Dampak Brexit pada Liga Inggris yang Tak Main-Main

LOA mati listrik negara bekas jajahan inggris brexit kerajaan inggris london jerman mojok

Disney, Alasan Orang Terobsesi dengan Keluarga Kerajaan Inggris meski Punya Reputasi Berdarah (Pixabay.com)

Inggris secara resmi keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari 2020. Dengan adanya Brexit membuat beberapa implikasi, bukan hanya dari segi politik dan ekonomi, tetapi juga mempengaruhi industri sepak bola di Inggris. Namun, sebelum kita masuk ke dampak Brexit terhadap sepak bola Inggris, mari kita ketahui dulu apa itu Brexit.

Inggris secara resmi keluar dari Uni Eropa melalui Referendum Brexit. Brexit sendiri merupakan singkatan dari Britain Exit, istilah yang tercetus dari tuntutan agar Britania Raya yang keluar dari Uni Eropa. Referendum Brexit ini dilakukan melalui pemungutan suara yang dilakukan oleh seluruh rakyat Britania Raya yang terdiri dari Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.

Sebenarnya Referendum Brexit sudah dilakukan pada 23 Juni 2016 dengan hasil sebanyak 51,9% rakyat Britania Raya memilih keluar dari Uni Eropa. Namun, secara resmi Britania Raya memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa baru pada 31 Januari 2020 dan Britania juga sudah melakukan masa transisi sampai 31 Desember 2020 lalu. Sekarang masa transisi telah usai dan akan ada berapa peraturan baru, salah satunya mengenai izin kerja di Britania Raya.

Lalu bagaimana dengan sepak bola di Inggris? Liga Inggris atau lebih dikenal dengan Liga Premier Inggris adalah liga yang paling banyak ditonton di dunia saat ini, tak terkecuali di Indonesia. Penonton setia Liga Inggris yang ada di Indonesia tentu saja akan selalu menyaksikan tim kesayangannya berlaga setiap pekannya. Tetapi, taukah kalian, bahwa baru-baru ini Liga Premier akan menerapkan peraturan baru, akibat dari keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa (Brexit).

Dengan adanya Brexit ini membuat klub-klub di Inggris menjadi sedikit kesulitan dalam urusan transfer pemain, khususnya pemain-pemain muda. Sebab, Brexit membuat FA Inggris harus membuat ulang peraturan tentang pemain-pemain dari luar Britania Raya yang akan bermain di Inggris. Peraturan baru itu akan berlaku mulai transfer window musim dingin 2020/21 yang saat ini sedang berlangsung.

 Dengan begitu, jika klub-klub di Inggris ingin merekrut pemain dari luar Britania Raya harus memenuhi peraturan yang sudah ditetapkan oleh FA. Peraturan tersebut menyatakan bahwa pemain asing yang bermain di Inggris harus memiliki izin kerja, klub-klub tidak boleh mendatangkan pemain asing di bawah usia 18 tahun, lalu dalam satu jendela transfer hanya boleh mendatangkan tiga pemain yang berusia 21 tahun dan pemain dari luar Inggris harus melewati persetujuan dari GBE (Governing Body Endorsement).

Klub-klub di Inggris tidak bisa lagi mendatangkan pemain asing di bawah usia 18 tahun karena sebetulnya itu merupakan hak istimewa yang diberikan oleh FIFA untuk negara-negara Uni Eropa yang tercantum dalam Artikel 19. Namun, oleh karena Britania Raya sudah keluar dari salah satu negara Uni Eropa, mengakibatkan peraturan ini tidak lagi berlaku untuk klub-klub di Inggris.

Tetapi, FIFA kini telah menyetujui pemain-pemain di bawah usia 18 tahun dari klub asal negara Britania Raya seperti Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara dapat saling pindah satu sama lainnya.

Lalu apa itu GBE atau Governing Body Endorsement? GBE adalah lembaga yang memutuskan apakah pemain asing dapat bermain di Inggris atau tidak. Pemain asing dapat bermain di Inggris jika telah lolos dari GBE yang mana dalam GBE tersebut akan ada poin-poin berdasarkan kriteria tertentu

Kriteria poin tersebut antara lain yaitu, penampilan internasional baik di timnas junior atau senior, klub asal, penampilan di klub, dan kualitas liga dari klub tersebut berasal. Pemain dari luar Britania Raya dapat lolos dari kualifikasi GBE jika pemain tersebut memiliki minimal 15 poin dari kriteria di atas.

Menurut The Guardians, pemain bisa mendapatkan poin yang besar untuk memenuhi kriteria dari GBE. Kriteria tersebut adalah: pemain tersebut bermain di salah satu klub di lima liga top Eropa dan klub yang Ia bela bermain di Liga Champion. Selain itu, pemain tersebut juga membela timnas yang berada peringkat 50 ranking FIFA.

