Di tengah pandemi corona seperti ini, kita semua berusaha memotong pengeluaran mengingat ketidakpastian sampai kapan kondisi ini berlangsung. Terlebih lagi yang dipotong gajinya bahkan dirumahkan, mereka akan memotong pengeluaran sampai mendekati nol. Eh, ponsel rusak dan terpaksa mencari yang baru. Pilihan ponsel seken bukanlah solusi yang bagus karena mungkin ponselnya juga sudah sakit-sakitan.
Untuk penggunaan kelas bawah, di artikel terdahulu di rubrik Konter di Mojok, saya menyarankan Redmi 8 4GB/64GB seharga Rp1,85 juta sebagai solusi ideal. Baterainya besar dengan kapasitas 5000mAh dan pengecasan cepat 18W, meskipun harus membeli adaptor lagi. Akan tetapi, Snapdragon seri 4-nya itu mungkin membuat Anda terbelalak! Jadi, berikut beberapa saran lain dari saya.
Satu: Realme 3
Siapa tak kenal dengan Realme, subbrand Oppo yang menjual ponsel berspesifikasi tinggi dengan harga terjangkau alias pesaing ketat Redmi. Saat ini, mereka sudah hadir dengan generasi kelima, yaitu Realme 6 (ya, mereka melompati angka empat). Akan tetapi, Realme 6 itu di atas Rp3 juta dan sama sekali tidak cocok untuk menggantikan Redmi 8. Oke, kita mundur dua generasi ke Realme 3 keluaran 2019, bagaimana?
Dari sisi tampilan, ponsel ini terlihat meniru tren bodi kaca dengan warna gradasi yang dirintis oleh Huawei dan kemudian diadopsi juga oleh Xiaomi di generasi Redmi ketujuhnya. Ponsel ini tampil lebih mewah meski tidak istimewa. Layarnya yang beresolusi HD+ itu pun tidak kekinian untuk 2020, masih mengandalkan waterdrop notch yang membuat tampilan menjadi tidak penuh alias berponi.
Beralih ke dapur pacu, Realme 3 di Indonesia mengandalkan MediaTek Helio P60. Performanya berbeda tipis dengan Helio P70 yang menjadi senjata Oppo A91 (seharga Rp3 jutaan) mengingat upgrade dari P60 ke P70 sebatas di clock speed inti prosesor ARM Cortex-A73. Dibandingkan ponsel sekelasnya, fabrikasi prosesor Realme 3 paling unggul dengan 12nm yang berimbas pada konsumsi daya lebih irit dan produksi panas lebih rendah. Sayang seribu sayang, Realme 3 dikabarkan tidak memiliki sertifikasi Widevine L1 sehingga Anda tidak bisa menonton tayangan NETFLIX HD dengan ponsel ini.
Skor AnTuTu ponsel ini luar biasa, 130000an, masih jauh lebih baik dari raihan Redmi 8 yang tetap di bawah seratus ribu. Maklumlah, Helio P60 didesain untuk bersaing melawan Snapdragon seri 6, bukan seri 4 seperti milik Redmi 8.
Kamera belakangnya juga mengandalkan dual camera beresolusi 13MP sebagai lensa utama dan 2MP sebagai lensa depth of field alias bokeh. Namanya juga keluaran masa lalu, belum mengikuti era tiga apalagi empat kamera, juga resolusi tinggi yang ujungnya hanya untuk di-binning. Kamera depan? Juga beresolusi 13MP. Kemampuan merekam videonya masih mentok di 1080p dengan framerate sebesar 30fps. Untuk Anda yang senang berfoto di malam hari, gunakan fitur Nightscape dan Chroma Boost untuk hasil yang lebih optimal. Dibandingkan ponsel midranger sekarang, masih oke lah hasilnya.
Realme 3 cukup cocok disebut sebagai ponsel anti-lowbatt dengan baterai berkapasitas 4230mAh, meski memang kalah cukup signifikan dari Redmi 8. Teknologi fast charging tidak ada sehingga mentok di daya 10W, sesuatu yang masih tergolong biasa untuk ponsel sekelasnya. Meski kalah jauh dari Redmi 8, tetapi ingat bahwa Anda masih harus membeli adaptor terpisah. Ketika varian 4GB/64GB meluncur tahun lalu seharga Rp2,4 juta, kini bisa Anda bawa pulang dengan harga sekitar Rp1,85 juta dari toko yang masih memiliki sisa stoknya.
Dua: Redmi Note 7
Varian ponsel pertama yang dijual oleh Redmi pasca melepaskan diri dari Xiaomi adalah Redmi Note 7 ketika sekarang mereka sudah memiliki keluarga Redmi Note 9 (meski belum datang ke sini). Penampilannya yang jauh lebih mewah dengan warna gradasi dan material kaca membuatnya jauh di atas pendahulunya sesama Redmi Note. Ada beberapa hal yang layak dilirik dari ponsel ini.
Pertama, prosesornya sangat menakjubkan untuk segmen harga Rp2 jutaan, yaitu Qualcomm Snapdragon 660. Dengan tiga kombinasi RAM dan ROM yaitu 3GB/32GB, 4GB/64GB, dan 6GB/64GB, ponsel ini bisa memproduksi skor Antutu hingga 144.000 alias setara dengan Snapdragon 821. Satu lagi, prosesor ini terkenal hemat daya dan tidak panas sehingga layak dipertimbangkan untuk daily driver maupun gaming di layarnya yang sudah 1080p itu. Meski, dia masih belum didukung secara umum oleh Fortnite selain untuk Samsung Galaxy A9 (2018). Berita baiknya, prosesor ini tak kalah dari milik Redmi Note 8 yang hanya sedikit meningkat ke Snapdragon 665.
