Kenapa saya dan banyak cewek di luar sana nggak bosan menonton ulang film dan drama Korea cinta-cintaan? Apa karena pemain atau pemeran oppa yang ganteng membuat kami betah menontonnya? Atau karena mampu membuat saya menangis seakan-akan ceritanya berasal dari kehidupan nyata? Bahkan, kami siap nonton ulang setiap episodenya.
Beberapa film Korea bergenre romantis yang banyak ditonton adalah The Beauty Inside, Encounter, Guardian: The Lonely and Greed God, Radio Romance, The Last Empress, Descendants of the Sun, Oh My Ghosts.
Descendants of the Sun, yang diperankan oleh Song Joong-ki , Song Hye-kyo, Jin Goo, Kim Ji-won tayang dari 24 Februari hingga 22 April 2016. Film dengan 16 episode ini rilis ketika saya masih kelas 2 SMA. Sekarang, saya sudah kuliah semester 4 tahun. Saya sudah tiga kali nonton ulang film itu tanpa rasa bosan.
Adegan sedih selalu sukses bikin saya menangis. Bahkan ketika sedang nonton ulang. Adegan itu tetap saja terasa sedih sampai nggak terasa saya menangis (lagi).
Selain soal jalan cerita yang nggak ngebosenin, tentu saja kami rela nonton ulang film-film Korea karena aktor dan aktrisnya yang enak dipandang. Misalnya Yoo Si-jin (Song Joong-ki), yang main di Descendants of the Sun. Wajahnya bisa mulus seperti papan perosotan yang masih baru. Bersih tanpa jerawat.
Oppa-oppa Korea yang suka pakai baju warna pink muda tetap terlihat ganteng menawan, anggun. Oppa-oppa yang menggunakan pewarna bibir juga gak membuat saya ill feel deh. Eonnie Korea juga cantik menawan dengan penggunaan make-up yang natural.
Saya juga termasuk penggemar make-up natural ala Korea. Misalnya riasan mata hanya pakai maskara, base make-up wanita Korea lebih menonjolkan muka yang terlihat mulus dan bercahaya, alis lurus yang membuat wajahnya terlihat lebih cantik, natural dan manis, pewarna bibir wanita Korea menggunakan lip tint, lipstik pink, atau ombre lips, penggunaan blush yang diaplikasikan secara tipis agar terkesan alami dan nggak norak.
Iya, saya tahu, terkadang kegantengan dan kecantikan oppa dan eonnie nggak alami. Selain pakai makeup, mereka banyak yang operasi plastik. Sudah lumrah kalau di Korea Selatan, oppa dan eonnie melakukan operasi plastik. Ada yang bilang demi tuntutan profesi.
Coba saya yang hidup di pelosok desa operasi plastik pasti banyak netizen yang menghujat. Terbukti cuma perawatan muka di dokter kulit saja banyak yang sirik. Padahal kan saya perawatan ke dokter pakai duit saya sendiri dan nggak minta sama netizen-netizen yang sirik itu.
Tujuan saya perawatan kan biar nggak kucel, biar enak dilihat juga. Memang, kalau hidup di pelosok itu serba salah. Mau bergaya bagaimanapun salah, nggak pakai makeup dikata nggak punya duit buat beli. Ketika pakai, dikatain gayanya selangit, apalagi niru gaya pakaian orang Korea yang hanya pakai rok mini atau celana pendek pasti tambah lebih dihujat lagi.
Ah, sudahlah, penderitaan hidup di pelosok ya begitu. Coba deh kamu ke pelosok lalu berusaha tampil “bersih”. Pasti malah dikata-katain. Kita kembali ke soal nonton ulang film Korea saja, ya.
Bagi saya, memang gak ada bosennya sih. Akhir cerita film romantis kebanyakan ujungnya menikah atau happy ending. Meski sudah tahu akhir cerita, ya saya nggak bosen. Mungkin karena kekuatan oppa Korea yang wajahnya memancarkan sinar membuat saya tak mampu berkedip.
Kekuatannya membuat saya seperti menjadi pasangan oppa-oppa dan menjadi pemeran utama di film tersebut. Kadang saya juga suka berkhayal jika di dunia nyata saya jadi pacar oppa Ji Chang Wook yang memerankan film The K2 (2016). Seandainya saja di dunia pelosok ini seindah di film-film Korea pasti saya sangat bahagia.
Puluhan episode drama Korea itu bisa saya selesaikan dalam satu hari. Sampai nggak inget makan, mandi, cucian, dan lain-lain.