Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Bucin Itu Menyedihkan? Tunggu Sampai Dengar Cerita Mereka

Riris Aditia N oleh Riris Aditia N
25 Juni 2020
A A
bucin mojok.co

bucin mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Membully bucin memang menggemaskan. Dulu, saya termasuk orang yang gemar sekali melabeli teman-teman saya dengan sebutan ‘bucin’. Lihat teman nyetatus galau langsung saya ledekin bucin. Teman curhat belum bisa move-on saya bilang bucin. Teman susah dihubungi karena kelamaan kencan juga saya bilang bucin. Pokoknya, dikit-dikit bucin.

Sampai akhirnya saya mendapat tanggapan yang cukup menohok. Waktu itu saya sering guyon mengomentari status galau teman saya dengan kalimat, “Ah, bucin lu”. Biasanya dia hanya membalas dengan emoticon tertawa ngakak atau monyet tutup mata tanda malu. Tapi, pada saat itu dia membalas, “Bucin bagi seseorang yang ditinggal H-1 lamaran itu beda”

Makjleb! Saya langsung speechless membayangkan bagaimana sakitnya ditinggal calon tunangan. Apalagi, itu terjadi H-1 di mana semua persiapan acara pasti sudah beres. Saya nggak bisa bayangkan kalau teman saya itu harus menjual lagi cincin tunangannya, membatalkan sewa dekorasi, katering, dan perintilan-perintilan yang lain. Yang lebih menyakitkan bin memalukan, membayangkan bagaimana teman saya menjelaskan gagalnya acara tunangan itu kepada keluarga terdekat yang terlanjur diundang.

Lalu saya teringat banyaknya kasus serupa yang dihadapi banyak orang dalam urusan memperjuangkan cinta. Mulai dari di-ghosting pas sudah mulai sayang-sayangnya, diputus sepihak karena adanya orang ketiga, hingga gagal menikah akibat terhalang restu orangtua.

Semua permasalahan tersebut memang klise dan sangat familiar kita saksikan dalam film. Tapi, bayangkan jika kita sendirilah yang menjadi korbannya. Melampiaskan kesedihan lewat status galau mungkin bisa sedikit melegakan. Tapi, jika ada teman yang tiba-tiba nge-judge bucin, halu, baper, drama, rasanya itu seperti sebuah pelecehan.

Saya jadi merasa berdosa pernah menjadi kaum yang kurang toleran terhadap para pejuang cinta (bucin) ini. Niatnya sih becanda. Padahal, kelamisan lambe ini bisa bikin mereka  insecure hingga susah tidur. Alih-alih mengingatkan agar tak larut dalam kesedihan, ternyata malah bikin mereka semakin terpuruk dan meresa tak ada yang bisa memahami.

Teman saya yang lain sampai berubah lantaran sering saya ledekin bucin. Sikapnya mulai berubah dingin, jarang balas chatting, hingga membisukan statusnya dari saya. Tak ingin lama-lama perang dingin, saya pun bertanya memastikan, “Kamu marah nggak sih kalau aku ledekin bucin?”

Dia langsung ngegas, “YA IYALAHH!!!”

Baca Juga:

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Kemudian, teman saya curhat kalau dia baru saja ditinggal kekasihnya yang pernah menjanjikan rencana pernikahan. Bukannya menepati janji, si lelaki yang asudahlah itu malah tiba-tiba ngilang tanpa pamitan. Wajar dong kalau teman saya jadi merana ditinggal kekasih yang tak tahu kabarnya itu. Ndilalah saya yang kurang toleran ini malah berkali-kali menyebutnya bucin. Saya jadi merasa sangat bersalah.

Hingga akhirnya muncul kesadaran dalam diri saya. Bahwa sebagai manusia ya wajar-wajar aja mau sedih, murung, nangis sambil gulung-gulung, hingga memenuhi timeline dengan status galau. Setiap orang punya ketahanan mental yang berbeda-beda, sehingga dalam melampiaskan kesedihannya pun beraneka ragam. Yang pasti, asal nge-judge bucin sampai menyuruh mereka bertindak sewajarnya saja, karena ada hal yang lebih menyedihkan dari itu tentu hal yang keliru. Sebab, tidak ada tingkat kerecehan dari setiap kesedihan. Semua emosi yang kita rasakan itu valid, termasuk perasaan sedih karena mencintai the people that we can’t have.