Kedua, resolusi kameranya terdengar luar biasa yaitu 48MP dengan sensor Samsung GM1. Akan tetapi, seperti banyak dibicarakan, jangan harap kualitasnya jauh lebih luar biasa dibandingkan smartphone flagship karena sejujurnya sensor ini memiliki ukuran piksel yang kecil untuk selanjutnya disatukan melalui teknologi pixel binning menjadi resolusi 12MP, default milik aplikasi kamera. Jika ingin resolusi aslinya alias 48M, Anda harus menggunakan mode Pro. Satu hal, selama saya menggunakan Redmi 4X dan teman-teman saya menggunakan seri Redmi lain, kami merasa kualitas fotonya kurang maksimal dan untunglah ponsel ini mendukung Camera2API tanpa harus melakukan rooting. Disebutkan juga bahwa Xiaomi Redmi Note 7 bisa merekam video hingga 120 fps untuk resolusi 1080p, luar biasa memang tetapi apa daya jika tidak bisa merekam 4K? Jadi hambar.
Ketiga, ketersediaan teknologi Quick Charge 4.0 untuk daya pengecasan 18W. Hal ini bahkan lebih menakjubkan dibandingkan Samsung Galaxy S10 yang masih menggunakan charger 15W dan melengkapi baterai 4000mAh milik Redmi Note 7 yang tahan lama. Sahabat mobilitas? Oke banget! Baterai besar, pengecasan cepat. Eits, charger cepatnya beli terpisah ya karena Anda hanya akan mendapatkan charger Redmi standar berdaya 10W. Uang lagi, duh.
Keempat, garansi delapan belas bulan yang menjadi awal kebiasaan baru di keluarga Redmi. Tidak usah dikatakan apa-apa lagi, Redmi benar-benar menjual komitmen atas kualitas barangnya yang tahan lama dan durasi garansi ini tak tertandingi. Saya pikir langkah keberanian Redmi ini mengikuti saudara sekampungnya, DFSK, yang juga memberikan garansi lebih panjang untuk mobil Glory 580-nya. Ketika meluncur pertama kali, Rp2 juta hanya cukup untuk membeli varian 3GB/32GB. Sekarang? Varian 4GB/128GB sudah dijajakan dengan harga mulai dari Rp1,9 juta. Tipis selisih harganya dari Redmi 8, selisih performanya cukup lumayan.
Tiga: Redmi 7
Redmi 7 duduk tepat sebagai kakak langsung dari Redmi 8 dan dia meluncur tahun 2019. Bodinya Realme 3, tidak istimewa tetapi setidaknya tidak murahan juga. Urusan proteksi fisik, Redmi 7 paling unggul dengan P2i Nano Hydrophobic Coating sebagai water repellant dan Corning Gorilla Glass 5.
Dapur pacunya mengandalkan Qualcomm Snapdragon 632 dengan skor potensial AnTuTu sekitar 100000an, tidak impresif untuk gaming tetapi tersedia tiga kombinasi RAM dan ROM, yaitu 2GB+16GB, 3GB+32GB, dan 4GB+64GB. Memori masih bisa ditambah melalui dedicated slot MicroSD hingga 512GB.
Konfigurasi kamera belakangnyanya mirip dengan Realme 3, tepatnya beresolusi 12MP + 2MP. Meski beresolusi sedikit lebih rendah, ukuran pikselnya lebih besar sehingga bisa menangkap detil cahaya dan warna lebih baik ditambah ukuran gambar maksimal tanpa pecah yang lebih besar dibandingkan Realme 3. Untuk kamera depan, cukup 8MP saja. Resolusi videonya juga mentok di 1080p, tetapi framerate lebih unggul hingga 60fps.
Ciri khas Redmi terdahulu masih terbawa. Bagusnya, baterai cukup besar berkapasitas 4000mAh dengan maksimum daya pengisian 10W melalui port microUSB, daya tahan menjanjikan tetapi perkembangannya masih stagnan dibandingkan Redmi 4X milik saya saat ini. Satu lagi, infrared port untuk menjadi remote TV atau AC yang jarang dimiliki ponsel lainnya. Minusnya, tentu masih membawa-bawa MIUI yang terkenal dengan segudang iklan dan konsumsi data yang boros meski produsen berjanji akan menguranginya seiring keluhan pelanggan yang semakin hari semakin menjadi. Entahlah. Dulu diluncurkan dengan harga tepat Rp2 juta, kini toko daring menjualnya mulai dari Rp1,4 jutaan. Tentunya penghematan harus dikompensasi dengan apa? Iklan.
Akhirnya, keputusan saya kembalikan kepada Mojokers dan selamat memilih ponsel untuk dibawa pulang. Mau ponsel kekinian untuk masa depan sistem operasi yang lebih panjang, tetapi dengan performa yang tanggung? Atau ponsel keluaran tahun lalu dengan performa lebih baik tetapi memang masa depan sistem operasinya lebih pendek.
BACA JUGA Potensi Kebaikan Sales Penyebar Brosur di Depan Konter Hape untuk Pengendara dan tulisan Christian Evan Chandra lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.