Cerita Horor Blok M Buatan Kawan Saya Bikin Saya Yakin Semua Urban Legend Adalah Karangan

Cerita Horor Blok M Buatan Kawan Saya Bikin Saya Yakin Semua Urban Legend adalah Karangan

Cerita Horor Blok M Buatan Kawan Saya Bikin Saya Yakin Semua Urban Legend adalah Karangan

Cerita horor tentang Blok M karangan kawan saya bikin saya benar-benar yakin kalau urban legend yang ada di Indonesia ini semua imajinasi pengarangnya yang kelewatan

Jakarta adalah kota yang besar. Segala sesuatu berkaitan dengan kehidupan di Jakarta pasti disandingkan dengan kata urban. Bertani tapi di Jakarta? Namanya urban farming. Mengadu nasib ke Jakarta? Urbanisasi. Jangankan kehidupan manusia, cerita kehidupan makhluk halus di Jakarta pun disebutnya urban legend.

Urban legend sebetulnya nggak cuma cerita horor. Tapi juga segala cerita aneh yang melegenda di suatu masyarakat kota. Hanya saja, seperti film bioskop, yang paling digandrungi adalah yang isinya tentang setan-setanan.

Iya, orang Jakarta yang katanya skeptis sama semua hal itu pun nggak kebal dari cerita setan-setanan. Waktu masih bocah, saya selalu deg-degan kalau lewat Terowongan Casablanca. Saya juga selalu perhatiin dengan waswas tiap jembatan di daerah Ancol. Tapi semakin dewasa, saya makin sangsi sama kebenaran segala urban legend ini. 

Apalagi belakangan ada teman saya yang mengaku, kalau dia baru aja mencetuskan urban legend baru di Blok M. Mana secara nggak sengaja pula! Saya jadi berpikir, jangan-jangan semua urban legend itu, ya cuma karangan orang iseng aja.

Modal klaim indigo

Teman saya, Dani, memulai ceritanya kepada saya dengan tertawa bangga, “eh, gue abis bikin temen-temen kerja gue takut sama kantor baru.”

Perusahaan tempat Dani bekerja ini baru saja pindah kantor ke Menara Sentraya di Blok M. Sementara Dani dulunya sudah pernah bekerja di Sentraya, di sebuah perusahaan yang berbeda. Sehingga dia cukup punya “otoritas” untuk jadi si paling tau tentang gedung itu.

Iseng, suatu hari dia menyeletuk ke teman-teman kantornya, “oh iya, kita belum pernah selametan ya di kantor baru ini?”

Teman-temannya mengiyakan. Dani lanjut bicara, “pantesan, gue ngeliat yang aneh-aneh tadi.” 

“Mas, lo indigo?” sahut salah satu temannya Dani. Merasa seru keisengannya ditanggapi serius, Dani pun menjawab “iya.”

Ceritanya tentang hantu Blok M konyol, tapi ada aja orang yang percaya

Dani mulai mengolah imajinasinya dengan cepat. Sekian detik kemudian, mulutnya menuturkan kisah horor di kantornya yang ada di Blok M yang masih mentah banget itu. 

“Jadi tadi di mushola, gue liat ada pocong nempel di plafon.”

Kata konyol bahkan nggak sebanding dengan absurditas kalimat itu. Tapi tampaknya teman-teman kantornya Dani punya respon yang berbeda dari saya. Mereka menyimak serius. Malah kata Dani, beberapa dari mereka belakangan jadi agak takut kalau mau salat sendirian di mushola. Udah bohong, kebohongannya ganggu orang ibadah pula. 

Dani pun lanjut mengarang bebas. Dia bilang, di pantry juga ada penunggunya. Makhluk penunggu itu punya rambut ekstra panjang serta perawakannya tinggi. Dan entah kenapa, dia memilih untuk jadi hantu penunggu dispenser. Dia berdiri di atas dispenser dan karena badannya tinggi, dia mesti bungkuk biar nggak mentok langit-langit. Blok M, alih-alih terkesan angker, malah jadi seperti penampungan hantu gagal desain.

Menurutmu cerita ini menyedihkan? Respons salah satu temannya Dani buat cerita ini lebih menyedihkan lagi.

“Oh! Pantes kalau gue lagi ambil minum, di situ udaranya berasa lebih dingin!”

Wait, what? Ini orang yang kerja di Blok M loh, di kawasan paling trendy di Ibu Kota loh katanya… Saya nggak habis fikri. 

Mungkin semua urban legend, termasuk urban legend Blok M, memang karangan orang iseng belaka

Karangan konyol Dani memang baru beredar di lingkungan kantor dia di Blok M saja. Tapi semua urban legend kan mulainya begitu. Ada cocoklogi sebab-akibat yang kalau di kasus ini berupa: karena nggak selametan, maka penunggunya gangguin dengan cara menampakkan diri. Lalu beberapa orang kemakan cerita itu, kepikiran, terus menyebarluaskan cerita itu karena nggak mau ketakutan sendiri.

Saya jadi terpikir, berapa banyak urban legend yang kita kenal saat ini sebenernya cuma karangan iseng seseorang aja? Kayak Nenek Gayung. Coba itu, gabungan dua kata yang konyol banget nggak sih? Apalagi kalau kita belum tau konteksnya. Selevel lah konyolnya sama pocong nempel di plafon. Penulisnya apa nggak pake ngakak dulu tuh waktu bikin karakter itu. 

Urban legend buat seru-seruan aja

Tapi jangan salah. Meski menganggap urban legend seperti urban legend Blok Msedikit konyol, saya pun menikmatinya. Seru aja dengernya, apalagi kalau ceritanya dirangkai dengan baik. Ya, namanya aja dongeng. Mau urban ataupun rural, tiap manusia pasti bisa menikmatinya.

Urban legend pun bisa jadi medium penyebaran informasi. Ibaratnya, kamu belum bisa dibilang kenal suatu daerah kalau belum tau urban legend di situ. Bahkan nggak sedikit pula urban legend yang, seperti cerita rakyat lainnya, mengandung moral. Misalnya seperti Si Manis Jembatan Ancol, urban legend paling terkenal dari Jakarta. 

Moral of the story yang saya tangkap adalah jangan melakukan kekerasan pada seorang perempuan. Soalnya kekerasan pada perempuan akan jadi luka di masyarakat yang tak pernah sembuh. Si Manis yang belum bisa beristirahat dengan tenang itu kan, ceritanya mengganggu orang hidup terus. Bahkan orang-orang yang nggak terkait sama kematiannya juga kena.

Tapi beda cerita sama urban legend Blok M macam ciptaan teman saya Dani. Kalau yang kayak gitu sih, saya yakin nggak ada moral of the story-nya sama sekali. Kecuali mungkin, teguran buat manajemen kantor yang nggak memanfaatkan momen pindahan ke kantor baru sebagai alasan buat makan-makan bareng.

Penulis: Karina Londy
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Panduan Membedakan Blok M Plaza, Blok M Square, dan M Bloc Space bagi Kalian yang Masih Newbie di Jaksel

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version