Dieng, Wonosobo, memiliki keindahan alam yang begitu menakjubkan. Hal ini membuat siapa pun yang berkunjung terkesima. Selain keindahan alamnya, daerah yang kerap mendapat julukan Negeri di Atas Awan ini rupanya juga memiliki buah khas yang sering kali dijadikan berbagai macam olahan, yakni carica. Pernah mendengar nama buah carica?
Buah carica sebenarnya merupakan jenis buah pepaya gunung yang banyak ditemukan di daerah dataran tinggi dan berhawa dingin seperti di Dieng, Wonosobo. Dulunya, warga Wonosobo menyebutnya buah gandul Dieng karena buahnya menggandul atau tergantung saat tumbuh di pohon. Hingga akhirnya kata “carica” diambil dari bahasa Latin yang berarti pepaya. Tujuannya agar masyarakat bisa membedakan buah satu ini dengan buah pepaya pada umumnya.
Buah carica berbeda dari pepaya meski masih satu kerabat
Meski masih berkerabat dengan pepaya, tekstur dan rasa buah carica tak seperti pepaya pada umumnya. Buah ini memiliki tekstur yang cenderung lebih mirip buah nangka. Rasanya sedikit asam-asam segar seperti buah nanas. Keunikan lain yang dimiliki buah ini adalah bentuknya yang kecil, tak lebih besar dari sekepalan tangan orang dewasa.
Buah carica biasanya tumbuh di pohon secara bergerombol, buahnya berubah menjadi kuning ketika diolah atau dimasak, dan memiliki biji yang kecil-kecil dan terasa manis. Nah, biji inilah yang sering dijadikan bahan utama sirup karena rasanya manis.
Baca halaman selanjutnya
Kandungan vitamin dalam buah carica cukup banyak. Ada vitamin B, C, E, dan karotenoid (provitamin A). Vitamin-vitamin tersebut bermanfaat sebagai antioksidan tubuh dan dapat menangkal radikal bebas penyebab kanker. Selain itu, dalam buah ini juga terdapat kandungan enzim papain yang memiliki kemampuan mempercepat proses pencernaan tubuh serta dapat dijadikan sebagai obat untuk sembelit.
Di Kabupaten Wonosobo sendiri buah ini menjadi bahan dasar berbagai olahan. Mulai dari sirup, manisan, selai, hingga keripik dan dodol carica kini tersedia. Buah ini juga bisa diolah menjadi minuman yang segar dan cocok dijadikan pelepas dahaga.
Kurang populer
Sayangnya, buah khas Dieng ini kurang populer di telinga masyarakat Indonesia, apalagi di kalangan Gen Z. Sebab, buah ini memang nggak bisa dimakan langsung dan harus melalui proses pengolahan terlebih dulu baru bisa dinikmati.
Bahkan konon pada tahun 1970-an, limpahan buah carica di lembah Dieng begitu banyak dan dibiarkan terbuang begitu saja. Sebab, buah ini nggak bisa dikonsumsi secara langsung. Hingga akhirnya muncul ide membuat berbagai olahan dari buah carica seperti sirup, dll.
Buah yang tadinya terpinggirkan ini pun akhirnya terselamatkan dari kesia-siaan. Kini, carica bahkan bisa menghidupi masyarakat di sekitar Wonosobo. Bahkan, penjualan olahan carica sudah sampai ke luar negeri, lho!
Begitulah kisah buah carica, buah mungil khas Dieng, Wonosobo. Dari carica kita belajar bahwa kita bisa terus bertumbuh meski awalnya terasa sia-sia. Siapa sangka ke depannya malah jadi manfaat bagi banyak orang?
Penulis: Muchlis Amin
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Tips Berwisata ke Dieng agar Berkesan dan Nggak Zonk.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.