Selama Kasus Baru Ditangani kalau Viral, Jangan Harap Imbauan untuk Tidak Share Video Bullying Akan Digubris Orang-orang

Nalar Cacat Kepala Sekolah yang Menganggap Enteng Bullying pada Siswa

Nalar Cacat Kepala Sekolah yang Menganggap Enteng Bullying pada Siswa (Pixabay.com)

Nggak usah melarang orang membagikan video bullying. Video tersebut nggak akan pernah ada kalau bullying sudah ditangani secara tepat

Saya tak pernah bisa tidak heran terhadap bagaimana cara pejabat di Indonesia menyikapi masalah. Tidak ada yang biasa-biasa saja atau sebagaimana mestinya. Selalu di luar nalar, selalu luar biasa.

Siang ini saya baca berita tentang imbauan dari Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat Mendikbudristek, Muhammad Adlin Sila, untuk tidak menyebarkan video tentang bullying di media sosial. Beliau berkata seperti ini, saya kutip dari detik.com:

“Kalau ada yang share (membagikan video perundungan) ke handphone Anda melalui WhatsApp, jangan di-share lagi. Pertama, Anda tidak akan mendapat pahala, dan kedua, Anda bisa dilaporkan ke pihak berwajib,” kata Adlin dalam Antara, dikutip Senin (7/10/2024).

Selain melanggar hukum, kata Adlin, tindakan ini dapat memberikan dampak negatif bagi anak dan tindakan penyebaran ini dapat merusak kesejahteraan masa depan anak. Apa yang beliau maksud, sampai sekarang, saya nggak paham.

Alasannya terlihat masuk akal. Terlihat lho ya, saya nggak bilang itu masuk akal. Bahwa bullying itu bisa membikin anak trauma, iya, tapi ada beberapa hal yang luput diperhatikan di sini.

Bullying kerap dianggap sepele

Kenapa orang-orang membagikan video bullying? Salah satunya ya untuk penyebaran informasi. Tujuan lainnya agar viral. Kenapa harus viral? Karena tanpa viral, tindakan tersebut nggak akan ditindaklanjuti. Sorry to say, kasus-kasus serupa tak akan selesai tanpa tekanan massa yang kuat. Orang-orang di media sosial nggak akan bilang no viral no justice tanpa alasan yang kuat. Selama ini ya nyatanya begitu.

Apalagi bullying kerap dianggap sepele. Bahkan dari pihak sekolah pun kadang menyepelekan tindakan tersebut. Dianggapnya ya mainan anak kecil. Mainan anak kecil kok bikin cacat, pekok po.

Mau nggak mau ya biar ini ditanggapi serius, orang-orang minta bantuan netizen. Nyatanya selama ini efektif, walau nggak efektif-efektif banget. Kalau ditekan segitu banyak orang masih bisa ngeles, bayangin kalau nggak ditekan. Disuruh damai paling.

Dan inilah yang paling menjijikkan dari penyelesaian bullying, korban dan pelaku diminta damai. Korban makin diinjak, pelaku makin terbang, dan itu brengseknya difasilitasi oleh orang-orang yang harusnya menghilangkan hal tersebut.

Tindakan bejat

Bayangkan seperti ini: anak kelas satu SD, bergerombol, memaksa satu anak untuk makan kertas. Ngeri? Sayangnya, ini bukan skenario semata. Ini adalah bullying yang sempat diterima anak dari salah satu kawan saya.

Kau bayangkan saja, ada segerombolan anak kecil memaksa kawannya makan kertas, itu sudah gila. Kalau saya punya wewenang menghukum, itu orang tua pelaku sudah saya jebloskan ke penjara. Tapi apa akhirnya? Berakhir damai.

Bayangkan, tindakan keji nan bajingan seperti itu dianggap hanya kenakalan biasa dan diminta damai. Bagi saya itu bukan kenakalan biasa, itu sudah tindakan biadab. Entah bagaimana hukumannya, yang pasti tidak bisa berakhir damai begitu saja.

Makanya, saya memahami betul keadilan metode viral ini begitu marak di Indonesia, meski saya sebenarnya benci betul. Mau gimana, orang yang berwenang saja tak paham betul cara menyelesaikan. Begitu diminta untuk menangani, selalu, dan entah kenapa, berakhir damai. Apanya yang bisa diterima secara damai dari usaha mencelakai orang lain?

Jadi, untuk saya pribadi, saya jelas nggak setuju dengan imbauan untuk tidak membagikan video bullying. Kalau memang mau melarang, coba selesaikan masalah bullying dengan saksama. Kalau ada kasus, kasih efek jera. Nggak cuma berakhir damai. Salah satunya, berani nggak menghukum orang tuanya? Jangan salah, banyak orang tua yang tahu anaknya jadi pelaku, tapi alih-alih menghukum, malah bangga.

Apa pun itu, bagi saya, selama nggak bisa mengatasi, nggak usah ngadi-ngadi. Kalau imbauan bisa menyelesaikan masalah, Indonesia wis damai ket mbiyen.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kasus Bullying Mudah Viral, tapi Selalu Dilupakan Setelah Korban Dapat Bantuan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version