Bikin Video Boxing Sama Pentingnya dengan Video Unboxing

Bikin Video Boxing Sama Pentingnya dengan Video Unboxing

Bikin Video Boxing Sama Pentingnya dengan Video Unboxing (Pixabay.com)

“Wajib video unboxing, tanpa video unboxing komplain kerusakan dan kekurangan tidak diterima.”

Kini, kalimat itu hampir selalu menghiasi paket yang diantar oleh kurir. Ini menjadi salah satu usaha toko dalam menghindari risiko mengganti rugi atas kerusakan yang barangkali bukan disebabkan oleh mereka. Proses pengiriman yang kurang hati-hati atau pembeli yang teledor saat membuka bungkusan dapat juga mengakibatkan barang yang diterima nggak seperti harapan.

Sebenarnya pembuatan video unboxing juga melindungi konsumen. Khususnya, berbelanja produk yang harganya nggak murah. Ambil contoh barang berupa gawai. Dengan video unboxing, pembeli memiliki jaminan. Jika ditemukan barang yang dipesan nggak sesuai, video yang dibuat menjadi bukti yang kuat untuk pertanggungjawaban. Penjual nakal pasti hilang akal. 

Unboxing paket (Pixabay.com)

Tapi, meski begitu, saya yakin seyakin-yakinnya, persentase antara yang mengikuti saran membuat video unboxing dan yang nggak, pasti lebih banyak yang nggak. Terlebih lagi bila dirasa produk yang dibeli harganya nggak mahal-mahal amat. Masalahnya, bikin video nggak semudah itu.

Pertama,d ari segi euforia. Paket yang datang bikin euforia kita membuncah. Penginnya segera buka itu paket. Salah? Kalau menurut instruksi, salah. Soalnya, kita disarankan untuk membuat video unboxing. Cuman, kadang kita udah keburu pengin dan nggak sabar. Wajar lah ya, manusia. 

Yang kedua, masalah situasi dan kondisi fisik sekeliling. Nggak semua orang punya tempat yang memadai buat bikin video. Ini sih sebenarnya perkara kecil. Bisalah diakali.

Yang ketiga, keberadaan sosok lain yang ada di sekitar. Mereka ini memengaruhi kekondusifan perekaman video. Kalau dalam kasus saya, seringnya kucing yang rewel dan mamak yang sedang ngomel. Walau nggak jarang keberadaan orang lain juga bisa menjadi penolong. Yang satu bertugas membuka paket. Sedangkan, yang satunya lagi memegangi ponsel selama perekaman.

Ilustrasi kurir (Pixabay.com)

Pertimbangan niat membuat video unboxing bukan hanya perkara harga barang saja, melainkan juga perkara kredibilitas toko. Toko resmi dari merek yang besar biasanya absen dari kecurigaan melakukan kesalahan, sehingga tampaknya membuat video unboxing bukanlah keharusan.

Pernah suatu waktu saya membeli produk dari toko resmi sebuah merek ternama di marketplace yang ternama juga. Predikat toko resmi dan populernya merek menenggelamkan keraguan. Terlepas adanya cap permintaan unboxing di muka kemasan, paket dibuka tanpa divideokan. Ternyata, jumlah barang yang dikirimkan kurang lengkap. Komplain diajukan, menagih hak yang seharusnya diberikan. Tentunya responnya penolakan. Tanpa video unboxing, komplain jadi seperti penipuan meskipun bukti foto diserahkan.

Untungnya marketplace bersedia menjadi penengah sekaligus pengambil keputusan penyelesaian tuntutan. Solusi yang diberikan di luar dugaan. Sempat ketar-ketir tanpa video yang diminta, mungkin investigasi nggak akan dilanjutkan. Pihak marketplace justru menagih penjual mengirimkan video boxing. Bukan, bukan adegan bertinju, tetapi proses selama penyiapan dan pengemasan produk sebelum dikirimkan. Bukti yang menunjukkan bahwa benar barang yang dikirim sudahlah lengkap agar komplain kekurangan produk dapat diabaikan.

Paket, Bg (Pixabay.com)

Bagi saya ini win-win solution. Selama ini toko online meminta pembeli untuk melakukan video unboxing tanpa mempersiapkan video boxing dari pihaknya. Sedangkan dengan begitu toko juga terlindungi dari jenis aduan yang berada di luar tanggungjawabnya.

Nggak semua penjual itu amanah dan nggak semua pembeli itu bijaksana. Bisa saja penjual ceroboh saat menyiapkan kiriman lalu berniat mangkir dari ganti rugi. Bisa juga pembeli mengajukan keluhan atas masalah yang akarnya berada di luar ranah si penjual. Jadinya tuduh-menuduh dan saling curiga. Kalau begini, sepertinya cukup beralasan jika kewajiban membuat video terletak pada kedua belah sisi.

Kembali ke kasus saya tadi. Komplain berakhir dengan kesediaan penjual mengirimkan barang yang kurang. Sebab, pihaknya absen mengirimkan video yang menangkap momen pengemasan barang pesanan. Kemungkinan sedari awal video itu memang nggak ada. Padahal, bagaimana seandainya saya memang berbohong menyembunyikan barang agar terkesan kurang jumlahnya?

Berapa banyak toko online yang mencantumkan ajakan video unboxing, juga melakukan perekaman saat barang dikemas sebelum pengiriman? Saya pikir masih jarang, sangat jarang. Oleh karena itu, sebelum menagih video unboxing kepada pelanggan, ada baiknya toko juga membuat video boxing. Biar ribetnya berjamaah, tetapi masing-masing merasa lega.

Penulis: Witianatalatas
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Rodrygo, The Starboy

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version