Cepogo Cheese Park di Boyolali Memang Istimewa, tapi Saya Ogah Kembali ke Sana

Cepogo Cheese Park di Boyolali Memang Istimewa, tapi Saya Ogah Kembali ke Sana

Cepogo Cheese Park di Boyolali Memang Istimewa, tapi Saya Ogah Kembali ke Sana (unsplash.com)

Saya akui, Cepogo Cheese Park Boyolali adalah salah satu destinasi wisata di Jawa Tengah yang benar-benar memanjakan mata. Panorama pegunungan dengan hamparan pepohonan hijau, udara bersih, dan desain ala peternakan khas Eropa yang disuguhkan sungguh juara. Rasanya setiap melangkah, wajib mengabadikan momen buat pamer di sosial media.

Makanya saya pikir tempat ini akan menjadi spot healing terbaik sebagai pelarian sempurna dari hiruk pikuk kota. Namun setelah mengalami sendiri, ada sejumlah faktor fundamental yang bikin saya enggan balik ke sana. Tentu saja foto dan video yang saya unggah nggak menunjukkan hal-hal traumatis itu.

Jalanan berliku dan curam adalah ujian mental yang benar-benar bikin kesal

Sebelum sampai di Cepogo Cheese Park, saya harus melewati ujian mental yang benar-benar bikin kesal. Soalnya saya kudu menyusuri tanjakan penuh liku. Apalagi tikungannya tajam dan langsung bersisian dengan jurang curam. Rasanya, mirip naik roller coaster yang dikemudikan sendiri.

Saking ekstremnya, jalanan tersebut dijuluki Irung Petruk, diambil dari nama salah satu tokoh wayang yang terkenal dengan hidung mancungnya. Penamaan ini jelas mewakili betapa seram lintasan tersebut. Mual, pusing, sekaligus senam jantung nggak bisa ditolak. Belum tiba lokasi rekreasi saja, energi saya sudah terkuras habis karena tegang sepanjang jalan.

Baca halaman selanjutnya: Baru masuk langsung antre panjang…

Baru masuk Cepogo Cheese Park Boyolali, langsung disuruh sabar oleh antrean panjang mengular

Belum juga pulih akibat lintasan mengerikan, saya masih harus rela menghadapi antrean super padat di bagian ticketing. Penderitaan saya makin bertambah karena saya punya dua hajat mendesak. Pertama, mau muntah karena mual setelah digoyang di dalam mobil. Kedua, ingin buang air kecil karena udara dingin pegunungan.

Namun, kalau saya nekat meninggalkan barisan, pasti bakal diserobot orang lain. Pokoknya, kalau mau ke Cepogo Cheese Park, wajib hukumnya datang rombongan. Alasannya jelas, biar ada yang bisa diajak antre bergantian.

Sistem top-up saldo terlihat modern, tapi ribet nggak ketulungan

Di Cepogo Cheese Park, sistem pembayarannya terlihat sok modern. Bukan hanya cashless, tapi juga menggunakan kartu bersaldo untuk semua transaksi. Mungkin tujuannya baik, untuk antisipasi kecurangan. Namun bagi saya, ini justru menciptakan drama baru.

Kalau saldo saya habis di tengah permainan, saya harus mencari loket top-up yang ada di titik tertentu. Asli, ini melelahkan sekali bagi saya yang punya badan jompo. Soalnya, jalan tapak di area wisata itu naik turun khas pegunungan. Belum lagi, banyak pengunjung yang nggak tahu kalau saldo sisa bisa diuangkan kembali saat keluar. Boleh jadi, ini karena petugas kurang sosialisasi.

Kurang tempat berteduh, siap-siap manyun kalau hujan turun

Bagi saya, ini adalah dosa besar. Semestinya, tempat wisata itu mengutamakan kenyamanan pengunjung, bukan cuma nilai seni buat foto-foto. Memang benar, urusan cuaca itu rahasia Tuhan. Namun, seenggaknya, ada area berteduh memadai untuk antisipasi perubahan cuaca.

Apalagi, Cepogo Cheese Park Boyolali terletak di dataran tinggi yang sering turun kabut dan bisa tiba-tiba hujan. Kalau sudah terlanjur begini, nggak ada pilihan selain lari terbirit-birit mencari perlindungan, khususnya di area De Windmills. Alhasil, niat healing saya langsung berubah jadi drama kejar-kejaran yang penuh kejengkelan.

Petugas Cepogo Cheese Park kurang tegas terhadap perokok di area wisata

Kalau mood sudah telanjur nggak enak dari awal, biasanya kesialan akan datang bertubi-tubi. Dan inilah puncak dari kekesalan saya. Saat saya sedang mengantre untuk naik wahana Rainbow Slide, saya sudah dongkol karena melihat antrean yang sangat nggak tertib, tapi petugasnya diam saja.

Ternyata, nggak cuma ini. Petugas saat itu juga tutup mata terhadap pengunjung yang santai merokok di area antrean terbuka. Padahal, sudah jelas ada tanda larangan bahwa area wisata seharusnya bebas asap rokok.

Melihatnya, saya tentu geram bukan main, apalagi di situ banyak anak kecil. Mau konfrontasi langsung, rasanya malas karena suasana hati sudah hancur. Akhirnya, saya terpaksa harus bilang ke petugas supaya menegur pengunjung yang merokok. Aneh, saya yang pengunjung malah harus jadi satpam penegak aturan. Sungguh pengalaman healing yang antik.

Secara visual, Cepogo Cheese Park Boyolali memang cantik luar biasa dan sukses bikin feeds Instagram keren. Namun, untuk saat ini, saya kapok kalau harus mengulang. Biarlah foto-foto saya menjadi kenangan manis, sementara pengalaman di lapangan menjadi pelajaran pahit yang membuat saya lebih teliti mengulik tentang tempat wisata yang hendak didatangi.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Cepogo Cheese Park Boyolali, Rekomendasi Tempat Wisata Keluarga yang Asyik tapi Tidak dengan Lalatnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version