Chevrolet Bangkrut, Susah Memang Mobil Bagus Hidup di Republik Toyota Ini

Chevrolet Bangkrut, Susah Memang Mobil Bagus Hidup di Republik Toyota Ini

https://unsplash.com/photos/QmAxZ9YYq6I

General Motors belum lama ini mengumumkan undur dirinya dari dunia otomotif tanah air. Terhitung mulai Maret 2020 mendatang, General Motors tak akan lagi menjual Chevrolet di Indonesia. Dengan kata lain, Chevrolet Bangkrut!

Dalam beberapa tahun ini, jualan mobil yang jadi sponsor Manchester United ini di Indonesia memang tidak bagus-bagus amat, kalau enggak mau dibilang jelek. Tanpa perlu cek data, jeleknya bisnis General Motors bila dilihat dari keputusan mereka nutup pabrik di Bekasi tahun 2015 lalu.

Chevrolet menjadi mobil merek beken dunia kesekian yang bangkrut karena kejamnya pola pikir rakyat di Republik Toyota ini. Sebelumnya sudah ada Ford, Subaru, Infinity, Mazda, dan KIA. Dua nama terakhir enggak jadi hengkang karena bisnisnya diambil alih perusahaan lain.

Kalau melihat dari produknya, bangkrutnya merek-merek beken tadi bukan disebabkan jeleknya kualitas barang. Hampir semuanya mengedepankan material yang bagus demi keselamatan, dan handling yang nyaman. Terbukti, meski jualannya jelek di Indonesia, untuk skala dunia, penjualan Chevrolet masih bagus. Dari informasi yang dirilis lembaga survey JATO Dynamics, Chevrolet jadi merek ketujuh terlaris di dunia tahun 2018 kemarin. Kondisi pasar Indonesia memang tidak mewakil pasar global. Terbukti Ford ada di nomor tiga, dan KIA di nomor sembilan.

Tapi sebagus-bagusnya kualitas mobil tidak akan berarti apa-apa jika calon konsumennya masih punya pola pikir “harga jual kembalinya gimana? servis sama spare part-nya susah apa gampang?”

Mungkin di antara loe-loe semua yang lagi baca tulisan ini pernah punya pengalaman mendengar pertanyaan di atas dari orang-orang di sekeliling yang lagi nanya-nanya dan minta rekomendasi sebelum beli mobil. Atau jangan-jangan mungkin loe sendiri yang punya pemikiran seperti itu?

Tapi yang pasti, kalau sudah ngomongin harga jual kembali, servis dan spare part, memang susah mau ngalahin Toyota. Kalau orang-orang di negara lain nyari dan milih mobil karena ingin mencari “driving experience”, di negara kita ini masih belum dibeli mobilnya aja sudah dipikirin ntar kalau dijual lagi susah apa enggak.

Soal servis dan spare part, dulu gue berpikir pola pikir semacam ini hanya ada di kalangan pengguna mobil di luar Jabodetabek, terutama bahkan luar Jawa. Untuk konsumen di daerah bisa dimaklumi sih. Karena jarak dari tempat tinggal ke kota besar terdekat yang ada bengkel resmi biasa cukup jauh, dan yang ada biasa memang cuma bengkel Toyota. Tapi ternyata pola pikir yang sama ternyata juga sudah tertanam di otak teman-teman gue sendiri, bahkan yang sudah lahir dan gede di Jakarta dari kecil.

Sampai sebegitunya mikirin servis harus cari bengkel dekat rumah, seolah-olah mereka mau bengkel tiap minggu. Supaya bisa datang paling pagi dan enggak perlu ngantri kali. Padahal zaman sekarang servis sudah bisa dibooking dari jauh-jauh hari ya. Tapi ya memang seperti itulah yang terjadi di Republik Toyota ini.

BACA JUGA: Impian Masa Kecil Saya Hancur Seketika Setelah Ngerasain Naik Mitsubishi Lancer Evolution atau tulisan Sadad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version