Cuma Perlu 5 Detik untuk Menghancurkan Kemalasanmu

Olahraga Jogging di Stadion vs di Tempat Terbuka, Mana yang Lebih Baik? terminal mojok.co

Olahraga Jogging di Stadion vs di Tempat Terbuka, Mana yang Lebih Baik? terminal mojok.co

Punya cita-cita pengin jadi CEO, badan kayak Megan Fox, makan di restoran tanpa lihat list harganya dulu, tapi bangun dari kasur dan masuk kamar mandi saja rasanya susaaah sekali. Boro-boro mimpi muluk-muluk tadi terwujud, tidak diomelin emak gara-gara kelamaan ngendon di kamar saja sudah syukur. Begitulah nasib orang dengan kemalasan seabrek.

Kemalasan itu fenomena yang terjadi pada siapa saja. Mau presiden, dokter, astronot, bahkan saya yakin guru Ekonomi saya yang galak dan disiplin pun pasti pernah malas-malasan. Malas itu manusiawi dan boleh kok sekali-sekali. Tapi jadi masalah ketika kemalasan itu berkelanjutan dan berimbas pada tidak dilakukannya hal penting yang menentukan masa depan kita.

Merasa familier dengan kalimat-kalimat berikut ini?

“Lanjut skripsinya nanti malam aja deh, sore ini lagi mau namatin Crash Landing on You, nanggung lagi dua episode.” Yakin habis namatin satu series tidak akan tergoda memulai series yang lain?

“Buat CV-nya nanti aja deh, toh lowongan pekerjaannya masih buka sampai minggu depan.” Saat kamu baru mulai bikin CV, sainganmu sudah mengirim CV-nya dan diprioritaskan oleh perusahaan.

Serta salah satu yang paling populer:

“Hari ini nggak olahraga lagi  dulu, toh masih bisa dilakukan besok.” Padahal sepanjang menunda olahraga, tubuh tetap mendapatkan asupan kalori berlebih, otot tetap kaku karena kerjaannya duduk di depan komputer atau tidur-tiduran saja, dan besok belum tentu kamu tidak mengatakan hal yang sama!

Pasti sebenarnya kita tahu soal kebenaran dari kata-kata yang dicetak miring. Bahkan mungkin kita sendiri yang membisikkan itu di dalam hati. Tapi mengapa dorongan untuk menunda (atau bahkan tidak mengerjakan sama sekali) hal yang penting untuk dilakukan tidak bisa ditolak?

Menurut Mel Robbins, seorang penulis dan motivational speaker, kita tidak akan pernah merasa ingin melakukan hal-hal yang sekiranya membuat kita tidak nyaman. Otak kita sudah didesain untuk menghindari hal-hal itu dan cenderung mencari kegiatan yang membuat nyaman, enak, gampang, dan sudah jelas hasilnya.

Makanya lebih mudah untuk bergelung sampai siang di kasur dibandingkan bangun pagi untuk olahraga, memesan fast food lewat ojol dibandingkan memasak sendiri makanan sehat, nonton drakor dibandingkan mengerjakan tugas kuliah. Tolong jangan rundung saya, ini bukan personal attack buat Anda. Saya juga mengalaminya, dan saya ingin menceritakan bagaimana saya mengurangi hal-hal tersebut dengan “5 Second Rule” yang diperkenalkan oleh Mel Robbins.

Saat saya mendengar soal “5 Second Rule” pertama kali, saya merasa geli. Namanya seperti “Belum 5 Menit”-nya bule. Tapi ternyata itu merupakan cara mendobrak kebiasaan bermalas-malasan dan menunda pekerjaan. Caranya kurang lebih begini:

  1. Tentukan hal apa yang akan dilakukan.
  2. Hitung 5, 4, 3, 2, 1. HUP! Langsung kerjakan tanpa berpikir.
  3. Sudah.
  4. Iya, begitu saja.
  5. Kenapa Anda lanjut baca?
  6. Langkahnya cuma sampai poin kedua.

Tata cara yang begitu pendek membuat saya skeptis pada metode ini awalnya. Mana aturan rumit yang saya antisipasi? Memangnya bisa hal sesederhana itu mengubah saya jadi tidak malas-malasan lagi? Jadi dengan ekspektasi rendah, saya mempraktikkannya.

Awalnya saya terapkan pada pola mandi saya. Saya ingin bisa mandi dua kali sehari tanpa disuruh. Ternyata setelah menghitung mundur 5, 4, 3, 2, 1. HUP! Langsung saya lakukan dengan mudahnya, tidak pakai mikir. Justru kalau dipikirin malah jadi gagal. Pada akhirnya saya terbiasa mandi secara rutin, dua kali sehari, tanpa beban.

Tapi kebiasaan mandi terlalu gampang dibentuk. Apalagi di kosan saya yang terletak di Jogja dan tanpa AC, mandi memang kebutuhan mendinginkan badan. Jadi saya coba yang lebih susah, yang sangat susah bagi saya yang hobinya makan dan goler-goler: OLAHRAGA.

Kalender di atas diambil dari aplikasi olahraga di gawai saya. Bulatan merah menandakan bahwa hari itu saya menjalankan olahraga. Terhitung sejak 9 Mei sampai sekarang, saya olahraga setiap hari tanpa putus. Minimal 20 menit sehari. Tanpa beban, tanpa stres, karena memang tidak saya pikirkan. Cukup hitung 5, 4, 3, 2, 1. HUP! Lalu saya bangun dari kasur dan mulai olahraga.

Segampang itu. Saya sampai mau menangis waktu melihat kalender yang tidak saya cek secara berkala itu. Tidak saya sangka bahwa saya sudah membentuk sebuah kebiasaan, menjadikannya lebih mudah lagi karena dilakukan secara autopilot.

Tapi saya tidak mau berhenti sampai di sini saja. Ada beberapa kegiatan yang masih berat untuk saya lakukan, di antaranya adalah menulis dan membaca. Saya belum melakukannya dengan rutin, tapi saya yakin beberapa kali lagi mengatakan 5, 4, 3, 2, 1. HUP! Maka saya akan terbiasa melakukannya. Bagaimana dengan Anda?

BACA JUGA Kiat Jitu Jadi Pemalas yang Sukses

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version