Sistem keamanan cyber di Indonesia masih medioker
Apa yang dialami oleh BSI ini memang bagian dari bencana siber yang harus diakui sebagai ketidaksiapan sebuah institusi komersial menghadapi sebuah ancaman. Bayangkan kalau BSI ini jadi satu-satunya bank syariah di Indonesia. Entah bagaimana nasib kita ini. Mau transfer nggak bisa, mau tarik tunai pindahkan ke bank konvensional juga gagal. Serasa kembali ke zaman batu dengan hidup mengais-ngais kasihan ke orang lain.
Selain itu, kerahasiaan data pribadi seketika terbuka dan berpotensi besar disalahgunakan oleh oknum-oknum yang mencari keuntungan. BSI sebagai bank syariah terbesar di negara Indonesia tercinta ini harusnya merilis pernyataan resmi untuk bersedia mengganti segala kerugian materil dan nonmateril yang dialami oleh nasabah. Itu kalau gentle loh ya.
Tapi lebih dari itu, kalau diingat-ingat, hal semacam ini jadi fenomena template yang sebenarnya kejadiannya berulang. Kasus kebocoran data Tokopedia, jebolnya situs resmi Telkomsel, kebocoran data e-HAC Kemenkes, serta terbaru pada tahun lalu ada data Kominfo yang juga bocor. Semua menandakan sistem keamanan internet di negara kita benar-benar rapuh serapuh kripik emping melinjo yang bisa hancur diremas dengan satu tangan.
Keamanan siber sudah seharusnya jadi perhatian khusus yang dibuatkan masterplan. Harus ada peta jalan yang jelas agar penyediaan keamanan internet di negeri ini lebih aman dan terarah.
Eh tapi sebentar. Bagaimana mau menguatkan keamanan cyber lah wong perkara jaringan internet aja masih belum merata. Bukankah begitu Pak Johnny G. Plate?
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Hal yang Sering Ditutup-tutupi Soal Bank Syariah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.