Bus Harapan Jaya Sering Memberi Harapan Palsu ke Penumpang. Bikin Kesal, tapi Saya Tetap Langganan

Bus Harapan Jaya Sering Memberi Harapan Palsu ke Penumpang. Bikin Kesal, tapi Saya Tetap Langganan Mojok.co

Bus Harapan Jaya Sering Memberi Harapan Palsu ke Penumpang. Bikin Kesal, tapi Saya Tetap Langganan (wikipedia.org)

Sebagian besar orang yang sering bermobilitas dari Surabaya menuju Kediri, Tulungagung, dan Trenggalek pasti familier dengan Bus Harapan Jaya. Perusahaan bus yang berdiri sejak 1977 itu masih eksis dan menguasai trayek Surabaya-Tulungagung hingga sekarang. Keberhasilannya bertahan hingga saat ini sungguh luar biasa. Pasalnya, kompetitor perusahaan bus yang identik dengan warna oranye ini selalu gagal menyaingi. Sebut saja Bus Pelita Indah dan Bagong yang sempat unjuk gigi dalam beberapa dekade terakhir terbukti tidak dapat menyamai level Harapan Jaya. 

Istilah nama adalah doa seakan benar terjadi di perusahaan bus yang satu ini. Nama “Harapan Jaya” benar-benar membuatnya berjaya hingga sekarang. Nama dan eksistensinya menunjukkan betapa superiornya mereka. Sayangnya, sebagai orang yang sering menggunakan jasa perusahaan bus ini, saya merasa bus Harapan Jaya semakin ke sini semakin nggak istimewa. Bagi saya, nama Harapan Jaya lebih baik diganti Harapan Palsu saja. 

Kelas patas dan ekonomi nggak ada bedanya

Bagi para penikmat transportasi bus, pasti familier dengan istilah bus kelas ekonomi dan kelas patas. Bagi yang belum tahu, singkatnya begini, kelas ekonomi berprinsip mencari penumpang sebanyak-banyaknya dan mengantar sampai tujuan dengan selamat. Sementara, bus patas (cepat dan terbatas) seharusnya lebih dari kelas ekomommi. Kelas ini seharusnya memberikan kenyamanan lebih kepada penumpang. Itu mengapa, harga tiketnya pasti lebih mahal, menyesuaikan pelayanan yang diberikan.

Bus Harapan Jaya punya dua kelas tersebut. Saya pribadi selalu memilih kelas patas ketimbang ekonomi. Alasannya sederhana, mencari kenyamanan selama perjalanan, meskipun selisih harga tiketnya mencapai dua kali lipat. Sayangnya, ekspektasi perjalanan yang nyaman sering buyar dalam beberapa tahun terakhir. Faktornya banyak, mulai dari armada bus yang sudah tidak layak dijadikan kelas patas, kondektur yang masih menaikkan penumpang meskipun bus sudah penuh (penumpang berdiri) dan berdesakan, dan beberapa faktor lainnya.

Saya merasa rugi telah membayar mahal, tapi pelayanannya  sama saja dengan naik kelas ekonomi. Penataan tempat duduk yang berjumlah dua pada masing-masing sisinya hanya pemanis dan rejeki buat orang yang duluan datang. Sisanya, menunggu penumpang lain turun lebih cepat dari mereka. Saya pernah beberapa kali merasakan berdiri dari Kediri sampai Kertosono, bahkan Surabaya. Rasanya, jelas menyebalkan, tidak perlu ditanya.

Bus Harapan Jaya sering memberi harapan palsu, tapi tetap jadi pilihan

Menggunakan jasa Bus Harapan Jaya (kelas patas) sama seperti mencintai seseorang apa adanya. Sudah tahu banyak kekurangannya, masih saja jadi pilihan. Tapi, mau bagaimana lagi? Tidak ada pilihan lain yang lebih menarik. Mau naik kelas ekonomi harus berhadapan dengan supir yang sering ugal-ugalan, belum lagi faktor-faktor lain yang bikin nggak nyaman. Kalau mau naik kereta, harus pesan tiket dari jauh-jauh hari, itu pun masih sering kehabisan.

Ketiadaan kompetitor yang setara membuat Bus Harapan Jaya jadi kurang peduli dengan pelayanannya, terutama untuk armada kelas patas. Seolah sudah menjadi penguasa, hal-hal yang cukup krusial jadi kurang dipedulikan. Menaikkan penumpang, padahal bangku bus sudah penuh tanpa ada jaminan tempat duduk sama saja menyiksa penumpang. Posisinya jadi serba salah, selama penumpang dan kernet sudah bersepakat mau bagaimana lagi. Toh, penumpang juga secara sadar naik bus yang sudah penuh dan harus membayar normal.

Terlepas dari kekurangannya, bus Harapan Jaya tetap layak untuk berjaya. Perusahaan bus tersebut berhasil mengakomodasi kebutuhan mobilisasi penumpang. Apalagi, setahu saya, tidak pernah ada aksi percaloan tiket kepada para penumpang. Barangkali mereka hanya butuh kompetitor yang sepadan untuk dapat mengoreksi diri dan meningkatkan kualitas. Harapan Jaya akan tetap jadi pilihan dan terus dikenang. Seperti kata sebuah kutipan “lebih baik menunggu Harapan Jaya daripada menunggu Harapan Palsu”.

Penulis: Rahadi Siswoyo
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Alasan Saya Nggak Begitu Tertarik Naik Sleeper Bus yang Katanya Nyaman

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version