Bungo Stray Dogs: Cara Cerdas Mengenalkan Sastra yang Patut Kita Tiru

Bungo Stray Dogs: Cara Cerdas Mengenalkan Sastra yang Patut Kita Tiru terminal mojok.co

Bungo Stray Dogs: Cara Cerdas Mengenalkan Sastra yang Patut Kita Tiru terminal mojok.co

Ngomong-ngomong, sudah pernah nonton Bungo Stray Dogs, belum?

Mengajak orang membaca buku itu sama sulitnya dengan menagih utang ke temen. Daripada baca buku atau manga, tampaknya lebih banyak yang suka nonton anime. Bisa jadi sebagian besar penonton Attack on Titan—yang sekarang lagi banyak diomongin itu—juga nggak baca manganya. Memang nggak apa-apa mau begitu, tapi kalau baca manganya, kan, setidaknya bisa lepas dari titel “wibu karbitan”.

Sekarang gimana caranya mengajak orang buat menyukai baca buku seperti mereka suka nonton anime? Jawabannya tentu saja nonton anime yang karakternya diambil dari penulis! Seperti anime Bongo Stray Dogs karangan Kafka Asagiri.

Bungo Stray Dogs ini menceritakan tentang Nakajima Atsushi, seorang anak yatim piatu yang tak punya tujuan setelah dikeluarkan dari panti asuhan. Suatu hari, saat dia sedang meratapi nasibnya—kelaparan, nggak punya duit, dan nggak punya tempat tinggal—di pinggir sungai, dia menyelamatkan seorang laki-laki yang berusaha bunuh diri dengan cara menenggelamkan dirinya di sungai.

Laki-laki ini bernama Osamu Dazai dan dia adalah anggota agensi detektif swasta. Bersama teman-temannya di agensi, Dazai biasa menangani kasus yang terlalu sulit untuk Polisi Militer karena mereka semua mempunyai kekuatan supernatural.

Di hari pertemuannya dengan Atsushi, Dazai sedang mencari keberadaan seekor harimau yang mengganggu ketertiban masyarakat selama 2 minggu. Setelah dilakukan penyelidikan, baru diketahui bahwa harimau yang Dazai cari ternyata berasal dari kekuatan supernatural Atsushi. Saat kasus ini selesai, Atsushi bergabung dengan agensi detektif swasta tempat Dazai bekerja dan memulai petualangannya.

Sekilas, ceritanya sangat khas anime shounen beraliran supernatural dan superpower. Nah, yang akan saya bahas di sini bukanlah ceritanya, melainkan nama-nama karakter dan kekuatan supernatural mereka.

Saya yakin, jika kamu senang membaca buku—khususnya literatur Jepang—nama Osamu Dazai nggak asing lagi buatmu. Alasannya, memang ini adalah nama dari penulis Jepang yang karyanya banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia. Salah satunya adalah Ningen Shikkaku (No Longer Human) yang diterjemahkan oleh Penerbit Mai dengan judul Gagal Menjadi Manusia, dan oleh Penerbit Basabasi dengan judul Orang Gagal.

Osamu Dazai dalam kehidupan nyata adalah seorang penulis yang cerita kehidupannya cukup tragis. Dia terjerumus narkoba, miras, dan pelacuran saat kuliah. Dia juga menyaksikan perselingkuhan istrinya dengan mata kepalanya sendiri. Ia pernah mencoba bunuh diri empat kali, sebelum akhirnya meninggal di percobaan yang kelima. Meski begitu, karya-karyanya tetap dibaca oleh banyak orang sampai hari ini.

Judul bukunya yang saya sebutkan sebelumnya, yaitu Ningen Shikkaku, juga dijadikan nama untuk kekuatan Osamu Dazai versi anime. Pun dengan percobaan bunuh dirinya—fyi saja, Dazai versi anime adalah seorang maniak bunuh diri. 

