan aslinya berasal dari Klaten. Kabupaten sebelah yang selalu punya cerita unik di mata saya. 

Tidak asli dari Jogja, tapi dari Klaten

Saya ragu-ragu Jogja adalah cikal bakal angkringan ketika mengetahui banyak penjual angkringan berasal dari Klaten. Pada waktu itu, saya nggak sengaja mendengar percakapan seorang pedagang angkringan di kawasan Malioboro. Dia mengatakan, teman yang biasa membantunya berjualan tengah pulang ke kampung halaman, ke Klaten. Pertanyaan selanjutnya, angkringan ini tepatnya berasal dari Klaten sebelah mana ya?

Rasa penasaran itu membawa saya pada sebuah penyelidikan kecil-kecilan. Ada satu liputan di CNN Indonesia siaran lokal Jogja yang menjelaskan asal-muasal angkringan dari Cawas, Klaten. Akan tetapi, saya kurang begitu yakin dengan informasi tersebut. Sebab, ada satu desa di Kecamatan Bayat, Klaten yang punya monumen patung pikulan khas angkringan lawas, lengkap dengan tungku dan ceretnya. Bahkan, peresmian monumen patung yang terletak di Desa Ngerangan Klaten itu dilakukan langsung oleh bupatinya.

Kalau angkringan tidak punya kaitan begitu dalam terhadap Desa Ngearangan Klaten, tidak mungkin monumen itu berada di sana, apalagi diresmikan langsung oleh pejabat setempat. Setelah iseng melihat data demografi penduduk desa tersebut, ternyata lebih dari 30 persen warga Desa Ngerangan Klaten adalah pedagang angkringan. Bisa dibilang, angkringanlah yang memutar roda perekonomian warga. Oh, pantas saja. 

Di Desa Ngerangan Klaten, bekerja sebagai pedagang angkringan semacam garis hidup alias sudah sangat lumrah dijalani warga. Bahkan, pedagang angkringan dianggap pekerjaan yang bergengsi dan membanggakan. Mungkin sama membanggakannya ketika seseorang kerja jadi PNS atau pegawai BUMN ya. Apalagi ketika seseorang sudah punya banyak cabang angkringan, sudah pasti dia menjadi mantu idaman yang diperebutkan orang tua. Punya cabang hingga Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta, Lampung, Kalimantan akan menjadi poin plus.  

Perkembangan angkringan

Lantas, siapa sih yang memelopori penyebarluasan angkringan sampai ke daerah-daerah tadi? Dialah Karso Djukut, warga Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, Klaten. Dia dan beberapa orang lain mengawali berjualan makanan dan minuman sederhana dengan membawa pikulan. Awalnya, mereka berjualan ke Kota Solo sekitar 1930 hingga 1940-an.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Merekalah yang mencetuskan racikan jahe dan teh khas angkringan dengan mencampur beberapa merek teh dengan takaran tertentu. Saat ini teh racikan itu malah dikenal dengan teh Solo dengan tagline “nasgitel” atau panas, legi, kentel (panas, manis, pekat). Sementara angkringan lebih melekat pada citra Jogja. Padahal dua hal itu bermuara dari Desa Ngerangan, Bayat, Klaten.

Angkringan kemudian mengalami perkembangan hingga masa kontemporer yakni menggunakan gerobak dan berjualan secara mangkal. Namun, seiring perkembangan waktu, ada sedikit perbedaan penyebutan angkringan. Di Solo tempat makan semacam ini lebih dikenal dengan hik (baca: hek) kepanjangan dari Hidangan Istimewa Kampung. Entah singkatan ini benar atau hanya cocokologi belaka seperti singkatan Cari Uang Jalan Kaki alias cuangki di Bandung. Sementara, daerah lain seperti Jogja menyebutnya dengan angkringan yang berasal dari kata “nangkring” atau nongkrong. 

Kendati beda penyebutan, secara garis besar menu makanan dan minuman yang disajikan mirip. Angkringan hadir dengan ciri khas menu nasi kucing lengkap dengan makanan pelengkap atau pendamping seperti gorengan dan sate-satean. Nggak lupa selalu ada ceret di atas tungku anglo arang yang siap menjamu pelanggan dengan berbagai jenis minuman.  

