Punya Darah Rendah Lebih Enak daripada Hipertensi? Mana Ada!

Darah Rendah Lebih Enak daripada Hipertensi? Mana Ada!

Darah Rendah Lebih Enak daripada Hipertensi? Mana Ada! (Unsplash.com)

Tekanan darah rendah yang saya alami membuat saya sedih, susah, dan sering sambat. Tekanan darah rendah atau hipotensi paling terasa efeknya saat gejalanya muncul dan ketika datang ke fasilitas kesehatan.

Setiap datang ke faskes, yang saya takutkan bukan jarum suntik maupun dokternya, tapi momen screening kesehatan dengan cek tensi. Setiap kali diminta untuk cek tensi dengan tensimeter, di situ saya berdoa agar tekanan darah saya bisa di atas batas minimum. Tapi sering banget saya kecewa sekaligus deg-degan tiap melihat hasilnya karena sering di bawah 90/60 mmHg.

Waktu saya menceritakan hal itu ke beberapa orang, mereka malah meremehkan keluhan saya. Mereka yang punya riwayat hipertensi atau faktor risiko genetik bilang bahwa hipotensi nggak ada apa-apanya dibanding hipertensi.

Kata mereka, saya masih bebas makan, terutama makanan asin yang jadi pantangan penderita hipertensi. Mereka juga bilang bahwa obat untuk tekanan darah rendah enak-enak, kayak sate kambing dan olahan daging lainnya, berbeda dari penderita hipertensi yang harus minum obat kalau pengin menormalkan tekanan darahnya. Bahkan mereka juga menyebut bahwa hipotensi nggak serem karena nggak ada komplikasi sebagaimana yang mengancam penderita hipertensi.

Kata-kata mereka ini seakan-akan menuduh bahwa menjadi orang dengan tekanan darah rendah itu enak. Mending menderita hipotensi daripada hipertensi.

Mana ada lagi sakit dibilang enak. Selama tekanan darah saya masih di bawah ambang batas normal, di situ saya menderita dan dikit-dikit sambat. Gimana nggak sambat kalau saya merasakan hal-hal berikut ini?

Rentan pusing dan berkunang-kunang

Mau seterburu-buru apa pun, saya nggak bisa langsung berdiri dari posisi tidur. Saat bangun dari tidur atau posisi tiduran, saya harus duduk dulu beberapa saat sebelum berdiri. Kalau nggak, saya bakal langsung berkunang-kunang atau pusing sampai rasanya mau jatuh.

Secara ilmiah, kondisi semacam itu disebut hipotensi ortostatik yang disebabkan karena berdiri terlalu cepat. Akibatnya, tubuh nggak bisa ngimbangin lebih banyak aliran darah ke otak.

Selain itu, tensi rendah juga membuat saya bersahabat dekat dengan yang namanya pusing. Minyak angin harus selalu ada di tas untuk mengantisipasi pusing yang datangnya tiba-tiba kayak cinta deadline. Saking seringnya merasakan pusing, kadang-kadang saya susah bedain antara bumi bergoyang karena gempa atau darah rendah.

Hipotensi juga banyak pantangannya

Ini nih yang membuat saya rada nggak terima ketika beberapa orang mengatakan bahwa penderita tekanan darah rendah bebas makan apa pun dan obatnya enak-enak. Mohon maaf nih, saya juga punya pantangan.

Sejauh ini, ada perdebatan soal dampak beberapa makanan pada tekanan darah, misalnya saja kopi, semangka, dan timun. Ada yang berpendapat keempat makanan tadi dapat menurunkan tekanan darah, sementara yang lain menentang dan menyatakan bahwa keempatnya dapat menaikkan tekanan darah.

Saya sendiri menghindari keempatnya karena setelah mengonsumsi kopi, semangka, melon, atau timun, saya pasti langsung pusing. Sedihnya saya saat nggak bisa makan melon sama seperti nyeseknya kamu yang hipertensi saat dianjurkan nggak makan sate kambing.

Hipotensi menyiksa saat olahraga dan upacara

Punya tekanan darah rendah sekaligus suka olahraga nyaris seperti hal yang kontradiktif. Dulu saat SMA, saat kebetulan tensi sedang rendah dan jadwal hari itu adalah olahraga, pandangan mengabur adalah hal yang kadang nggak terhindarkan. Padahal dulu saya paling suka pelajaran olahraga, khususnya permainan bola besar.

Ternyata oh ternyata, menurut Yudik Prasetyo di jurnal ilmiah Medikora, olahraga merilekskan dan melemaskan pembuluh-pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah menurun. Jadi yang bisa saya lakukan cuma berdiam diri bentar dan menikmati sensasi dunia berputar.

Nggak jarang juga saya tersiksa saat berdiri terlalu lama waktu upacara. Menahan sikap sempurna selama sejam lebih terkadang membuat badan saya lemas dan pandangan juga mengabur. Tapi karena malas jadi pusat perhatian, saya tahan saja. Untungnya sampai lulus saya belum pernah pingsan.

Hipotensi juga sama berbahayanya

Siapa bilang punya tekanan darah rendah aman sentosa tanpa bayang-bayang ancaman komplikasi penyakit lain? Kalau nggak ditangani dengan tepat, hipotensi berpotensi menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan syok. Naudzubillah, nggak mau lah saya.

Maka dari itu, sebisa mungkin saya makan makanan yang dapat menaikkan tekanan darah, terutama sayur-sayuran hijau. Bosan? Ya gimana lagi, kalau mau sehat harus ada pengorbanan.

Jadi yang hipertensi jangan ngeremehin yang hipotensi, deh. Wong kita sama-sama tensinya nggak normal.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Hipertensi: Kenali Gejala, Ancaman, dan Pencegahan Si Silent Killer.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version