Dazai, bukanlah satu-satunya penulis yang namanya digunakan menjadi nama karakter dalam anime Bungo Stray Dogs. Total ada sekitar 15 nama penulis dalam anime ini:

  1. Doppo Kunikida: Novelis Jepang di era Meiji yang menjadi pelopor aliran naturalisme di Jepang. Kekuatannya, Doppo Poet mampu membuatnya menciptakan objek yang dia tulis di buku catatannya. Kekuatan ini terinspirasi dari kumpulan puisi Doppo yang berjudul Doppo Gin.
  2. Nakajima Atsushi: Cerpenis Jepang yang terkenal dengan karyanya The Moon Over The Mountain. Hal ini menjadi inspirasi bagi nama kekuatan karakter Atsushi versi anime, Beast Beneath The Moonlight. Dengan kekuatan ini, Atsushi bisa menjadi manusia hybrid: setengah manusia  dan setengah harimau, dengan kekuatan yang luar biasa kuat.
  3. Ranpo Edogawa: Penulis cerita detektif dari Jepang dan menjadi kritikus karya detektif setelah Perang Dunia II yang produktif. Dalam animenya, Ranpo Edogawa memiliki kemampuan (menurut pengakuannya sendiri) Super Deduction, yang membuatnya mampu memecahkan misteri dengan sangat cepat.
  4. Akiko Yosano: Dia adalah salah satu penulis, feminis, dan penyair yang aktif di era Meiji dan paling kontroversial di eranya. Salah satu judul puisinya, yaitu Thou Shalt Not Die, digunakan sebagai nama kekuatan untuk karakter Yosano Akiko versi anime. Kekuatan ini memungkinkan pemiliknya bisa menyembuhkan luka-luka yang sangat parah.
  5. Ryunosuke Akutagawa: Ini adalah penulis Jepang kelahiran tahun 1892, dan dua karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu Rashomon dan Kappa. Rashomon—kumpulan cerita pendek dari Akutagawa—dijadikan nama kekuatan karakternya dalam versi anime yang berbentuk bayangan hitam, dan punya kekuatan penghancur sangat besar.

Selain kelima penulis tersebut, juga ada Kenji Miyazawa, Junichiro Tanizaki, Ango Sakaguchi, Sakunosuke Oda, Francis Scott Key Fitzgerald, Ogai Mori, Fyodor Dostoyevsky, Kyouka Izumi, dan Chuuya Nakahara.

Melihat daftar nama penulis tersebut, saya pikir Kafka Asagiri sudah melakukan tugas yang cukup bermanfaat bagi kehidupan manusia: mengenalkan sastra Jepang pada masyarakat Jepang dan seluruh dunia yang jatuh cinta pada anime ini. Paling nggak, itulah yang saya alami sendiri. Dari anime ini saya mengenal Dazai dan Akutagawa. Hal ini kemudian mengantarkan saya kepada buku-bukunya.

Kalau dalam bahasa anak Twitter, mungkin ini yang dibilang, “Dari Kafka Asagiri aku belajar bahwa mengenalkan karya sastra dan penulisnya ternyata bisa seasyik itu.” Ya, kalau ada yang mampu, saya pikir cara ini menarik dan bisa dicoba. Nantinya, sastra atau literatur Indonesia nggak dipandang sebagai sesuatu yang berat, melelahkan, juga nggak ada manfaatnya. Toh, kalau memang sudah suka dengan animenya, bakal dipelajari semuanya juga, kan?

Lagipula, coba kamu bayangkan jika ada anime—atau paling nggak animasi pendek—yang dengan karakter bernama Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis, Nh. Dini, Tan Malaka, Eka Kurniawan, Puthut EA, Agus Mulyadi, dst. Lantas mereka saling adu kekuatan, main-main bersama, jatuh cinta, atau bisa juga bunuh-bunuhan.

Katakanlah dari ribuan orang Indonesia yang mengikuti ceritanya, ada 100 atau 10 orang yang jatuh cinta pada karakter-karakter itu. Lalu mereka membaca karya-karyanya. Bukankah kita sudah meningkatkan minat baca masyarakat yang sejak lama disebut rendah? Sedikit tentu lebih baik daripada nggak sama sekali, bukan?

Sumber Gambar: YouTube Anna Scarlett

BACA JUGA Alasan Karakter Anime Selalu Teriak dan Bagaimana jika Diaplikasikan Saat Pilkada dan tulisan Gilang Oktaviana Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version