Culture Shock Lulusan Kampus Negeri yang Lanjut Kuliah di Kampus Swasta

Culture Shock Lulusan Kampus Negeri yang Lanjut Kuliah di Kampus Swasta

Culture Shock Lulusan Kampus Negeri yang Lanjut Kuliah di Kampus Swasta (unsplash.com)

Kampus swasta kerap dipandang sebelah mata dan dibandingkan dengan kampus negeri yang biasanya lebih familier namanya. Hal ini diperkuat dengan banyaknya siswa SMA yang mati-matian mengejar nilai agar bisa masuk ke kampus negeri karena dianggap lebih bergengsi. Tapi, jujur, kalau kalian masih jadi golongan yang meremehkan kampus swasta, saran saya adalah stop sekarang juga. Sebab, banyak kampus swasta yang kualitasnya nggak kaleng-kaleng.

Banyak kampus swasta yang nggak main-main sama penyelenggaraan pendidikannya. Semua disiapkan dengan sebaik-baiknya agar mahasiswa bisa belajar dengan nyaman dan dapat mengembangkan potensi secara maksimal. Saya bisa bilang begini karena saya sudah pernah merasakannya sendiri saat berkesempatan kuliah di salah satu kampus swasta di Surabaya, yakni Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Malahan ada banyak hal mencengangkan yang saya temukan ketika menjadi mahasiswa di kampus swasta tersebut. Berikut beberapa hal yang sukses membuat saya—lulusan kampus negeri medioker—culture shock saat berkuliah di kampus swasta.

#1 Staf TU ramah tidak ada di kampus negeri tapi ada di kampus swasta

Kampus dengan staf TU yang ramah harusnya udah jadi hal yang wajar, ya. Tapi buat saya, jujur ini adalah hal yang mengagetkan saat kuliah di kampus swasta. Sebab, di kampus tempat saya menempuh studi S1, jarang sekali saya temui staf TU yang ramah, baik di konter fakultas maupun pusat. Lebih seringnya, saya disambut dengan ekspresi yang ketus.

Pengakuan serupa juga disampaikan teman-teman kuliah saya. Jadi, perlakuan ini memang rata, bukan saya saja yang merasakannya. Sampai-sampai mengurus berkas wisuda adalah bagian yang menurut saya paling menghabiskan tenaga karena harus bolak-balik bertemu para staf TU yang sekadar senyum saja enggan.

Baca halaman selanjutnya: Kampus swasta cepat merespons berbagai keluhan mahasiswa…

#2 Fast response pada keluhan mahasiswa

Hal kedua yang bikin saya culture shock di kampus swasta adalah bagaimana kampus sangat cepat dalam merespons berbagai keluhan mahasiswa. Waktu itu, proyektor di kelas saya sedikit bermasalah. Dosen segera melaporkan hal ini kepada pihak kampus. Hanya dalam hitungan menit, seorang tendik datang untuk memeriksa dan memperbaiki proyektor tersebut.

Tidak perlu waktu lama, masalah teratasi dan proyektor siap digunakan untuk proses perkuliahan. Asli, sat-set banget; nggak lama kayak kalau kita komplain ke pemerintah. Big applause pokoknya, deh!

#3 Semua berkomitmen untuk tepat waktu, beda sama kampus negeri

Saya adalah tipikal orang yang cukup tepat waktu. Namun sikap tepat waktu ini perlahan pudar saat saya berkuliah S1 di kampus negeri dulu.

Bagaimana tidak, soalnya kalau saya tepat waktu, justru saya yang akan karatan karena menunggu. Entah dimulai dari mana, tapi terlambat jadi hal yang wajar kala itu. Diskusi telat karena nunggu pembicara? Pernah. Rapat organisasi telat karena nunggu anggota? Sering.

Maka ketika berada di kampus swasta dengan budaya tepat waktunya, saya kaget dan senang. Saya merasa amat dihargai karena semua orang berusaha untuk tidak terlambat.

#4 Tidak ada dosen yang jadi gaib saat dimintai tanda tangan 

Sebagai alumni yang pesannya sering tidak terbalas hingga harus bolak-balik ngetem di depan ruang dosen demi sebuah tanda tangan, saya benar-benar terkejut saat mengetahui bahwa dosen kampus swasta justru mudah ditemui perihal ini. Saya hanya perlu menghubungi dosen, lalu menyerahkan dokumen ke kantor dosen atau staf TU jika dosen sedang ada agenda. Beneran simpel, tanpa drama nunggu di kampus seharian.

Pengambilan berkas pun mudah karena dosen biasanya akan meminta mahasiswa untuk mengambilnya setelah selesai ditandatangani. Bahkan, saya pernah punya pengalaman unik, di mana dosen justru mengantar dokumen yang sudah ditandatangani ke sekolah PPL saya karena searah. Sekali lagi, karena searah!

Gila, mimpi apa saya semalam? Seumur hidup saat kuliah di kampus negeri, nggak pernah sekali pun saya menemukan dosen yang mau repot-repot bawa dokumen mahasiswanya. Detik itu juga, saya berdoa, semoga beliau selalu dilancarkan urusannya.

Nah, demikian beberapa culture shock yang saya alami saat berkuliah di kampus swasta. Perlu ditekankan, bahwa ini murni keterkejutan saya, ya. Tidak ada niat sedikit pun untuk menjelekkan kampus negeri manapun, khususnya tempat studi saya saat S1. Semua pasti ada plus minusnya.

Lagi pula saya yakin, setiap kampus sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk mahasiswanya. Namun saya harap beberapa poin yang saya sebutkan bisa jadi alasan untuk tidak lagi memandang kampus swasta dengan sebelah mata.

Penulis: Titah Gusti Prasasti
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kenapa sih Sekolah Negeri Terobsesi dengan Kampus Negeri? Emang Kampus Swasta itu Jelek?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version