Culture Shock Orang Jakarta Makan Bakso Pakai Lontong

Culture Shock Orang Jakarta Makan Bakso Pakai Lontong Terminal Mojok

Culture Shock Orang Jakarta Makan Bakso Pakai Lontong (Unsplash.com)

Plung! Beras yang dimasak menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya dan berbentuk tabung memanjang itu pun memasuki kuah bakso dan menemui kondimen lain tanpa basa-basi. Ada lontong di kuah bakso?

Hal pertama yang terlintas di pikiran saya soal perpaduan kuliner ini adalah, kenapa lontong yang dikenal sebagai jodoh sehidup sematinya kuah santan bisa selingkuh begini? Apakah si lontong sudah lelah dengan kentalnya santan? Apakah dengan berpalingnya si lontong bisa membuat dirinya turun kasta?

Selama ini mayoritas orang Indonesia tahu kalau lontong identik sebagai pendamping kuliner berkuah santan yang muncul saat perayaan keagamaan atau acara tertentu. Yah, meskipun tak sedikit orang Indonesia yang memakan hidangan ini di hari-hari biasa untuk sarapan, sih.

Tapi sebagai orang Jakarta, saya masih agak syok soal ide lontong dimakan bareng bakso. Sebab di Jakarta, bakso paling basic alias yang paling umum penyajiannya nggak jauh dari beberapa butir bakso kecil hingga besar, tahu, pangsit goreng, bihun, dan mi kuning. Meski zaman semakin berkembang, di Jakarta sendiri paling mentok yang semakin aneh adalah jenis baksonya, bukan pelengkapnya. Jenis ini misalnya kayak bakso isi keju, bakso beranak, atau bakso mercon.

Orang Jakarta mana kepikiran makan bakso pakai lontong. Aneh dan nggak umum adalah dua hal yang terlintas di pikiran kami kalau nggak sengaja melihat kuliner satu ini. Bahkan beberapa rekan dari Jakarta dan Jawa bagian barat yang pernah saya ajak makan pun mengatakan kalau kombinasi ini memang asing untuk didengar dan bahkan untuk dicoba.

Teman-teman saya yang berasal dari Jawa Timur familier dengan menu bakso pakai lontong

Sementara itu, rekan-rekan saya yang berasal dari Jawa Timur umumnya makan bakso ya pakai lontong. Menurut mereka, lontongnya biasanya dipotongin sama penjualnya, baru disajikan di depan pembeli biar langsung dieksekusi. Atau ada juga yang menaruh lontong di meja bersanding dengan kerupuk, saos, kecap, sambal, dan pelengkap lainnya agar pembeli bisa meracik isian sesuka mereka.

Menu bakso pakai lontong biasanya memang nggak menyertakan mi kuning. Katanya sih mi kuning ini dihilangkan karena sudah ada lontong sebagai pengganti karbo. Selain itu, mi kuning nggak disajikan karena katanya teksturnya gampang benyek. Memang sih mi kuning ini cukup rumit posisinya. Kalau disajikan kelamaan dan nggak segera dimakan, dia bisa melar dan menyerap terlalu banyak kuah.

Sebenarnya lontong yang disajikan bersama dengan bakso punya beberapa keunggulan. Ia bisa menjadi menu yang mengenyangkan. Tahu sendiri kan makan bakso saja tanpa pelengkap lainnya pasti nggak bikin kenyang, apalagi kalau yang makan anak kos, kawula muda, atau para bujangan yang sekali makan porsinya setinggi bukit Arafah. Di sisi lain, makan lontong juga jadi menu variatif bagi mereka yang bosan makan nasi (meskipun sebenarnya lontong kan juga nasi).

Indonesia memang luas, jadi jangan heran kalau kamu jalan sebentar ke kota lain dan menemukan budaya baru atau kebiasaan lain yang berbeda seperti sekadar makan bakso pakai lontong ini. Soal enak atau nggak, ya tergantung selera masing-masing orang. Kalau saya sih sejujurnya cukup kaget, meski pada akhirnya terbiasa juga. Kamu yang orang Jakarta gimana, cocok dengan menu ini atau nggak, nih?

Penulis: Anisa Cahyani
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Alasan Makan Bakso Menggoda Sekaligus Dicari Saat Lebaran.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version