Curahan Hati Orang Sragen yang Lebih Sering Mengaku Asli Solo daripada Daerah Asalnya

Curahan Hati Orang Sragen yang Sering Mengaku Asli Solo daripada Daerah Aslinya Mojok.co

Curahan Hati Orang Sragen yang Sering Mengaku Asli Solo daripada Daerah Aslinya (unsplash.com)

Kalian berkenalan dengan orang baru dan dia mengaku dari Solo? Saya sarankan untuk tidak langsung percaya. Bisa jadi dia orang Sragen, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar yang mengaku dari Solo. Saya tahu betul hal ini karena sayalah orang Sragen yang ngaku-ngaku itu. 

Bagi orang-orang seperti kami, memperkenalkan diri sebagai asli Solo memang lebih punya gengsi. Ketika berkenalan dengan orang baru, mereka langsung paham di mana letak Solo itu. Bahkan, mereka tahu lebih dari itu, seperti kuliner, kebudayaan, hingga berbagai aktivitas menarik. Kenyataan yang terdengar sepele memang, tapi itu sangat berharga untuk orang-orang seperti kami. 

Tidak perlu repot-repot menjelaskan daerah asal

Bagi kalian yang tinggal di Solo atau kota-kota besar lain, mungkin tidak relate dengan pengalaman satu ini. Bagi kami yang berasal dari kota kecil atau daerah tidak terkenal, menjelaskan daerah asal itu benar-benar PR. Orang baru biasanya mengira daerah kami adalah kecamatan, atau lebih parah, nama mereka baru pertama kali mendengarnya.

Itu mengapa, agar tidak repot, orang-orang seperti kami ini mengaku asli Solo saja. Ringkas, gampang diingat, dan sudah punya nama. Paling sering, belakangan orang-orang mengenali Solo sebagai rumahnya Jokowi. Lalu, biasanya diikuti dengan pertanyaan, “Pernah ke rumah Pak Jokowi?”

Padahal selain rumah Jokowi, ada banyak hal lain yang layak dikenal oleh orang-orang. Solo adalah kota dengan warisan budaya yang kental dan kaya. Selain itu, di sini terdapat berbagai universitas ternama yang biasa jadi jujugan pelajar dari Jawa Tengah. 

Orang Solo malah biasa aja

Ironinya, orang Solo sendiri biasanya malah biasa saja lahir dan tinggal di kota ini. Seolah tidak terbesit sedikit pun kebanggan tinggal di Solo. Mungkin karena sejak lahir terbiasa dengan kehadiran pusat perbelanjaan, sekolah bergengsi, universitas primadona ya. Semua itu jadi terasa biasa saja bagi mereka, bukan hal yang mewah. 

Kondisinya sungguh berbeda dengan kami orang-orang dari Sragen dan Solo coret lain. Fasilitas itu bak daya tarik sendiri karena bisa menambah gengsi suatu daerah. Gengsi yang bisa jadi “kartu” untuk dimainkan ketika bersosialisasi. 

Coba saja kalian bersosialisasi atau ngobrol dengan orang luar dan mengaku dari Sragen, benar-benar PR menjelaskannya. Bahkan, bukan tidak mungkin obrolan tidak bisa berlanjut karena kesulitan menemukan kesamaan pengetahuan soal Sragen.  

Begitulah pengalaman sebagai orang Sragen yang sering mengaku sebagai orang Solo. Fenomena yang dari luar terlihat sepele, tapi bagi kami yang menjalaninya sebenarnya begitu berarti. Kalau saya sih tidak masalah mengaku-ngaku seperti itu, apalagi ada kepentingan atau tujuannya. Tapi, tetap saja, jangan lupa KTP dan rumah kalian itu di mana ya. 

Penulis: Putri Ardila
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA BTC Solo Dulu Ramai dan Jadi Andalan, Sekarang Berkawan Sepi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version