Kadang menghadapi teman-teman bucin memang sedikit ngeselin. Di satu sisi ingin mencoba berempati, tapi di sisi lain kok ya mereka itu kadang terlalu halu. Saya pernah menghadapi seorang teman yang menurut saya mempunyai tingkat kehaluan di atas ambang batas normal.

Ceritanya, si cowok curhat ke saya kalau dia ingin putus. Tapi, rencana itu selalu gagal karena si cewek yang merupakan teman saya selalu menafikan kenyataan. Si cowok berkali-kali minta putus karena dia tidak bisa memberi kepastian untuk hubungan itu. Lebih baik ceweknya bersama lelaki lain, agar tidak menjadi bahan gunjingan keluarga dan tetangga. Eh, si cewek membalas dengan penuh keshalihan, “aku tidak peduli apa kata orang. Pokoknya aku yakin sama kamu dan aku mau nunggu kamu sampai kapan pun”

Saya tertegun mendengarnya. Jelas-jelas yang laki nggak mau lanjut karena hal yang jelas-jelas masuk akal. Tapi apa daya, pacar kesayangannya saja sudah tak didengarkan. Apalagi diriku yang hanya butiran debu?

Yang lebih menyebalkan, teman perempuan saya itu malah berkata penuh keyakinan, “Iya, dia memang berkali-kali ingin menyudahi hubungan ini. Tapi aku selalu meyakinkannya kalau kita bisa melanjutkan. Pokoknya doakan saja. Tahu-tahu nanti aku kasih undangan kayak Raisa sama Hamish. Teko tenang, tinggal madyang”.

Saya speechless mendengarnya. Dalam hati saya kasihan. Setidak-logis inikah saat seseorang dimabuk cinta? Dalam hati pula saya mengatainya, tapi kemudian saya istighfar.

Astaghfirullahaladzim, yang salah itu si cowok. Kenapa dia tidak tegas kalau memang beneran mau putus? Kenapa masih memberinya harapan kalau kenyataannya tidak ingin melanjutkan? Teman perempuanku itu mungkin sedang diliputi kehaluan. Tapi, membiarkannya terbuai fantasi sambil terus-terusan menyebutnya ‘bucin’ juga tak terlalu membantu. Lebih baik saya menyediakan waktu untuk lebih memahami dengan bercerita dari hati ke hati. Pasti ada alasan dibalik setiap kebucinan dan kehaluan. Dari situlah kita bisa berbagi perspektif agar berlaku secara bijak.

Sebab, kisah cinta para bucin ini sudah ‘terlalu’ mengenaskan. Jangan tambahi dengan nyinyiranmu yang menjatuhkan. Tanpa pernah kita tahu, satu kata yang asal nyeplos dari mulut kita ternyata bisa mereka ingat hingga bertahun-tahun lamanya.

BACA JUGA Nebak Karakter Orang dengan Modal Stalking Instagram dan tulisan Riris Aditia N. lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Juni 2020 oleh

Riris Aditia N

Riris Aditia N

Freelance writer & stroyteller

ArtikelTerkait

Presiden Indonesia

Kenapa Nggak Ada Presiden Indonesia yang Lahir di Jakarta?

10 September 2019
Solomon’s Paradox solomon's paradox mojok

Solomon’s Paradox : Alasan Kita Berpikir Lebih Jernih dan Bijak tentang Masalah Orang Lain daripada Masalah Sendiri

19 Juni 2021
3 Hal yang Saya Takutkan Saat Isi Bensin di SPBU Self Service sebagai Introvert isi bensin

3 Hal yang Saya Takutkan Saat Isi Bensin di SPBU Self Service sebagai Introvert

4 Agustus 2024
10 Kutipan Terbaik dari Drama Korea Paling Favorit, Bikin Penonton Makin Bijak Memaknai Kehidupan Terminal Mojok

10 Kutipan Terbaik dari Drama Korea Paling Favorit, Lebih Ngena dari Buku Self Improvement

18 Juli 2022
Menghitung Waktu Berpapasan: Soal yang Sering Keluar Saat Seleksi CPNS terminal mojok.co

Menghitung Waktu Berpapasan: Soal Matematika yang Sering Keluar Saat Seleksi CPNS

8 September 2021
Banyuwangi dan Jember Terlalu Sering Disepelekan Jawa Timur (Pexels)

Nasib Buruh Banyuwangi Tak Semanis Fafifuwasweswos Netizen, Ketidakadilan Nyata Terjadi di Bumi Blambangan

10 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.