Berlangganan Bumble Premium nggak menjamin lebih mudah dapat jodoh, saya contohnya.
Sebelum memulai tulisan ini, saya harus disclaimer dulu kalau hidup saya nggak segitunya menyedihkan sebagai jomlo. Sumpah, bahkan saya cenderung biasa aja dan nggak merasa terganggu. Sebaliknya, kondisi tanpa pasangan justru bikin saya lebih menikmati banyak hal. Misalnya, ngerjain skripsi, cangkruk, atau sekadar push rank Mobile Legends.
Akan tetapi, menjomblo selama hampir 3 tahun ternyata menimbulkan kekhawatiran pada orang-orang di sekitar saya. Maklum, kawan-kawan saya bisa dapat pacar baru hanya hitungan minggu atau bulan setelah putus. Makanya mereka khawatir, dikiranya saya belum berhasil move on dengan mantan. Padahal, ya, nggak gitu.
Terjebak di situasi kayak gini itu nggak enak. Pertanyaan soal perkembangan asmara saya selalu muncul hampir setiap sebulan sekali ketika kami sedang asik-asiknya cangkruk. Maksud saya, mbok ya biasa aja gitu, lho, nanti kalau pengin juga bakal nyari pacar sendiri.
Asal kalian tahu, ya, kekhawatiran kalian itu lama-lama bikin risih tahu. Seakan-akan menjadi jomlo itu aneh banget di mata masyarakat. Saya yang awalnya biasa aja lama-lama jadi overthinking dan ingin mengupayakan agar punya pasangan. Alhasil, terbesitlah ide untuk install Bumble. Nggak main-main, saya langsung menggunakan Bumble yang berbayar alias premium.
Fitur yang sangat terbatas untuk pengguna gratisan
Ini adalah pengalaman pertama saya menggunakan dating apps. Sebagai pemula, tentu saya belum ngerti banyak hal. Saat itu, yang saya tahu cuma swipe kanan kalau tertarik dan swipe kiri kalau nggak tertarik. Namun, setelah beberapa kali swipe, tiba-tiba muncul pemberitahuan yang menyatakan “You’re all out of likes”
Ternyata Bumble membatasi kuota swipe untuk pengguna gratisan, yakni sekitar 10 swipe per hari. Tapi, batasan ini bisa dihapus kalau pengguna berlangganan layanan premium. Nggak cuma itu, berlangganan akan membuka semua fitur yang ada di Bumble Premium seperti spotlight profil atau mengetahui siapa saja yang menyukai profil kita.
Menarik, kan? Memang, harganya juga nggak main-main, Lur. Paling murah sekitar Rp40.000 untuk 1 minggu dan paling mahal Rp700.000 untuk berlangganan seumur hidup. Akhirnya, sebagai bentuk ikhtiar, saya memilih merelakan sebagian uang jajan untuk berlangganan Bumble Premium yang paling murah. Batin saya, waktu satu minggu pasti cukup untuk sekadar mencari satu teman chat, syukur-syukur kalau bisa jadi pasangan.
Bumble Premium nggak jamin dapat pasangan
Akan tetapi, perkiraan saya salah, sangat salah. Saya nggak ngerti ini antara ekspektasi saya yang ketinggian, tampang saya yang kelewat jelek, atau sistem Bumble yang emang bapuk. Tapi, perjuangan saya selama satu minggu untuk swipe kanan ternyata nggak membuahkan hasil. Nggak ada satu pun yang berlanjut ke chating atau obrolan.
Asal tahu saja, berbeda dengan dua aplikasi lainnya, Bumble mengharuskan perempuan untuk memulai obrolan ketika match. Jadi, sekalipun dua akun sudah match atau cocok, obrolan baru bisa terjalin setelah pihak perempuan memulai chat duluan. Nah, ini boro-boro lanjut ke obrolan, yang match saja nggak ada
Bahkan, saya sampai melakukan langkah putus asa dengan swipe kanan seluruh profil yang muncul di Bumble di hari terakhir. Bukan berarti saya segitu penginnya punya pacar, masalahnya ini saya udah terlanjur bayar, mosok nggak ada hasilnya sama sekali. Kawan saya yang gratisan saja bisa match sama beberapa orang. Kok saya yang udah bayar malah nggak bisa cocok dengan siapa pun.
Pengalaman saya mencari teman kencan akhirnya hanya berbuah hikmah saja. Saya memantapkan diri untuk nggak lagi berlangganan premium sebuah dating app. Kalau pun menggunakan aplikasi kencan, saya akan pilih yang biasa-biasa saja. Sebab, pada akhirnya, akun premium tidak akan menjamin kalian match dengan banyak orang. Daripada duit dikeluarkan untuk langganan, lebih baik diinvestasikan ke hal lain. Hal-hal yang bisa menambah nilai saya di mata pasangan kelak.
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Menyelami 4 Aplikasi Dating yang Penuh Cinta
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.