Namun, jika Ia berasal dari klub di luar lima liga top Eropa, lalu klubnya tidak bermain di Liga Champion dan negaranya juga di luar ranking 50 FIFA, maka poinnya akan kecil, tetapi masih ada kemungkinan tetap lolos, asalkan total poin dari keseluruhan kriteria adalah 15 poin.

Dengan adanya peraturan baru ini tentu saja sangat merugikan klub Inggris yang biasanya membeli pemain muda berbakat dari Eropa sejak usianya masih belia. Seperti kekecewaan Nick Cox, kepala akademi Manchester United dalam wawancaranya dengan BBC, Ia menyatakan bahwa aturan baru ini akan membuat klub Inggris dirugikan dibandingkan dengan rival Eropa mereka dalam hal merekrut talenta terbaik.

Kekecewaan juga disampaikan oleh Sam Allardyce, manajer dari West Brom yang mana dalam wawancaranya dengan Sky Sports menyatakan, bahwa sebenarnya Ia sudah menemukan tiga pemain untuk didatangkan West Brom di transfer window musim dingin ini, tetapi akibat masalah regulasi karena Brexit, membuat ketiga pemain tersebut tidak bisa didatangkan.

Dengan peraturan baru yang ditetapkan oleh FA Inggris, bukan hanya merugikan klub Premier League sebagai divisi teratas liga Inggris, akan tetapi hal ini juga akan merugikan klub dari divisi bawah. Sebab, klub Premier League akan merekrut talenta muda dari klub-klub divisi bawah sebagai ganti tidak bisanya merekrut talenta muda di luar Britania Raya.

Namun, ada satu cara yang mungkin bisa dilakukan oleh klub di Inggris agar bisa tetap mendapatkan pemain di bawah usia 18 tahun. Menurut FourFourTwo, klub Liga Premier dapat mendatangkan pemain di bawah usia 18 tahun dengan melakukan kerja sama dengan klub lain di Eropa. Lalu jika nanti pemain tersebut sudah berusia 18 dan memenuhi syarat, baru akan pindah ke Inggris.

Hal ini memang mungkin saja dapat dilakukan karena saat ini beberapa klub di Liga Premier sudah melakukan kerja sama dengan klub di Eropa, seperti yang dilakukan oleh Chelsea yang meminjamkan beberapa pemainnya ke Vitesse Arnhem. Namun, kerja sama itu hanya dalam bentuk peminjaman pemain yang memang sudah dikontrak Chelsea dan bukan menitipkan pemain yang belum dikontrak sama sekali. Entah nantinya cara seperti ini juga diperbolehkan atau tidak.

Selain klub yang dirugikan, pemain muda Inggris juga sebenarnya ikut dirugikan oleh peraturan baru karena Brexit ini. Pasalnya, pemain muda Inggris di bawah usia 18 tahun tidak dapat direkrut oleh klub di Eropa, seperti misalnya klub asal Jerman dan Prancis. Padahal sebelumnya banyak sekali talenta muda asal Inggris yang direkrut oleh klub-klub asal Jerman dan Prancis. Seperti contohnya Jude Bellingham berusia 16 tahun yang direkrut oleh klub asal Jerman Borussia Dortmund dari Birmingham pada transfer window musim panas lalu.

Tetapi, dengan adanya peraturan baru akibat Brexit, bukan hanya ada hal yang merugikan saja, ada juga hal yang menguntungkan khususnya untuk pemain homegrown atau pemain asal akademi Inggris. Menurut Charlie Wyett dari SunSports, adanya peraturan akibat Brexit ini membuat akademi klub menjadi lebih penting karena klub harus lebih fokus kepada pemain akademi mereka dan bukan tidak mungkin pemain muda asal Inggris akan meningkat nilai transfernya.

Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa peraturan ini malah akan mengurangi eksistensi Liga Premier yang terkenal akan persaingan yang kompetitif dan atraktif karena pemain asing lebih memilih bermain ke liga lain dibandingkan liga Inggris, akibat adanya regulasi baru ini.

Sebagaimana kita tahu sebelumnya peraturan ini sangat baru dan baru saja diberlakukan untuk sepak bola Inggris. Sehingga mungkin kedepannya akan ada beberapa perubahan yang terjadi melihat kondisi di kemudian hari. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Liga Premier, Richard Masters “setelah transfer window Januari, kita harap untuk dapat meninjau bersama bagaimana kesepakatan ini berdampak pada FA” disampaikan melalui situs resmi Liga Premier.

Bisa kita ketahui sekarang bahwa Brexit ini sangat berdampak pada klub dan juga pemain di Liga Premier Inggris. Ada hal yang menguntungkan tetapi juga banyak hal merugikannya. Jadi mari kita lihat bagaimanakah Liga Premier kedepannya dan dampak yang akan ditimbulkan. Apakah kedepannya Liga Premier masih akan sama dengan liga yang kita kenal? Akankah semakin maju? Atau malah mengalami penurunan? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.

BACA JUGA Udah Bener James Rodriguez Pindah ke Everton, daripada Nganggur di Real Madrid.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version