Bisnis Es Teh Sesat: Lebih Banyak Es Batu daripada Tehnya

Bisnis Es Teh Sesat: Lebih Banyak Es Batu daripada Tehnya

Bisnis Es Teh Sesat: Lebih Banyak Es Batu daripada Tehnya (Unsplash.com)

Apa yang terlintas dalam pikiran jika ada pertanyaan: kalau pas siang bolong, enaknya beli es apa yang rasanya manis dan segar? Tentu banyak jawabannya, tapi kita nggak bisa membantah kalau es teh adalah sebaik-baiknya pilihan. Tak bisa dimungkiri, selain rasanya yang manis dan segar, minuman dingin satu ini sangat mudah kita jumpai di saat lagi butuh-butuhnya. Banyak sekali bisnis es teh yang menjamur saat ini, mulai dari teh jumbo, teh poci, rasa buah, sampai es teh dengan branding kekinian lainnya.

Tapi, di balik menjamurnya bisnis es teh sekarang ini, kadang ada pula beberapa oknum penjual yang membuat citra minuman ini jadi buruk. Beberapa kali saya menemui penjual sesat yang justru memberi lebih banyak es batu ketimbang air tehnya. Lebih spesifik lagi, es batunya memenuhi cup sebelum air teh dituangkan.

Saya tahu kalau trik licik itu sebenarnya demi keuntungan. Tapi, kalau meraup keuntungan dengan cara merugikan pembeli, ya jelas kurang bijak. Dan tulisan ini saya persembahkan untuk kalian, oknum penjual yang memakai teknik licik tersebut. Semoga setelah membaca artikel ini kalian segera bertobat dan berhenti menjalankan bisnis es teh dengan cara yang jahat.

Jangan bodoh! Kalian itu bisnis es teh, bukan es batu rasa teh

Saya pribadi memang belum pernah menjadi pelaku bisnis es teh, tapi setidaknya saya tahu kalau hal yang paling utama dari minuman ini adalah air teh yang dingin. Nilai jual yang dilihat oleh pembeli ya dari air teh yang dingin itu, bukan esnya.

Tentu saja saya tahu, bahwa tanpa es batu, minuman ini memang tak akan laku. Tapi plis lah, jangan bodoh! Es batu itu bahan sekunder, bukan bahan yang paling utama. Dan yang namanya bahan sekunder, berarti penyajiannya lebih sedikit daripada bahan yang utama. Lagi pula, sepanas-panasnya suhu bumi, minuman ini tetap dingin sekalipun porsi es batunya katakanlah separuh.

Saya pikir, untuk memahami hal sesederhana ini nggak harus kuliah tata boga dulu, kok. Kalian sendiri sebelum menjalankan bisnis tersebut harusnya juga tahu bahwa kalian itu buka bisnis es teh. Kalau kalian mendadak lupa, saya ulangi lagi biar menempel di otak. KALIAN ITU JUALAN ES TEH, BUKAN ES BATU RASA TEH!

Baca halaman selanjutnya: Teknik licik bikin penjual jadi penipu…

Teknik licik itu jatuhnya bikin kalian jadi seorang penipu

Terus terang saja, es teh yang kalian sajikan dengan teknik licik itu sebenarnya juga nggak enak. Ya gimana, minuman yang lebih banyak es batunya ini sering kali bikin durasi rasa dari tehnya jadi pendek. Kadang, nggak sampai 6-7 isapan, rasa manis dari minuman dingin tersebut sudah hilang. Kalian tahu kenapa kok bisa gitu? Ya karena tinggal es batunya doang!

Bahkan karena saking hausnya, kadang saya memakai teknik meminum yang sebetulnya terkesan ironis. Tekniknya yaitu mengisapnya nggak sampai habis, biar air tehnya itu menambah akibat es batu yang mencair. Tapi ya tetap saja, rasanya sama sekali nggak enak. Sudah dominan air biasa yang dingin ketimbang rasa tehnya.

Kalau kayak gitu kan jatuhnya kalian bukan seorang pebisnis atau penjual, tapi lebih ke arah penipu. Menyajikan es teh yang seakan-akan rasanya manis dan segar dengan porsi banyak, tapi ternyata zonk karena teknik kalian yang licik itu. Citra es teh yang harusnya manis dan segar, berubah jadi memuakkan.

Gini lho, kalau kalian kayak gitu, mending jualan air putih dalam kulkas aja. Nggak usah buka bisnis es teh yang malah bikin kalian berdosa karena menipu orang lain.

Orang beli es teh bukan cuma karena pengin yang dingin-dingin doang

Saya nggak tahu apakah para penjual paham atau nggak dengan tujuan orang-orang yang membeli es teh. Tapi saya merasa perlu menjelaskan satu hal, bahwa orang yang membeli minuman ini semata-mata bukan cari dinginnya. Sebab kalau cari dinginnya saja, ya tinggal beli air putih yang dingin.

Orang beli es teh itu selain cari minuman yang dingin, juga cari sensasi rasa. Mereka ini mengeluarkan duit lebih dari harga air putih dingin, tujuannya untuk melepas dahaga sambil merasakan tenggorokan yang dilumuri dengan air rasa teh, bukan air yang tak ada rasanya.

Jadi, orang-orang yang membuka bisnis jualan es teh, jangan anggap para pembeli kalian ini sekadar cari yang dingin-dingin. Mereka itu (termasuk saya) memutuskan untuk jadi pembelimu ini biar dahaga bisa dihilangkan dengan proses yang nikmat.

Kembalilah ke jalan yang benar, bisnis es teh yang sesungguhnya

Iya, saya paham kok, kalau penyajian kalian itu memang demi keuntungan. Tapi ya jangan ambil keuntungan yang terkesan kurang bijak gitu. Kembalilah ke jalan yang benar.

Saya pernah berbincang dengan beberapa penjual yang menjalankan bisnis mereka di jalan yang benar. Cara jualan mereka ada dua. Pertama, mereka menambahkan air teh, tapi dengan menaikkan harganya. Tapi harganya yang masuk akal. Jangan menaikkan harganya setara dengan harga es kopi Starbucks. Bisa rungkad kalian karena nggak ada yang beli.

Atau, cara yang kedua, dengan menyajikan minuman ke dalam cup yang berukuran kecil. Tapi, lebih banyak air tehnya ketimbang es batunya. Harganya tetap sama, biasanya kisaran 3-5 ribuan. Dengan begitu, saya cukup yakin kok kalau pembeli nggak akan kecewa. Justru bisa jadi beli dua porsi karena satu porsi yang kalian jual bikin mereka ketagihan.

Percayalah, dengan cara seperti itu, bisnis es teh kalian akan tetap laku, kok. Saya bukan membual. Sebab  beberapa penjual yang menjalankan bisnis mereka di jalan yang benar, caranya memang begitu. Dan bisnis mereka tetap berjalan sampai sekarang.

Lebihnya lagi, kedua alternatif tersebut sudah sama-sama saling menguntungkan. Pembeli dapat rasa dan harga yang sepadan. Pun kalian masih dapat keuntungan, dan sudah kembali menjalankan bisnis di jalan yang benar.

Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Es Teh Adalah Menu Paling Laris dan Paling Cuan di Coffee Shop, Bukan Kopi. Kopi Cuma Jadi Beban!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version