Pelestarian angkringan di Desa Ngerangan Klaten

Angkringan menjadi sebuah khazanah kuliner dan budaya yang makin dikenal seantero Indonesia karena hidangannya yang murah meriah. Selain itu, angkringan jadi tempat paling egaliter karena semua kalangan boleh datang. Bahkan, kepopuleran tempat makan ini nggak cuma di Indonesia, angkringan Desa Ngerangan Klaten sudah melanglang buana sampai ke negeri-negeri lain nun jauh. Putra Desa Ngerengan asli yang membawa angkringan sampai Korea, Jepang, dan Belanda. Ngeri kali, bah!

Pemerintah setempat melihat fenomena angkringan jadi potensi desa yang harus terus dipertahankan.  Angkringan seperti sebuah legenda hidup dari Desa Ngerangan Klaten. Itu mengapa di sana dibangun museum angkringan. Museum itu berisi memorabilia sejak awal tercetusnya sampai perkembangannya di era kontemporer. Mungkin terdengar remeh, tapi dari sudut pandang sejarah ini penting demi keberlangsungan angkringan.

Upaya lain dari pemerintah setempat, mereka mengadakan edukasi dan pembinaan melalui sekolah angkringan. Ya, kalian nggak salah baca, ada sekolah angkringan di Desa Ngerangan Klaten. Tentu bukan seperti sekolah pada umumnya yang mengajar calistung ya. Di sini para murid diajarkan “seni” berjualan angkringan yang baik dan benar, serta seluk-beluk perniagaannya.

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah desa ini saya rasa sangat diperlukan. Sekarang ini banyak bermunculan pedagangan kaki lima, terutama di luar Jogja, Klaten, Solo, yang menggunakan nama angkringan, tapi secara filosofi dan praktik jauh berbeda dengan angkringan yang sahih. Bisa dikatakan, angkringan-angkringan ini abal-abal dan bentuk bid’ah yang menyalahi sunnah.

Penulis: Rizqian Syah
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Angkringan Pak Gik Semarang, Angkringan Legendaris yang Bikin Nicholas Saputra Makan Gorengan 20 Biji

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Mei 2024 oleh

Tags: angkringanDesa NgeranganDesa Ngerangan KlatenJogjaklatennasi kucing
Rizqian Syah Ultsani

Rizqian Syah Ultsani

Tukang menguap yang suka menulis.

ArtikelTerkait

ha milik tanah klitih tingkat kemiskinan jogja klitih warga jogja lagu tentang jogja sesuatu di jogja yogyakarta kla project nostalgia perusak jogja terminal mojok

Tingkat Kemiskinan Jogja di Atas Rata-rata Nasional Itu Biasa Saja kok, Nggak Usah Kaget

17 Februari 2021
12 Tempat Wisata Klaten yang Seru untuk Liburan Lebaran

12 Hal yang Wajib Kalian Lakukan di Kabupaten Klaten Minimal Sekali Seumur Hidup. Gas buat Libur Lebaran!

6 April 2024
memborong rumah perumahan banguntapan mojok

Seperti Angkringan di Jogja, Mari Romantisasi Perumahan di Banguntapan

19 Agustus 2020
3 Hal yang Orang-orang Jarang Katakan Soal Berkendara di Jogja Mojok

3 Hal yang Orang-orang Jarang Katakan Soal Berkendara di Jogja

24 Oktober 2025
Tips Beli Rumah biar Nggak Tertipu Harga Murah terminal mojok.co

Sebelum Nuntut Cowok Harus Punya Rumah Sebelum Nikah, Sebaiknya Kalian Cek Harga Rumah Dulu

24 Agustus 2021
Upah Minimum Jogja Memang Naik, tapi Bukan Berarti Buruh Nggak Boleh Protes, Ini Bukan Perkara Upah Semata, Bolo! UMP Jogja, gaji Jogja, frugal living ump jogja yogyakarta, bandung

Jogja Tak Seburuk Itu, dan Kota Ini Memang Pantas untuk Dicintai secara Brutal

9 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.