Buat Apa Ada Pemain Naturalisasi Selama Masih Ada Pemain Lokal?

naturalisasi

naturalisasi

Pada Ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022, terdapat pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu dan sudah lama dinantikan oleh seluruh pecinta Sepakbola di seluruh dunia. Apalagi kalau bukan menyaksikan Pertandingan Indonesia vs Malaysia yang konon disebut sebagai pertandingan terpanas sepanjang sejarah?

Sekalipun dibilang laga klasik, setidaknya menyaksikan Indonesia vs Malaysia pantang untuk dilewatkan. Soalnya pertandingan ini tidak hanya identik dengan budaya serumpun saja melainkan sama-sama menghadirkan fenomena baru yaitu keterlibatan wajah naturalisasi pada masing-masing kedua tim. Bedanya, Indonesia sudah melakukannya terlebih dahulu di ajang AFF 2010, sebelum Malaysia yang mengaku pernah mendeklarasikan dirinya sebagai Tim Anti Naturalisasi meskipun akhirnya mereka mulai latah juga sama tren naturalisasi tanpa disadari.

Yang jelas, keberadaan pemain naturalisasi seakan menjadi fenomena baru di jagat persepakbolaan dunia. Selain memimpikan tim nasional agar lebih berwarna, keberadaan pemain berwajah asing bermanfaat untuk memenuhi seluruh kuota pemain yang ada tanpa perlu bersusah payah untuk mencarinya sampai ke luar negeri.

Apalagi di zaman sekarang mencari pemain naturalisasi saja cukup dengan menekan tombol Google saja yaitu tinggal mencari asal-usul keluarganya lalu melakukan tes DNA dulu untuk dibuktikan kebenarannya. Istilahnya, tim bernafaskan naturalisasi itu bagaikan Tim Instan yang muncul dalam sekejap saja. Selain itu, ciri-ciri seperti pertalian hubungan darah, menguasai bahasa lokal dengan ingatan seadanya, bayaran yang tinggi, setia pada negara, serta ditambah skill luar biasa adalah alasan kuat mengapa program naturalisasi sangat dibutuhkan hingga saat ini.

Mengenai naturalisasi, langkah ini mulai diterapkan oleh Timnas Argentina yang diklaim sebagai tim pertama dengan jasa pemain Timnas berwajah asing atau oriundi. Pada awalnya gagasan naturalisasi ala Timnas Argentina dipandang sebelah mata karena dianggap sebagai ide konyol belaka. Sehingga keberadaan naturalisasi seolah-olah ketergantungan dengan pemain asing lebih tinggi daripada mengagungkan pemain lokal yang justru tidak kalah bagusnya dalam mengocek si kulit bundar.

Berkat kerja keras, Timnas Argentina tanpa disangka-sangka berhasil melaju ke partai Puncak Piala Dunia dengan status tak terkalahkan walaupun pada akhirnya menemui kekalahan saat berhadapan dengan Timnas Uruguay dengan mengandalkan talenta pemain lokal. Tidak berhenti sampai di situ, Timnas Prancis yang dijuluki sebagai Tim sejuta imigran mulai mencuat di permukaan publik.  Keberhasilan meraih gelar Juara Piala Dunia untuk kedua kalinya selama 20 tahun terakhir menjadi bukti kesuksesan peran pemain-pemain naturalisasi di dalamnya yang sudah dianggap sebagai Keluarga sendiri. Tanpa peran mereka, mungkin Timnas Prancis tidak akan sanggup bertanding di partai puncak apalagi sampai mengangkat trofi segala. Lebih parahnya lagi, mereka nyaris melupakan Mimpi Piala Dunia sejenak hanya karena kekurangan pemain berkualitas.

Dari cerita keberhasilan program naturalisasi di atas, kita bisa membayangkan bagaimana kesebelasan Tim Nasional suatu saat bakal dipenuhi oleh pemain berwajah asing di  masa mendatang.  Apalagi pemain lokal yang diharapkan sebagai tumpuan di Tim Nasional perlahan-lahan mulai tergusur perannya oleh pemain berwajah asing sehingga cenderung terlupakan dan justru membuat pemain lokal diperlakukan seperti pemain yang biasa-biasa saja alias tidak memiliki keistimewaan di mata penggemar Sepak Bola layaknya Lionel Messi. Mendengar sindiran dari penggemar saja sudah membuat hati anda miris bukan?

Supaya tidak ada rasa kecemburuan tinggi, pemain lokal sebaiknya tidak perlu minder kalau diajak berkolaborasi dengan pemain naturalisasi. Meskipun secara perawakannya berbeda 180 derajat, kita tidak boleh mengaku lebih unggul dari mereka ataupun sebaliknya. Meskipun prosesnya terbilang sulit, pemain lokal suatu saat nanti akan terbiasa dan sesekali akrab dengan pemain naturalisasi agar bisa menciptakan kerjasama yang solid dan kompak demi mengharumkan nama bangsa.

Buktinya saja Timnas Indonesia terbilang sukses saat memakai jasa pemain naturalisasi  di Kejuaraan AFF. Walaupun belum membuahkan gelar juara, Timnas Indonesia telah berhasil menggairahkan semangat Bhinneka Tunggal Ika sekaligus menampilkan permainan yang ciamik di Lapangan. Jika zaman dahulu kehadiran pemain naturalisasi di Tim Nasional membuat kita alergi akan nama-namanya yang serba Internasional maka sekarang pemain naturalisasi sudah mendapat tempat di hati penonton seolah-olah melihatnya saja seperti menyaksikan aktor papan atas versi Lapangan Hijau.

Memang harus diakui, skill pemain naturalisasi jelas lebih baik dari pemain lokal dikarenakan mereka sudah terbiasa dalam menghadapi tantangan. Di luar itu, pengalaman mengenyam pendidikan sepak bola di klub ternama adalah salah satu nilai plus bagi pemain naturalisasi sehingga merasakan atmosfer panas di setiap kompetisi serta persaingan yang ketat adalah makanan sehari-hari bagi mereka.

Walaupun berbeda dunia, rasa nasionalisme dalam diri kita tidak boleh hilang begitu saja apalagi sampai luntur soalnya mewakili negara adalah wajib hukumnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah tindakan rasisme yang sekarang mulai menjangkiti Papua beberapa hari yang lalu supaya tak terulang kembali.

Sebagai bentuk solidaritas, diskriminasi antara pemain naturalisasi dan lokal harus dihentikan sekarang juga. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah diajarkan menerapkan universalisme sejak dini. Sekali lagi, jangan pernah menyamakan pemain naturalisasi sebagai Warga Negara Asing dan perlakukanlah sebagai orang Indonesia yang berusaha untuk belajar mencintai budaya Indonesia dengan sepenuh hati.

Tunggu apalagi mari kita jaga rasa persaudaraan kita agar tidak terpecah-belah apapun risikonya demi memajukan persepakbolaan di negeri ini. Ingat, semangat fairplay terus dibangkitkan lagi supaya hal-hal berbau rasisme lenyap di muka bumi ini. (*)

BACA JUGA Kontroversi Mola TV dan Budaya Gratisan Fans di Indonesia atau tulisan Aditya Mahyudi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version