Daerah Sukamiskin Bandung Bukan Berarti Warganya Senang Kemiskinan

Daerah Sukamiskin Bandung Bukan Berarti Rakyatnya Senang Kemiskinan terminal mojok

Mengulik asal-usul nama suatu tempat memang seru. Apalagi nama yang sedang diulik memiliki kata yang unik dan kadang bikin otak kita traveling dan langsung melakukan metode cocokologi. Salah satunya adalah nama daerah Sukamiskin yang ada di Kabupaten Bandung. Dari namanya saja bikin kita bertanya-tanya apakah warga daerah tersebut menyukai kemiskinan?

Padahal nama Sukamiskin tidak berasal dari kata “suka” dan “miskin”, lho. Seperti yang kita ketahui, ketika masih dijajah oleh Belanda, masyarakat kita kesulitan dalam melafalkan kata dari lidah-lidah si londo itu. Nah, biasanya pelafalan warga pribumi lah yang menjadi acuan untuk menamakan sesuatu termasuk suatu daerah.

Nama daerah Sukamiskin, dari buku yang saya baca, berawal dari salah satu pondok pesantren tertua di wilayah Ujungberung. Pesantren itu sampai sekarang masih ada, namanya Pondok Pesantren Sukamiskin.

Ponpes itu didirikan sekitar tahun 1883 oleh K.H.R. Muhammad bin Alqo. Beliau merupakan pendatang dari Kalibata atau Batavia, dan anak dari seorang ulama bernama K.H. Alqo bin Daud. Oke, kita cerna dulu sampai sini biar otak kita nggak loading dan buffering.

Ibu dari K.H.R. Muhammad bin Alqo ini berasal dari Cibiuk, Limbangan. Konon katanya, K.H. Alqo bin Daud ini adalah keturunan kedelapan dari Syarif Hidayatullah. Namun, keterangan lain ada yang menyebut bahwa K.H.R. Muhammad bin Alqo ini adalah seorang saudagar yang selalu traveling menyusuri niaga dari Batavia ke wilayah Priangan Timur sampai ke Cirebon.

Nah, dalam masa traveling-nya itu, ia suka singgah di Ujungberung dan menginap di sebuah pesantren bernama Pesantren Arjasari yang konon katanya berada di sekitar Rumah Sakit Hermina, Cikadut, kalau di masa sekarang.

Kemudian, lantaran sering banget nginep di tempat itu, ia menjalin hubungan yang akrab dengan K.H.R. Muhammad Irsyad, pendiri Pesantren Arjasari. Dari dorongan beliau, Muhammad bin Alqo mendirikan pesantren miliknya sendiri yang berjarak kurang lebih 300 meter dari arah timur Pesantren Arjasari.

Nah, nama pesantrennya ini yang unik bin ajaib. Muhammad bin Alqo menamakan pesantren yang dibangunnya dengan nama “Suq Misk”. Kebayang kan gimana belibetnya lidah orang-orang pribumi pada saat itu? Zaman sekarang saja mau ngomong “thank you” jadi “tengkyu”.

Ternyata oh ternyata, Suq Misk ini punya arti juga, yaitu Pasar Kesturi. Buat yang nggak tahu, kesturi berarti minyak wangi dalam bahasa Arab. Tapi, nama itu bukan sekadar nama, Muhammad bin Alqo punya filosofi tersendiri dari nama ponpes yang ia bangun.

Ia berharap Ponpes Suq Misk ini bisa menjadi sumber keharuman yang semerbak memenuhi penjuru bumi untuk mengembangkan agama Islam di distrik Ujungberung Wetan khususnya, dan umumnya di Kabupaten Bandung itu sendiri.

Karena nama ponpes yang dibangun Muhammad bin Alqo ini belibet di lidah pribumi pada masa itu, alhasil orang-orang Sunda yang ada di wilayah tersebut mengucapkannya dengan nama Sukamiskin. Sialnya, makna Sukamiskin dengan Suq Misk ini jelas jauh banget dan nggak akan bisa bersatu, kayak aku dan dia.

Meskipun, Sukamiskin di Kabupaten Bandung kerap diartikan sebagai daerah yang senang dengan kemiskinan, ternyata sejarah yang dimiliki jauh dari kata miskin. Ya, semoga saja lidah-lidah kita ini nggak belibet kalau nyebutin nama tempat di wilayah orang lain. Kasihan nanti artinya jadi beda dan maknanya malah bikin ngakak.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version